Beranda / Urban / Rahasia Kekayaan Sang Barista / Memulai Bisnis Roti – Part I.

Share

Memulai Bisnis Roti – Part I.

Penulis: Jimmy Chuu
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-10 16:30:38

Di dalam ruang dapur yang terang benderang, Yuto menunjukkan keahlian profesionalnya dalam pembuatan roti. Dengan gerakan penuh kepercayaan dan keterampilan, ia memimpin proses pembuatan roti yang rumit.

Anita Damanik, yang sejak pertama kali melihat Yuto bekerja, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Matanya terus mengikuti gerak-geriknya, hampir seperti seorang murid yang tak sabar menyerap ilmu dari gurunya.

“Adonan roti ini harus diistirahatkan kira-kira setengah jam sebelum siap dipanggang. Aku serahkan pekerjaan memanggang pada Anita yang bersedia melakukannya,” seru Yuto dengan suara lembut namun tegas, memecah kesunyian dapur yang sibuk.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam ketika oven dibuka. Seketika, udara dapur dipenuhi aroma harum roti panggang yang menyebar hingga ke ruang depan.

Baunya yang menggoda, berbaur dengan kehangatan yang menghibur setelah seharian bekerja keras. Anak-anak yang sedang bermain di ruang tamu menoleh, seakan merasakan kenikmatan yang ada.

Namu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Memulai Bisnis Roti – Part II.

    “Bagaimana kalau kita mempacking roti ini dengan pembungkus plastik yang cantik dan mulai menjajakannya?” tanya Yuto percaya diri.“Itu ide bagus,” jawab Hannah, matanya bersinar. “Aku masih punya sedikit waktu sebelum ke kafe. Aku akan manfaatkan untuk membantu penjualan roti!”Yuto dan Hannah sepakat dan segera bergerak. Ibu Mary mengamati mereka dari meja.“Ayo pergi! Ini waktu yang tepat untuk menjajakan roti,” kata Hannah.Mereka melangkah keluar dari dapur, membawa keranjang penuh roti berbagai topping—sekitar lima puluh potong. Wajah mereka mencerminkan optimisme, meski tantangan menanti.Seiring mereka pergi, meja makan yang kosong meninggalkan lima puluh potong roti lainnya.Beberapa anak panti asuhan, mungkin belum siap bergegas ke sekolah, mulai mendekat dengan mata berbinar penuh rencana.“Apa kamu yakin? Apakah kamu sudah bisa menghitung?” tanya Ibu Mary, nada khawatir namun masih penuh kepercayaan.“Tentu saja, Ibu Mary! Aku sudah kelas lima, dan pandai matematika!” jawa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Insiden Hari Pertama.

    Karena roti buatan Yuto menggunakan bahan berkualitas premium dan didukung teknik pembuatan adonan serta pemanggangan kelas internasional, dagangan mereka habis terjual dalam waktu singkat.Aroma mentega dan adonan segar yang terpanggang sempurna ternyata cukup untuk memikat pembeli di sekitar kawasan itu.Di ruang tamu sederhana panti asuhan yang dihiasi furnitur lama namun terawat, Xander duduk sambil membaca laporan singkat.Pandangannya terangkat ketika melihat Yuto dan Hannah muncul sambil tertawa-tawa, membawa energi ceria ke dalam ruangan yang sebelumnya sunyi."Apa yang kalian tertawakan? Semua dagangan hari ini habis?" tanya Xander, sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Nadanya terdengar tenang, namun matanya memancarkan rasa ingin tahu.Uji coba ini penting untuk mengukur apakah usaha mereka memiliki masa depan."Tentu saja habis!" jawab Hannah ceria. "Semua pembeli memuji roti buatan Yuto. Katanya, rasanya sekelas dengan roti mahal di mal!""Kami bahkan mendapat perminta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Toko Roti Abner.

    Toko roti “Abner Bakery” berdiri dengan aura lusuh di pinggir jalan, mencerminkan kebangkrutan yang diam-diam merayap. Bangunannya tidak bisa dibilang megah, tapi juga tidak sepenuhnya buruk—hanya seperti rumah tua yang terlalu lelah untuk bertahan di tengah gemerlap toko-toko modern. Cat dindingnya mengelupas seperti kulit pohon tua, kusennya kusam, dan dekorasi murahan yang pudar menambah kesan suram yang sulit diabaikan. Kue dan roti di etalase kaca terlihat jauh dari kata segar. Permukaannya kering, retak, dan warnanya memudar seperti kehilangan semangat hidup. Beberapa bahkan tampak seperti penghuni museum sejarah kuliner, bukan barang yang siap dimakan. Di depan toko, ada setumpuk roti yang diletakkan sembarangan, plastik pembungkusnya buram, dengan jamur yang mulai samar terlihat. Jika ada yang masih membelinya, itu mungkin bukan karena kualitas, tapi karena tidak punya pilihan lain. Yuto berdiri, punggungnya setegak anak panah - di depan toko itu. Ia memegang tongkat kayu

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sang Resepsionis.

