Home / Pernikahan / Mendadak Jadi Istri Kesayangan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mendadak Jadi Istri Kesayangan : Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

BAB 21 - MENGHINDAR

Setelah perdebatan panjang yang dipenuhi amarah dan kebingungan, Kalula akhirnya menyerah. Gadis itu berdiri diam di hadapan Sagala, tubuhnya gemetar karena frustrasi, tapi dia tahu tidak ada jalan keluar. Dia kalah dalam permainan yang Sagala atur‒ permainan yang awalnya dia terima tanpa sepenuhnya memahami konsekuensinya."Baiklah," ucap Kalula dengan suara pelan, nyaris berbisik. Hatinya terasa berat, seperti terhimpit oleh semua keputusan yang harus dia terima, "Aku akan tetap tinggal‒ seperti yang kau inginkan."Sagala menatapnya. Ekspresi wajahnya sulit diartikan. Mungkin ada sedikit rasa bersalah di matanya, tapi sikapnya tetap dingin, "Kau tahu, Kalula. Ini adalah pilihanmu sendiri. Kau yang menerima permainan ini sejak awal."Kalula mengepalkan tangannya, mencoba menahan semua rasa sakit yang meluap-luap di dalam dadanya, “Pilihan?” gumamnya, hampir tertawa pahit, “Aku tidak pernah punya pilihan, Saga. Sejak awal, ini semua permainanmu
Read more

BAB 22 - SAHABAT LAMA

Kalula mulai berkeliling membawa map coklat di tangannya, isinya penuh dengan berkas-berkas lamaran kerja yang sudah dia siapkan semalaman. Dia mendatangi berbagai tempat‒ dari toko kecil di pinggir jalan, kafe, hingga kantor perusahaan yang lebih besar. Berharap ada satu yang mau menerimanya sebagai karyawan. Namun, hingga siang menjelang, hasilnya masih nihil. Setiap pintu yang dia ketuk selalu ditutup dengan kata-kata penolakan yang halus namun tetap menusuk."Huuftt... ternyata mencari pekerjaan tidak semudah yang aku pikirkan." Gumamnya sambil menyeka keringat di dahinya. Matanya melirik ke arah matahari yang semakin terik‒ membakar aspal di bawah kakinya. Meski tubuhnya mulai lelah dan langkahnya melambat, semangat di dalam hatinya tetap menyala.Kalula menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam kekecewaan yang mulai merayap. Dia tidak bisa menyerah sekarang bukan‒ setelah memutuskan untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Pikirannya melayang sejenak ke Sagal
Read more

BAB 23 - SALAH PAHAM

Rama mengajak Kalula masuk ke dalam mobilnya, membuka pintu dengan gestur yang sopan, "Ayo, kita pergi ke suatu tempat," katanya. Senyumnya lebar dan penuh semangat. Kalula merasa sedikit canggung, tapi rasa senangnya mengalahkan perasaan itu. Dia melangkah masuk ke dalam mobil, menatap interior yang rapi dan modern. Setelah mereka melaju, suasana di dalam mobil terasa hangat. Sepanjang perjalanan, mereka mengobrol banyak hal‒ mengenai sekolah, teman-teman lama, dan pengalaman Rama selama tinggal di luar negeri, "Kamu tidak akan percaya, aku sudah mencoba makanan dari berbagai negara. Tapi satu yang paling bikin kangen adalah‒ bakso!" kata Rama sambil tertawa, mengingat kenangan masa kecil mereka yang sering makan bakso bersama. Kalula tertawa, teringat betapa mereka berdua selalu menghabiskan uang saku untuk membeli bakso di pojok jalan, "Jadi kamu benar-benar merindukan bakso kita yang biasa dibeli di warung itu?" tanyanya, matanya berbinar.
Read more

