Semua Bab KARMA SANG MANTAN ISTRI : Bab 21 - Bab 30

32 Bab

21

Atau mungkin ia masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Hasna? Di atas montor milik Fatihah, Zaki ingin sekali menanyakan itu. Namun kekuatan ragu berkali-kali menepisnya.Untuk apa menanyakan hal yang tidak penting itu. Namun seandainya memang Hasna bersaudara dengan Fatihah. Justru ia akan merasa malu."Apa kamu kenal dengan istri Pak Robert, Fat? "tanya Zaki akhirnya. Di jok belakang Fatihah memicingkan mata, lalu tertawa kecil. "Bu Hasna?"tanyanya lagi memastikan.Zaki mengangguk kecil."Ya kali mas. Rakyat jelata seperti ku bersaudara dengan serang istri konglomerat,"Zaki merasakan apa yang mengganjal di hati dan fikiranya sedikit lega."Tapi wajah kamu.., ""Mirip dengan Bu Hasna? Mas Zaki bukan orang yang pertama kali mengatakan itu. Tetapi ya lebih bening Bu Hasna lah. Suaminya bermodal. Ya begitu kalau wanita di ratukan oleh sang suami. Aura kebahagiaanya terpancar. Menambah wajah cantiknya semakin berseri. Apa nasibku kelak bisa sama dengan Bu Hasna ya?"celetuk
Baca selengkapnya

22

Zaki terlonjak kaget bukan main. Ia turun dari montor dengan buru-buru. Bahkan ia lupa sekedar mengucapkan kalimat terimakasih untuk Fatihah.Fatihah yang melihatpun turut merasa iba. Ia memilih untuk menunggui. Ibunya terduduk lemas dengan pandangan kosong. Bahkan kehadiran Fatihah pun tak ia gubris. Biasanya ia akan cerewet dengan wanita pilihan Zaki."Ibu kenapa?"tanya Zaki dengan panik."Kita diusir dari kontrakan, Ki,"jawab Bu Ratih dengan lemas dan lirih."Memangnya salah kita apa bu? Kita bayar uang kontrakan tepat waktu."keluh Zaki. Bu Ratih justru menangis. Namun tangisanya tidak meronta. Sepertinya ia sudah lelah menangis. "Tadi ada tiga orang laki-laki berpenampilan seperti preman kesini. Dia mengusir ibu dengan paksa sembari mengeluarkan barang-barang kita di kontrakan dengan kasar juga. Semua dilempar keluar. Bahkan ibu tidak sempat menatanya dengan rapi. Ibu malu menjadi bahan tontonan Ki. Seperti kita ini buruan dept collector saja."Zaki merasa geram. Pasti saat i
Baca selengkapnya

23

"Semua beres bos. Sesuai perintah,"ujar salah seorang bodyguard yang ditugaskan mengusir Zaki dan ibunya dari kontrakanya. Lelaki sepuh dengan tongkat di tanganya itu tersenyum puas di tengah wajah keriputnya yang terlihat jelas. 'Kamu kira bisa menyakiti mereka sesuka hatimu begitu. Robert dan istrinya boleh masih berbesar hati. Tetapi tidak untuk ku. Tidak ada seorang pun yang dapat menyakiti keuargaku. Atau dia akan lenyap, 'gumam lelaki tersebut. Wajahnya boleh tua dan keriput. Tetapi sorot matanya tajam menghujam seperti mata elang. Alexander Sanjaya. Ayah kandung dari Robertio Hadi Sanjaya.Ia melakukan itu tanpa sepengetahuan sang anak. Baginya tidak sulit mengetahui bagaimana keadaan rumah tangga sang anak. Tinggal perintah semua akan berjalan dengan sendirinya. "Papa tidak perlu sampai seperti itu. Percayalah Robert pasti bisa menyelesaikan masalahnya sendiri,". Seorang wanita yang berkisar seumuran Pak Alex menghampirimya. Wajahnya masih terlihat cantik. Berkulit bersih
Baca selengkapnya