    Hari ini adalah momen krusial bagi Panti Asuhan Penuh Kasih. Keberlangsungan rumah bagi tiga puluh anak kecil ini akan ditentukan oleh presentasi proyek—menyulap panti menjadi bakery yang dapat menopang kebutuhan mereka.“Bu Mary, apakah Anda sudah siap?” tanya Xander sambil melangkah mendekat. Meskipun santai, aura percaya diri Xander tampak jelas.“Er... ya, saya siap,” jawab Bu Mary, suaranya lebih terdengar seperti meyakinkan diri sendiri. Tangannya semakin gelisah, menghapus keringat di hidungnya berulang kali.“Tapi... saya tetap takut. Jika presentasi ini gagal dan Tuan William Tjiang tidak terkesan... bagaimana?”Xander tersenyum tipis, seolah kekhawatiran itu bisa disapu bersih. “Jangan khawatir. Saya akan ada di sana. Kita lakukan ini bersama.”Presentasi itu formal dan digelar di Kantor Pusat Tjiang Global Group, sebuah gedung pencakar langit megah yang menjulang di pusat kota. Bangunan dengan dinding kaca berkilauan itu melambangkan kekuasaan—kontras jelas dengan kondisi p

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kejadian Tak Diduga.

    “Tuan dewa penolong...” kata William Tjiang, menegaskan sapaan itu dengan nada menghormati. Matanya menatap Xander yang hanya berdiri diam, seolah ragu menjawab.“Apa Anda sudah lama tiba? Mengapa tidak langsung masuk menemuiku? Kita sudah janjian, bukan?”Wajah William menggelap, jelas tidak senang dengan situasi ini.Xander tetap tenang. Ia memang bukan tipe orang yang suka mengadu, meskipun Anna, sang resepsionis, telah mempersulitnya dan Ibu Mary dengan sengaja.Rasa belas kasih masih menguasai dirinya. Namun, Ibu Mary, meski dikenal welas asih, memiliki caranya sendiri menghadapi situasi seperti ini. Ketulusannya sering kali berubah menjadi senjata yang mematikan.Dengan sikap penuh kerendahan hati, Ibu Mary maju memperkenalkan diri. “Tuan William Tjiang, saya Mary, pemilik yayasan panti asuhan.”Tersentak oleh sikap sopan wanita tua itu, William segera menjabat tangannya dengan hangat. Ia sadar bahwa wanita ini adalah tamu istimewa yang dibawa oleh Xander, sosok yang ia hormati.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Presentasi Yang Memukau.

    Di dalam ruang Tuan William, suasana penuh wibawa menyelimuti. Ukiran kayu klasik pada dinding dan lampu gantung kristal memancarkan kesan mewah.Sementara aroma Teh Pu-er yang khas memenuhi ruangan, melambangkan kelas atas yang tidak bisa disangkal.Tuan William menyambut mereka dengan ramah, membuat Ibu Mary sedikit lebih nyaman meski canggung.Xander duduk tenang di sudut, senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah sudah memprediksi bagaimana Tuan William akan terpesona oleh roti yang dibawa Ibu Mary.“Tuan penolong Xander, aku tidak menyangka ada seseorang yang memiliki keterampilan pembuatan roti kelas internasional seperti ini...” ujar Tuan William, tatapannya tertuju pada roti di hadapannya.Ia memeriksa tekstur roti itu dengan jari, seolah menilai sebuah karya seni.“Aku pernah makan roti dengan kualitas serupa di Shanghai,” tambahnya dengan nada tulus, seakan kenangan tentang perjalanan itu kembali hidup.Ia kemudian menoleh pada Ibu Mary, pandangannya penuh rasa kagum. “Tak kus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Penuh Bahagia.

