Semua Bab Mendadak Jadi Istri Kesayangan : Bab 31 - Bab 40

60 Bab

BAB 31 - MENJAGAMU DARI JAUH

"Aku tidak menyangka, seorang Sagala kini kembali seperti dulu lagi. Kembali menjadi pria yang terlihat begitu mencintai seseorang." Erik menggoda sambil menyenggol lengan Sagala, matanya penuh tawa, "Tapi aku harap, kau tidak akan mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu‒ yang akhirnya membuatmu menyesal." Sagala hanya mendesah, menatap sungai yang mengalir tenang di hadapannya, "Aku sudah cukup menyesal, Rik." katanya datar. Meski ada kepedihan yang tersembunyi dalam suaranya, "Aku tidak mau mengulanginya lagi. Itu sebabnya aku berusaha keras untuk memperbaiki semuanya. Tapi, Kalula‒ dia masih belum siap." Erik menatapnya dengan ekspresi serius, "Kau tahu, Sag. Cinta itu soal waktu juga. Kalau kau terlalu cepat atau terlalu lambat, kau bisa kehilangan segalanya. Mungkin sekarang bukan waktunya‒ tapi kau juga harus paham batas. Jangan memaksakan sesuatu sesuai kehendakmu." Sagala mengangguk pelan, namun di dalam hati
Baca selengkapnya

BAB 32 - TOLONG BERI AKU WAKTU

Kalula duduk di teras rumahnya, ditemani Ibu Aisyah yang setia menghabiskan waktu bersama semenjak kepergian Nenek Rini. Sore itu angin berhembus lembut, membuat suasana terasa damai, meskipun di dalam hati Kalula masih ada rasa gundah yang belum sepenuhnya hilang."Bagaimana kebunmu hari ini, Kalula?" tanya Ibu Aisyah, sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi kayu. Wanita setengah baya itu selalu tampak tenang, dan keberadaannya menjadi pelipur lara bagi Kalula."Seperti biasa, Bu." Jawab Kalula sambil tersenyum tipis, "Tidak banyak yang berubah. Hanya beberapa tanaman yang butuh perhatian ekstra."Ibu Aisyah mengangguk pelan, sorot matanya penuh kasih sayang, "Nak, kamu terlalu sering menghabiskan waktu sendirian. Ibu khawatir kamu merasa kesepian."Kalula tersenyum lebih lebar kali ini, berusaha menyembunyikan perasaan hatinya, "Tidak apa-apa, Bu. Lagipula, Ibu selalu ada di sini menemani, kan? Kalula jadi tidak terlalu merasa sendirian."Wanita
Baca selengkapnya

BAB 33 - MENIKAHLAH DENGANKU

Dua hari kemudian, Kalula kembali berada di pasar seperti biasanya. Dia duduk di balik lapak sederhana yang penuh dengan sayur mayur segar hasil panen dari kebunnya sendiri. Namun, tidak seperti biasanya‒ dagangannya sama sekali belum laku terjual. Matahari sudah mulai tinggi, namun tidak ada satu pun pembeli yang mampir ke lapaknya. Kalula mulai merasa cemas."Ya Tuhan, kenapa hari ini tidak ada yang membeli daganganku?" gumamnya pelan sambil memandang sayur-sayuran yang tersusun rapi di depannya.Namun, dia segera menggelengkan kepala, berusaha mengusir kekhawatiran itu, "Tapi aku gak boleh patah semangat. Siapa tahu, sebentar lagi ada yang membeli," ujarnya pada dirinya sendiri, mencoba menyemangati diri. Sebuah senyuman kembali menghiasi wajahnya, meski tipis.Dan benar saja, tidak lama kemudian seorang ibu-ibu menghampirinya. Wajahnya ceria, dan matanya berbinar ketika melihat sayur-sayuran yang dijual Kalula."Wahh... Sayurannya segar-segar sekali!"
Baca selengkapnya