BAB 24 - PERGI MENGHILANG

Kalula merasa sangat kecewa dan hancur atas apa yang telah dilakukan Sagala. Dia menangis dalam keheningan, meringkuk di atas tempat tidur pria itu dengan tubuhnya yang tertutup selimut tebal. Air mata terus mengalir di pipinya, membasahi bantal di bawahnya. Tubuhnya terasa lelah dan remuk, baik secara fisik maupun emosional. Perasaan sakit yang menguasai hatinya begitu dalam, membuatnya bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi. Sagala, yang kini terbaring pulas di sampingnya, seolah tidak menyadari luka yang telah ditorehkannya. Bagi Kalula, malam itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia lupakan. Dia memeluk dirinya sendiri, berusaha mencari kehangatan di tengah rasa dingin yang memenuhi hatinya. Pikiran-pikirannya penuh dengan kebingungan, kemarahan, dan rasa sakit, “Kenapa semua ini harus terjadi lagi?” gumamnya dalam hati, berusaha memahami situasi yang baru saja dialaminya. Kenangan masa lalu yang penuh luka kembali menghantui, mengingat
Read more

BAB 25 - SAGALA KACAU

"Saya tidak mau tahu! Pokoknya kalian cari Kalula sampai ketemu, kalian cari ke mana pun!" seru Sagala, suaranya penuh tekanan."Baik, Tuan. Kami akan segera mencari Nona Kalula. Jika sudah ada kabar, kami akan langsung menghubungi Anda," jawab salah satu anak buah Sagala sebelum mereka segera bergegas keluar untuk menjalankan perintah.Setelah semua anak buahnya pergi, Erik mendekat ke arah Sagala. "Sekarang lo ceritain deh sama gue, apa yang sebenarnya udah terjadi? Dan apa alasan gadis itu pergi? Pasti ada sesuatu yang bikin dia sampai kabur," ujar Erik dengan nada tenang namun mendesak.Sagala menghela napas berat, pandangannya terarah ke lantai, seolah mencari jawaban yang sulit diungkapkan. Erik diam, menunggu dengan sabar meski rasa ingin tahunya semakin kuat."Apa maksud lo, Sag? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Erik pelan, mencoba memancing temannya untuk membuka diri.Sagala mengusap wajahnya dengan kedua tangan, seolah berusaha mengha
Read more

BAB 26 - KEHIDUPAN BARU KALULA

Sementara itu, Kalula kini tinggal di sebuah desa yang cukup jauh dari perkotaan. Dia menghabiskan hari-harinya bersama seorang nenek yang tidak sengaja dia tolong di jalan. Nenek itu, yang bernama Rini, sangat berterima kasih atas pertolongan Kalula dan menawarkan gadis itu tempat tinggal.Setiap hari Kalula membantu Nenek Rini berkebun, menanam sayuran, dan merawat tanaman-tanaman di kebun kecil milik nenek itu. Dia juga menemani Nenek Rini ke pasar untuk menjual hasil kebun mereka. Kehidupan barunya di desa ini memberinya rasa tenang yang sudah lama dia rindukan. Suasana yang jauh dari hiruk-pikuk kota membuat Kalula bisa sedikit melupakan masalah yang dia tinggalkan.Namun, meski begitu‒ terkadang nama Sagala masih terlintas di pikirannya. Kenangan-kenangan indah bersama pria itu mengisi pikirannya, mulai dari tawa hingga perdebatan kecil yang sering terjadi di antara mereka. Kalula sering bertanya-tanya apakah Sagala mencarinya atau hanya melupakan segalanya.
Read more

BAB 27 - KALULA MERASA BERSYUKUR

Beberapa hari berlalu sejak Nenek Rini dirawat di rumah sakit desa, dan selama waktu itu‒ Kalula setia menemani neneknya. Dia merawat, mengurus, dan memastikan nenek mendapatkan perawatan terbaik yang bisa diberikan di rumah sakit sederhana itu. Meskipun Nenek Rini mulai membaik dan kondisinya stabil, Kalula tetap merasa cemas setiap kali mengingat kejadian di kebun.Pagi itu, Kalula duduk di samping ranjang Nenek Rini, membelai lembut tangan nenek yang tampak lebih lemah dari biasanya. Meskipun tubuhnya terlihat ringkih, senyuman tipis yang menghiasi wajah Nenek Rini membuat Kalula sedikit tenang.“Nak, kamu tidak perlu khawatir. Nenek ini hanya butuh waktu untuk istirahat lebih lama,” ujar Nenek Rini dengan suara pelan tapi hangat.Kalula mengangguk, matanya masih berkaca-kaca, "Nenek, aku benar-benar takut. Aku pikir aku akan kehilanganmu." Jawabnya lirih. Tangannya tetap menggenggam erat tangan nenek, seakan-akan takut akan kehilangan lagi.
Read more