    “Darmawan Tjiang! Siapa yang menyuruhmu masuk ke dalam kantor pribadiku?” Bentakan Yuan William menggema dengan suara rendah yang mengerikan, membekukan seluruh suasana.Darmawan Tjiang terdiam, tubuhnya kaku. Baru kali ini ia melihat ayahnya semarah ini.Yang ia tahu, semakin marah ayahnya, semakin dingin sikapnya. Dan itu selalu berarti satu hal—tindakan yang akan merugikan siapa saja yang berdiri di hadapannya.Melihat ketakutan di mata Darmawan, Tuan William merasa kemenangan seketika.Dengan gerakan angkuh, ia berbalik menuju Felicia, cucunya, yang ikut-ikutan menunduk, ketakutan.“Tidak biasanya kakek semarah ini…” batin Felicia, meremas tangannya. Keringat dingin menetes, meresap ke dalam pori-pori kulitnya. Suara dan ekspresi kakeknya terasa asing, dingin, tanpa sekecil pun kehangatan.Sekarang giliran Tuan William melemparkan tatapan tajam kepada Sandy Setiawan. Suaranya makin dingin, penuh ancaman.“Dan kamu, Sandy Setiawan! Kamu hanya seorang kontraktor sub-kontrak di perus

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Sebuah Kejutan Untuk Sandy.

    Sandy Setiawan duduk menunggu keputusan rapat singkat di ruang pertemuan Tuan Tua, dengan dada berdebar.Ia bahkan tidak merasa sakit hati saat William Tjiang mengusirnya dari kantor pribadi Tuan Tua beberapa waktu lalu.Ia sudah terbiasa dengan sikap orang-orang yang merasa diri penting.Sandy tahu, keputusan yang diambil di dalam ruangan itu akan sangat menentukan masa depan bisnis Setiawan Corporation. Namun bagi Sandy, yang lebih penting adalah keuntungan untuk dirinya sendiri.Ia merenung, pikirannya melayang ke tanah panti asuhan yang hampir 2000 meter persegi itu. "Bayangkan berapa banyak yang bisa aku dapatkan jika panti asuhan bobrok itu tergusur...," pikirnya, semakin membayangkan potensi keuntungan yang menggiurkan.Selama ini, Sandy sudah mengeruk untung sampai tujuh puluh persen dalam setiap transaksi pembebasan tanah dan bangunan di lokasi supermall Tjiang Global.Setiap mark-up harga ia habiskan untuk berfoya-foya. Itu adalah cara dia menjalani hidup—dengan segala kesen

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16

Bab terbaru

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Pernikahan Di Hutan Tropis.

    Ternyata, perasaan Lisa Nuya sama sekali tidak berdasar.Nyonya pemarah itu, mengenakan mantel bulu cerpelai mewah yang mengkilap, tampak seperti seseorang yang terbiasa dengan perhatian. Ia adalah seorang anggota Dewan Kota, dengan pengaruh yang tak perlu dipertanyakan. Kepergiannya menggunakan pesawat Diamond Air bukan hanya sekadar perjalanan biasa.Itu adalah ujicoba—kesempatan langka untuk menguji kecepatan dan pelayanan pesawat baru yang menghubungkan Kota Air dengan dunia luar, membuka pintu bagi semua yang ingin merasakan sensasi bepergian dengan layanan eksklusif.Di dalam pesawat, wanita eksklusif itu memanfaatkan momen dengan sangat baik.Dengan gaya khasnya, dia mulai mengambil gambar dari berbagai sudut, berusaha menangkap setiap detil yang menunjukkan kemewahan pesawat tersebut.Setelah beberapa kali mengambil gambar, ia akhirnya mengunggahnya ke akun media sosial pribadinya, seperti yang sudah diprediksi banyak orang.“Semua pemirsa, Pesawat Diamond Air ini benar-benar

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Di Konter Check In Diamon Airlines.

    Akhirnya, David Li mendapatkan masa percobaan selama tiga bulan.Jika dalam periode itu ia gagal mengubah kepemimpinan di perusahaan penerbangan yang sebelumnya lemah dan kurang pengawasan, maka kali ini Xander, sebagai pemilik perusahaan, menegaskan bahwa ia harus bersikap lebih tegas."Setelah tiga bulan, saya akan melakukan evaluasi terhadap kinerja Anda.” Jangan salahkan saya jika kali berikutnya saya terpaksa mengambil keputusan tegas, bahkan mungkin memecat Anda," ancam Xander, tatapannya tajam dan dingin."Mengerti, Tuan Sanjaya. Saya paham..." jawab David Li, sembari mengusap keringat dingin yang mengucur deras dari keningnya—padahal suhu ruangan itu sangat dingin."Saya akan bekerja lebih keras dan meningkatkan pengawasan di perusahaan. Terima kasih, Tuan Sanjaya, telah memberi saya kesempatan untuk terus menjadi direktur utama," tambah David Li dengan suara yang penuh kekukuhan.David Li menjabat tangan Xander dengan kuat.Xander hanya melempar senyum tipis kepada sang direk

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Akhir Drama Diamond Air.