BAB 34 - LEMBARAN BARU

Kalula menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gemuruh perasaannya. Dia memandang Sagala dengan mata yang sendu, “Sagala, kamu tahu bahwa apa yang terjadi malam itu‒ itu bukan sesuatu yang bisa aku lupakan begitu saja. Rasa kecewa itu masih ada, dan aku belum bisa sepenuhnya memaafkan apa yang kamu lakukan.”Sagala menundukkan kepalanya, menyadari beratnya kata-kata Kalula. Dia tahu bahwa malam itu telah merusak sesuatu yang begitu berharga di antara mereka.“Tapi aku mohon, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya,” pinta Sagala, suaranya terdengar tulus, namun juga dipenuhi ketidakpastian, “Aku akan lakukan apa pun. Aku hanya ingin kamu kembali, dan aku ingin kita membangun masa depan bersama.”Kalula terdiam, merasa perasaannya terbelah. Dia masih merasakan luka dari masa lalu, tetapi di satu sisi, ada bagian dari dirinya yang ingin percaya pada ketulusan Sagala. Namun, untuk menerima permintaan menikah begitu saja?
Baca selengkapnya

BAB 35 - TERIMA KASIH, KALULA

"Maaf... Aku tadi tidak membawa bekal apapun, karena tidak sempat membuatnya," ucap Kalula dengan suara yang terdengar canggung."Tidak apa-apa, Kalula. Dengan kamu mengizinkan aku untuk membantumu di sini saja, sudah membuatku sangat senang," jawab Sagala, matanya berbinar penuh harapan, "Aku harap ini adalah langkah awal yang baik untuk hubungan kita lagi."Kalula terdiam sesaat, tak tahu harus merespon bagaimana ucapan pria itu barusan. Dalam hati kecilnya, dia memang belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran Sagala kembali, tetapi dia berusaha untuk membuka diri pada pria itu."Hmmm... Ini sudah siang. Aku akan masak makan siang dulu. Jika kau mau, kau bisa ikut ke rumahku dan makan siang," ucap Kalula dengan sedikit ragu, suaranya bergetar antara harapan dan ketakutan.Sagala tersenyum lebar, "Aku akan sangat senang sekali! Terima kasih, Kalula. Ini akan menjadi momen yang berharga."Mereka berdua berjalan menuju rumah Kalula, suasana di sepanj
Baca selengkapnya

BAB 36 - MAKAN SIANG ISTIMEWA

Tepat lusa. Kalula sudah memiliki jawaban yang akan dia berikan pada Sagala. Namun, gadis itu merasakan ada yang berbeda. Sejak pagi, Sagala tidak datang ke rumahnya untuk membantunya di kebun atau sekadar mengganggu dengan candaan seperti biasanya, "Tumben dia tidak kesini? Apa dia sedang sibuk dengan pekerjaannya di proyek?" gumamnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan di kebun, Kalula memutuskan untuk mengantar makan siang ke tempat proyek Sagala. Dia ingin memberikan jawaban atas pertanyaan yang diutarakan Sagala beberapa hari lalu, "Semoga saja aku tidak telat," pikirnya, sambil bergegas mengambil bekal yang sudah disiapkannya. Kalula mengemas makanan sederhana dalam sebuah wadah dan mengenakan jaketnya. Dalam hati, dia berharap semoga Sagala masih ada di proyek saat dia tiba, "Semoga keputusanku tidak salah," bisiknya pada diri sendiri. Dengan langkah cepat, Kalula berangkat menuju lokasi proyek. Perasaan campur aduk
Baca selengkapnya

BAB 37 - KEMBALINYA KALULA

Hari semakin sore. Setelah Sagala menyelesaikan pekerjaannya dan memberikan beberapa pesan terakhir kepada para pekerja, dia segera berlari menghampiri Kalula yang menunggunya di dekat pintu masuk proyek. "Maaf karena telah menunggu lama," ucapnya sambil terengah-engah. "Tidak apa-apa, kau kan memang sibuk," jawab Kalula dengan senyum tipis, tampak memaklumi. Sagala mengangguk lega, lalu melanjutkan, "Mari aku antar pulang. Setelah ini, aku harus langsung kembali ke kota." Dia mulai melangkah lebih dulu, tetapi baru saja akan bergerak, suara Kalula menghentikannya. "Tunggu, Sag." seru Kalula, nadanya terdengar sedikit ragu. Sagala berbalik dan menatap Kalula, alisnya terangkat sedikit, "Iya, ada apa, Kal? Apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" tanyanya dengan lembut. Di dalam hatinya, dia tidak bisa menahan harapan, "Aku harap kamu akan memberikan aku jawaban yang melegakan,
Baca selengkapnya