24

Zaki mengusap wajahnya dengan kasar. Mampukah ia mengemis pekerjaan kepada ayahnya Hasna kembali? Walau ia tau Pak Rohim adalah seorang yang lembut, baik lagi santun. Tetapi bagaimanapun beliau masih berhubungan dengan Hasna. Dimana keluarga anaknya yang mengusir Zaki dan ibunya secara tidak hormat dari kontrakan itu. Ah jika mengingatnya hati Zaki kembali perih. Ia menelan saliva kala mengingat dendamnya yang membara kepada Robertio. Mampukah ia menuntaskan rasa sakitnya itu? Harga dirinya serasa di injak-injak. Namun saat mengingat siapa Robertio, nyalinya ciut. Ia punya segalanya. Harta, jabatan dan kekuasaan. Saat Zaki masih kaya pun nyatanya kekayaanya tidak ada secuil dari materi yang dimiliki Robertio. Di zaman sekarang dengan uang, semua bisa dikendalikan.*"Tidak usah balas dendam secara berlebihan. Balas dendam terbaik adalah saat kamu berusaha lebih baik dari sebelumnya,"ucap Hasna sembari melipat pakaian yang kering. Sementara Zaki duduk di tepi ranjang dengan na
Baca selengkapnya

25

Mereka belum tau Hasna yang sekarang. Ada yang saling berbisik. Lalu tertawa kecil. Kemudian kembali ke aktifitasnya semula. Tidak etis memang. Mereka laki-laki. Membicarakan orang lain. Bahkan di depan istri pucuk pimpinan tempat mereka bekerja. Bahkan bisa saja Hasna menggenggam nasib mereka. Dengan satu kedipan mata, ia bisa membuat hidup mereka korat karit berantakan karena kehilangan pekerjaan yang menghidupinya bahkan membuat hidupnya menjdi mewah. Bukan rahasia umum lagi jika perusahaan mikik Robertio adalah perusahaan raksasa yang jarang bisa dengan mudah dimasuki pelamar keja baru. Gaji yang ditawarkan juga bukan main jumlahnya. Gaji staff biasa saja mencapai dua kali lipat UMR kota. Mungkin gaji jabatan diatasnya bisa mencapai dua digit angka di depanHasna tersenyum kecil. Bermaksud menetralkan perasaan dan emosinya. Baper? Siapa yang tidak akan sakit hati ketika seolah dipandang rendah tanpa rasa hornat. Walau Hasna bukan tipikal wanita yang gila hormat. Akan teym
Baca selengkapnya

26

Tidak munafik. Lelaki mana yang tidak bahagia diperlakuan sedemikian baik oleh seorang perempuan. Di era gempuran para wanita yang matrealistis seperti saat ini, tetapi nyatanya Fatihah berbeda. Zaki merasa ini juga tidak telepas dari pola asuh orang tuanya yang juga terlihat baik dan santun. Namun Zaki sadar diri. Dia adalah laki-laki yang seharusnya juga memperlakukan demikian kepada wanita nya. Namun dia punya apa? "Mas Zaki,"panggil Fatihah lagi mengagetkan. Zaki sedikit terlonjak. "Jangan kebanyakan melamun,"lanjut wanita itu lagi sembari menyerahkan kunci montor. Tangan Zaki gemetar menerimanya. Dia gagal menutupi salah tingkahnya di depan Fatihah. Membuat wanita itu tersenyum kecil. 'Jangan tersenyum, Fat,'teriak Zaki dalam hati yang tak mungkin Fatihah mendengarnya. Bagi laki-laki itu, senyum wanita sebaik Fatihah adalah candu yang manis. Namun entah sampai kapan ia terjebak pada perasaan yang tidak tau tujuanya dan tidak tau jawabanya.Motor Fatihah bukan tergolong m
Baca selengkapnya

27

Wajah pasangan suami istri tersebut benar-benar terlihat resah. Mereka memang memilih mandiri dari segi apapun, walaupun seorang Robertio adalah anak tunggal. Namun mereka memilih berpisah rumah, agar bisa berdiri diatas kaki sendiri.Tetapi sepertinya apa yang mereka harapkan tidak berjalan dengan sesempurna itu.Orang tua Robert sangat protektif menjaga mereka. Terutama sang papa. Apapun aktifitas keluarga itu mereka tau. Entah dimana dan siapa orang yang dibayar untuk mengawasi.Jika mungkin sebagian orang merasa senang karena diperhatikan, tetapi tidak dengan mereka. Kadang juga papa nya masuk ke dalam ranah yang tidak semestinya beliau perlu tau. Termasuk usaha kontrakan milik Robert. "Pap,"tegur Hasna yang menatap sang suami sejak tadi hanya tertunduk."Iya mam,"jawab Robert lirih seperti tak bertenaga. "Kamu kenapa? Sakit?"Robert menggeleng kecil."Aku minta ma'af mam. Tidak bisa memberikan kehidupan runah tangga yang sempurna. Bahkan membuatmu tidak nyaman seperti ini,"j
Baca selengkapnya