    Di dalam kantor Direktur Utama, Michael Chen duduk sendiri dengan tubuh gemetar dan pikiran kalut.Rasa takut terus menghantuinya sejak pertama kali menyadari kemungkinan mengerikan—pemuda yang ia anggap remeh itu ternyata benar-benar Tuan Sanjaya.Keyakinannya semakin kuat ketika melihat bagaimana Direktur Utama, David Li, memperlakukan pemuda sederhana itu dengan penuh hormat, nyaris seperti seorang abdi pada majikannya."Apa yang harus kukatakan untuk menyelamatkan diri?" pikir Michael, berulang kali, seperti mantra yang terus menggema di dalam kepalanya.Pikiran itu menggerogoti ketenangannya, membuat waktu terasa berjalan sangat lambat, bahkan hingga pendingin udara di ruangan yang terlalu dingin membuat tubuhnya menggigil.Akhirnya, setelah penantian panjang yang terasa seperti siksaan, pintu ruangan terbuka.Xander masuk lebih dulu, berjalan dengan tenang namun penuh wibawa.Di belakangnya, David Li mengekor seperti anak ayam yang patuh pada induknya.Dua perempuan yang sebelum

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Kehancuran Sang Pelakor.

    Sophia adalah seorang influencer. Meskipun pengikutnya tidak lebih dari lima ribu orang, dia tetap rutin mengadakan siaran langsung.Setiap sesi ia manfaatkan untuk fleksing gaya hidupnya yang terlihat mewah dan glamor.Mayoritas kontennya hanya pamer, mulai dari tutorial makeup dengan produk-produk mahal yang ia beli dari uang hasil memeras Michael Chen, hingga tips berpakaian “stylish” dengan barang-barang dari butik premium.Sophia sangat cerdik memanfaatkan pengikutnya yang berasal dari masyarakat kelas bawah.Dengan manipulasi halus, ia membangun citra sebagai wanita karier sukses, meskipun kenyataannya jauh berbeda.Sebagian besar biaya hidup Sophia dibiayai Michael Chen. Liburan ke tempat-tempat terkenal yang biasa dikunjungi pasangan bulan madu, hingga biaya operasi plastik untuk mengubah hidungnya yang dulu pesek menjadi menjulang seperti puncak Gunung Himalaya, semua dibiayai oleh pria itu.Dengan cermat, Sophia menutupi fakta di balik kemewahan hidupnya, menciptakan citra

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Lawan Yang Setimpal.

    Sophia berjalan dengan langkah genit yang dipenuhi kepercayaan diri, mendekati Direktur David Li.Tatapannya sempat melirik David Chen yang melangkah lesu ke arah pintu, tetapi ia tidak menunjukkan niat untuk menghentikannya.Fokusnya kini telah berubah. "Jika aku bisa menguasai Direktur Li, bukankah ini berarti aku akan menjadi nyonya sejati di kantor Diamond Air ini?" pikirnya sambil tersenyum tipis."Michael Chen terlalu lemah. Memang dia direktur, tapi tak mampu memecat karyawan tetap!"Dengan pemikiran dangkal itu, Sophia mendekat sambil mengadopsi sikap yang dibuat-buat."Pemimpin Li, apa yang terjadi? Anda memarahi Direktur Chen? Apakah Anda memerlukan bantuan profesional saya?" tanyanya dengan nada prihatin.Tapi setiap kata yang meluncur dari bibirnya terasa mengandung racun tersembunyi.Tatapan Sophia berbinar saat ia menghela napas, menikmati momen yang menurutnya adalah langkah awal menuju kemenangan.Dalam benaknya, David Li sudah berada dalam genggamannya.Dengan tatapan

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Mempermalukan Michael Chen.