BAB 38 - HARI BARU YANG INDAH

"Nyonya Kalula! Akhirnya anda kembali ke rumah ini lagi." Seru Tika dengan wajah berseri-seri, menyambut majikannya yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah besar itu. Kalula tersenyum tipis, "Iya, Tika. Aku kembali," jawabnya dengan suara lembut, namun ada kelelahan yang tampak jelas di wajahnya. Tika segera menghampiri dan mengambil tas kecil yang dibawa oleh Kalula, "Rumah ini sepi sekali tanpa anda, Nyonya. Rasanya seperti kehilangan jiwa." Kalula terdiam sejenak, menatap lantai rumah yang begitu familiar, "Benarkah? Bukankah sama saja ada atau tidak adanya aku di rumah ini, Tika?" tanyanya dengan nada datar, seperti mencoba menyembunyikan sesuatu. Tika menggeleng pelan, menatap Kalula dengan serius, "Tidak, Nyonya. Setelah anda pergi waktu itu, rumah jadi sepi sekali. Tuan Saga juga sering menyendiri, bahkan Tuan Saga juga selalu melewatkan sarapan, dan pulang dari kantor larut malam."
Baca selengkapnya

BAB 39 - MAKAN BERSAMA DI KANTOR

Setelah membantu Tika membereskan meja makan, Kalula berjalan ke kamar dan mengambil iPad-nya. Dengan langkah ringan, dia menuju balkon, mencari tempat yang nyaman untuk mengusir kebosanan yang datang menghampiri.“Lebih baik aku mencari kesibukan saja agar tidak bosan,” gumamnya sambil menyalakan iPad.“Sudah lama sekali aku tidak melakukan ini. Apa aku masih bisa?” tanyanya pada diri sendiri.Kalula mulai menggambar pola-pola di layar iPad dengan jari-jarinya yang lincah. Garis-garis halus dan detail yang ia tambahkan satu per satu seolah menciptakan kehidupan pada desain bajunya. Setiap lengkungan, setiap warna yang ia pilih, semua tampak begitu selaras dan indah, membuat hasil desainnya perlahan tampak seperti mahakarya kecil.Seiring angin sepoi-sepoi yang menyapu wajahnya di balkon, Kalula merasakan kreativitasnya mengalir bebas, seperti aliran sungai yang lembut namun kuat. Ia tersenyum puas, menikmati rasa bahagia yang jarang dirasakannya belakangan ini‒ bahagia karena bisa ke
Baca selengkapnya

BAB 40 - PERSIAPAN DAN FITTING BAJU

Suasana ruangan seketika berubah hening dan canggung. Sagala membatin, “Kenapa sih Lira harus datang ke sini? Benar-benar merusak suasana.”“Ada keperluan apa kamu datang, Lira?” tanya Sagala dengan nada gugup.“Kenapa kamu tanya begitu, Sag? Biasanya aku ke kantor kamu, tapi kamu tidak pernah bertanya seperti itu. Kenapa sekarang kamu seperti tidak suka aku datang?” sahut Lira, menyelidik.“Oh... Apa aku mengganggu kalian berdua?” lanjutnya sambil melirik Kalula yang duduk di samping Sagala, “Kalau memang aku mengganggu, aku pergi saja. Maaf.”Lira segera bangkit dari duduknya, berharap dalam hati, “Pasti Sagala akan menahan aku.”Namun, harapannya sia-sia. Sagala hanya diam, membiarkan wanita itu pergi begitu saja.“Sagala benar-benar tidak menahanku,” Lira pergi dengan perasaan kesal. Sepanjang langkahnya, dia terus menggerutu dalam hati, “Awas saja kamu, aku tidak akan membiarkan perempuan itu memiliki kamu‒ karena sampai kapan pun, kamu tetap milikku.”Ia melangkah masuk ke lift
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status