28

"Lalu kalian mau papa yang bagaimana? Yang cuek? Yang membiarkan anak serta menantu disakiti oleh orang lain yang tidak tau diri? Papa tidak bisa seperti itu,"jawab Pak Alex dengan wajah resah yang tidak bisa disembunyikan. Hasna menghela nafas pelan. Memang tidak mudah untuk merubah watak seseorang."Pa, Robert bukan anak kecil lagi. Robert bisa menjaga diri sendiri dan juga keluarga,"pinta lirih Robertio.Pak Alex mengalihkan pandangan."Aku tidak yakin membiarkanmu sendiri dengan sifatmu yang selalu merendah Robert. Aku akui kamu cerdas. Tapi kamu juga begitu murah hati. Dan papa takut dengan segala kebaikanmu itu justru dimanfaatkan oleh orang lain,"Tidak ada yang menyahut. Semua diam. Merasa masing-masing berada pada garis kebenaran. Hati Zaki turut bergetar. Lebih tepatnya merasa bersalah. Kenapa ia semudah itu menuduh Hasna dan suami. Padahal mereka masih menaruh iba terhadap hidupnya. "Ki, bisa bantu saya mengambil titipan Pak Alex?"tanya Pak Ahmad yang membuat ia terbuy
Baca selengkapnya

29

Zaki sudah mengira bahwa reaksi sang ibu akan seperti biasa. Marah. Atau memaki mantan menantunya tersebut. Tetapi ternyata Zaki salah. Justru sang ibu tidak bereaksi. Masih asyik dengan masakan di penggorenganya. "Bu, ibu masak apa sih? Ibu dengar Zaki ngomong kan?"Ibunya menoleh pelan. "Untuk apa Zaki? Untuk menjadi bahan hinaan mereka? Sudahlah. Kita tinggal disini saja. Nanti kalau sudah" ada cukup uanh, kita beki rumah sederhana, "jawab Bu Ratih dengan lirih.Zaki benar benar tidak menyangka. Kata kata bijak itu keluar juga dari bibir sang ibu. "Oh iya. Ibu mau jualan di pasar,"Zaki semakin menganga mendengar penuturan sang ibu. Ia pastikan bahwa pendengaranya tidaklah salah."Jualan? Jualan apa bu? Ibu yakin?"tanya Zaki memastikan lagi. Bu Ratih kembali mengangguk penuh mantap. "Kentucky,"jawabnya. Ya Zaki akui, ibunya selalu tak pernah gagal membuat masakan itu terasa enak, krispi dan bumbunya begitu terasa dan meresap. Zaki mendudukan tubujhnya di kursi. "Kena
Baca selengkapnya

30

"Si Dito anaknya Pak Lurah mau melamar Neng Fatihah,"Degg. Kaki Zaki terasa lemas. Ia kalah cepat. Bahkan hanya dalam hitungan menit. Lagipula semestinya ia harus berkaca. Bagaimana dia. Dan seperti apa masa lalunya.Sementara Fatihah adalah wanita baik-baik. Secara logika, apa iya juga mau dengan Zaki yang berstatus duda? Ah dunia tidak akan sebercanda itu. Zaki berbalik badan. Kembali pulang. Dan kembali menelan kecewa. Rasanya baru kali ini ia benar benar kecewa dengan seorang wanita. Ibunya menatap heran, belum sampai hitungan menit sang anak keluar dengan membawa niat baiknya. Justru sekarang ia kembali dengan lemas. Ibunya menatap trenyuh."Ditolak kah ki?"tanya sang ibu yang harap harap cemas. Zaki menghela nafas pelan. Sementara sang ibu terus menatap lekat wajah Zaki. Menantikan jawabanya"Fatihah sudah dilamar anak Pak Lurah bu,"Bu Ratih kini terduduk lemas. Ia bahkan berfikir mungkin ini hukuman untuknya. Berharap mendapat menantu baik, namun semuanya tidak s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status