    Sementara itu, di depan pintu lift, Direktur David Li menahan langkah Xander yang baru akan turun mengikuti instruksi Hani, si petugas keamanan.“Tuan Sanjaya...” suara David Li terdengar ragu. Ia mencoba menghentikan aksi keempat orang itu.“Direktur utama...” sapa Hani buru-buru membungkuk dalam-dalam, hampir mencium lantai. Sebuah tindakan menjilat yang parah tak terselamatkan.Amy Liu dan Jessica Huang mengikuti dengan hormat, meskipun sikap mereka jauh lebih wajar.Namun, David Li tidak memedulikan ketiga orang itu. Fokusnya sepenuhnya tertuju pada Xander.“Anda adalah...” suara David Li menggantung, seolah mencoba memastikan apa yang ia pikirkan. Sorot matanya bertemu dengan Xander, yang mengedipkan mata santai, memberi sinyal jelas bahwa identitasnya sebaiknya tetap tersamarkan.“Panggil saja aku Xander. Xander Sanjaya...” ujar Xander dengan nada acuh tak acuh, seolah nama itu tak berarti apa-apa.Meski sudah jelas menyebutkan nama “Sanjaya,” Amy Liu dan Jessica Huang tidak men

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Tidak Tahu Malu.

    Namun, karena Sophia terus menangis keras tanpa setetes air mata, Michael Chen tidak punya pilihan selain menunjukkan empati. Bagaimanapun juga, Sophia adalah kekasih gelapnya. Ada rasa sakit yang samar saat melihatnya menangis.“Hani, seret ketiga orang itu keluar sekarang juga. Aku yang bertanggung jawab atas pemecatan Jessica Huang dan Amy Liu. Jangan biarkan situasi ini semakin kacau!” perintah Michael dengan nada tegas, disertai lirikan yang menyiratkan dukungan untuk Sophia.Sophia langsung menghentikan tangisannya yang berlebihan. Ia mendongak dengan mata merah, bukan karena air mata, tetapi akibat terlalu lama menguceknya.“Direktur Michael, apakah Anda sungguh melakukan ini demi keadilan?” tanya Sophia dengan nada manis yang jelas palsu. “Anda memang yang terbaik... Mari kita bersiap-siap menyambut Tuan Sanjaya,” lanjutnya dengan senyum sumringah, seolah drama tadi tak pernah terjadi.Michael sempat merasa aneh melihat perubahan drastis Sophia, tapi ia menepis pikirannya. Ia

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Drama Queen.

    Tak lama kemudian, Hani, si petugas keamanan yang lebih cocok disebut tukang parkir, sudah berada di aula. Hampir dua ratus karyawan berkumpul, menyaksikan aksi arogansi Sophia yang memanas."Hani! Usir mereka bertiga sekarang juga!”“Mereka sungguh memalukan, rakus menyantap hidangan yang seharusnya untuk Tuan Sanjaya! Manusia-manusia lancang!" seru Sophia dengan nada penuh kebencian, suaranya menggema di seluruh ruangan.Para karyawan, yang sebenarnya tidak menyukai Sophia, berbisik-bisik di antara mereka, mengomentari sikap arogannya.Tatapan mereka penuh rasa tidak suka, tetapi tak satu pun yang berani angkat bicara.Namun, di mata Sophia, bisikan itu adalah pujian atas ketegasannya. Dia memang ingin mencari muka di hadapan direktur utama, Tuan David Li, berharap bisa menaikkan posisinya.Pacar gelapnya, Michael Chen, adalah direktur pemasaran dan tidak punya kuasa di bidang SDM.Jadi, dengan membuat jasa semacam ini, ia berharap mendapat perhatian David Li agar Amy dan Jessica di

  • Rahasia Kekayaan Sang Barista   Si Tukang Makan.

    Meskipun Diamond Air berada di gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, perusahaan ini hanya menempati lantai tiga dan empat Sanjaya Tower.Lantai empat, tempat ruang direksi berada, memiliki desain minimalis dengan panel kayu elegan dan pencahayaan modern yang hangat, menciptakan suasana profesional yang sesuai dengan standar perusahaan.Xander, dengan penampilan yang sederhana namun penuh percaya diri, tiba-tiba muncul di ruang pertemuan yang luas.Meja panjang di tengah ruangan dipenuhi kue-kue mewah dan berbagai hidangan lezat. Aroma manis dari kue-kue tersebut memenuhi ruangan, menggoda siapa pun yang masuk.Semua ini tampaknya dipersiapkan dengan cermat untuk menyambut pemilik baru—Xander sendiri."Aku suka kue ini," bisik Xander pada dirinya sendiri, tanpa ragu mengambil sepotong besar tiramisu yang lembut dan kaya rasa."Hm, lezat," katanya sambil menjilat jarinya, menikmati setiap gigitan. Ia kemudian memotong sepotong besar pie susu yang menggiurkan, salah satu makanan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status