BAB 28 - KEHILANGAN

Kalula duduk di samping tempat tidur Nenek Rini, matanya sembab karena air mata yang terus mengalir sejak kejadian tadi malam. Dia menatap nenek yang terbaring dengan tenang, wajahnya keriput namun penuh kedamaian.Setiap detik terasa lambat, seolah waktu berhenti untuk memberi ruang bagi pikirannya yang dipenuhi kekhawatiran. Dia menatap nenek yang terbaring dengan tenang, wajahnya keriput namun penuh kedamaian. Sesekali, Kalula berbicara dalam hati, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi ketakutan tetap menguasainya.Suara napas Nenek Rini yang lembut menjadi satu-satunya pengingat bahwa dia masih ada di sana."Bagaimana kalau‒ bagaimana kalau ini waktunya? Apa aku siap kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupku sekarang?" batinnya penuh kecemasan. Setiap napas Nenek Rini, meski lembut, terasa seperti pengingat bahwa hidup begitu rapuh.Kalula menutup wajahnya dengan kedua tangan‒ berusaha menenangkan diri,
Read more

BAB 29 - AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU

"Jangan sampai Saga melihatku di sini, ya Tuhan," gumam Kalula, matanya terus berkeliling memastikan tidak ada tanda-tanda kehadiran Sagala. Ia sibuk merapikan barang-barang dagangannya yang hanya terjual sedikit. Dengan perasaan was-was, tangannya dengan cepat mengikat kotak-kotak barang untuk dibawa pulang. Semakin cepat ia pergi dari sini, semakin baik‒ sebelum pria itu menyadari keberadaannya.Sejak kejadian terakhir di antara mereka, perasaannya menjadi rumit. Jarak yang ada sekarang terasa penting untuk menjaga dirinya tetap kuat dan tidak terjebak dalam kebingungan hati. Dia benar-benar tidak siap untuk bertemu dengan Sagala, apalagi di tempat sesederhana ini. Pasar desa, dengan hiruk-pikuknya yang biasa, mendadak terasa seperti tempat yang penuh tekanan bagi Kalula.Namun, seolah dunia berkonspirasi melawan keinginannya, takdir punya rencana lain. Saat Kalula sibuk menutup kotak-kotak dagangannya, sebuah suara yang sangat dikenalnya terdengar dari belakang.
Read more

BAB 30 - SEBUAH TANGGUNG JAWAB

Kalula mengusap wajahnya, seolah berusaha menghilangkan beban di pikirannya, “Aku tidak tahu, Bu. Dia bilang ingin memperbaiki semuanya, tapi‒ aku masih belum bisa melupakan apa yang sudah terjadi. Aku- masih terlalu kecewa dan sakit.”Ibu Aisyah mendengarkan dengan sabar, lalu menyentuh tangan Kalula dengan lembut, “Nak Kalula... Terkadang luka di hati memang butuh waktu untuk sembuh. Tidak ada yang bisa memaksa perasaanmu berubah dalam sekejap. Kamu berhak untuk menjaga jarak jika itu yang membuatmu merasa lebih baik.”Kalula menundukkan kepala, suaranya lirih, “Tapi, di sisi lain aku juga tidak bisa membohongi diri sendiri, Bu. Sebagian dari diriku masih peduli padanya. Aku takut kalau aku memberi dia kesempatan lagi, semua akan terulang. Tapi aku juga tidak bisa sepenuhnya menjauh darinya.”Ibu Aisyah tersenyum lembut, “Perasaan manusia memang rumit, Nak. Tidak ada jawaban yang mudah. Tapi satu hal yang perlu kamu in
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status