Home / Pernikahan / KARMA SANG MANTAN ISTRI / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of KARMA SANG MANTAN ISTRI : Chapter 31 - Chapter 40

49 Chapters

31

"Lamaran?"tanya Fatihah dengan tatapan bingung. Zaki merintih. Berharap Fatihah tidak membuat hati nya kembali berharap lagi."Aku tau Fat tanpa kamu beri tau,"ujar Zaki. Tapi nyatanya ia gagal menyembunyikan wajah kecewanya yang bercampur cemburu itu."Memangnya Mas Zaki sudah pernah bertemu kakak Fatihah?"tanya wanita itu. Kini Zaki yang semakin bingung dibuatnya. Melihat sutuasi ini, Bu Ratih mencoba angkat bicara."Begini nak Fatihah, jadi lamaran di rumah mu kemarin itu, lamaranya siapa?"tanya Bu Ratih dengan tidak sabar. "Oh. Itu lamaran Mas Dito kepada kakak Fatihah. Tapi ia kerja duar kita. Jadi jarang ketemu,"Zaki bernafas lega. Tanpa sadar ia melebarkan senyumnya tanda bahagia. "Jadi bukan untuk kamu?"tanya Bu Ratih lagi memastikan. Fatihah menggeleng pelan. "Nanti sore aku akan datang Fat,"ucap Zaki dengan spontan.Alis Fatihah bertaut. "Akan ku minta kamu kepada orang tuamu,"lanjut Zaki. Hati Fatihah berdebar. Pipinya menjadi bersemu merah. Ia menunduk. "B
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

32

Fatihah tampak diam mematung mengamati sosok laki laki yang datang dengan kemeja putih itu. Tak ada yang aneh. Pemuda tersebut tampak ramah. Sepertinya ia juga seumuran dengan Fatihah. Dia cukup tampan.Sepupu Fatihah yang juga turut membantu acara ini juga tampak berlarian kecil mendatangi Fatihah di pelaminan.“Dia datang, kak,” ujar Erlin dengan raut wajah yangkhawatir.“Sudah biarkan saja. Sebenarnya tak ada yang mengundangnya kemari. Hanya saja biarlah itu hak dia untuk datang,” jawab Fatihah.“Siapa sih Fat? Kenapa kalian begitu takut?” tanya Zai yang tentu menuai pemasaran.Fatihah mencoba tersenyum di depan laki laki yang baru saja mengucapkan akad untuknya itu.“Tidak apa apa. Tak penting, nanti akan aku ceritakan,” kata Hasna.Namun ibu Hasna-Bu Sundari yang juga ada di pelaminan juga tampak tak enak hati dengan kehadiran laki laki yang entah siapa itu. Dari gesture tubuhnya beliau juga terlihat begitu gelisah. Dan anehnya, laki laki itu juga menyalami semua orang, bahkan sa
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

33

Matahari telah tenggelam, dan lampu-lampu pesta mulai bersinar terang di taman rumah Fatihah. Malam itu, angin malam terasa sejuk, seolah berusaha meredakan kegelisahan di hati Fatihah. Meskipun hari ini adalah hari pernikahannya, ada bayang-bayang ketakutan yang terus menghantuinya. “Fatihah, kamu baik-baik saja?” tanya Zaki lembut saat mereka duduk berdua di teras rumah, menikmati malam pertama mereka sebagai suami istri. Fatihah mencoba tersenyum, meski senyum itu tampak dipaksakan. “Aku baik-baik saja, Mas. Hanya sedikit lelah.” Zaki mengangguk, meski ia tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh istrinya. Ia memutuskan untuk tidak memaksanya bercerita, setidaknya tidak malam ini. Namun, ketenangan malam itu tiba-tiba terusik oleh bunyi getaran ponsel di saku Fatihah. Ia meraih ponselnya dan melihat sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal. “Selamat malam, Fatihah. Selamat atas pernikahanmu. Tapi ingat, aku selalu mengawasimu. – Ardan” Pesan itu membuat tangan Fatihah berge
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

34

Malam itu, setelah mereka memutuskan untuk melapor ke polisi, Fatihah dan Zaki berusaha beristirahat. Namun, pikiran mereka terus dibayangi oleh ancaman Ardan. Setiap bayangan dan suara di rumah terasa seperti ancaman nyata, membuat tidur mereka tidak nyenyak. Keesokan paginya, mereka berdua pergi ke kantor polisi setempat untuk melaporkan ancaman yang mereka terima. Polisi menerima laporan mereka dengan serius dan berjanji akan melakukan penyelidikan. Meski begitu, kekhawatiran masih menghantui Fatihah. “Jangan khawatir, Sayang. Polisi akan menangani ini,” kata Zaki saat mereka berjalan keluar dari kantor polisi. “Aku tahu, Mas. Tapi perasaan takut ini tidak bisa hilang begitu saja,” jawab Fatihah dengan suara pelan. Mereka berdua memutuskan untuk mampir ke rumah orang tua Zaki untuk memberitahukan situasi tersebut. Di sana, Bu Ratih langsung menunjukkan kekhawatirannya. “Fatihah, Zaki, kalian harus berhati-hati. Ardan sepertinya orang yang berbahaya,” ujar Bu Ratih dengan cema
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

35

Kilatan kilat menerangi langit malam yang kelam, disusul oleh suara gemuruh guntur yang menggetarkan jendela rumah kontrakan Zaki dan Fatihah. Hujan turun deras, menambah kesan suram pada suasana malam itu. Di dalam rumah, Fatihah duduk di sofa dengan wajah tegang, sementara Zaki berdiri di dekat jendela, memperhatikan jalanan yang gelap dan sepi. “Mas, apa kita benar-benar aman di sini?” tanya Fatihah dengan suara lirih, mencoba menyembunyikan ketakutannya. Zaki menoleh ke arahnya, berusaha tersenyum untuk menenangkan istrinya. “Kita akan baik-baik saja, Sayang. Polisi sudah tahu tentang Ardan, mereka akan mengawasi kita.” Namun, di dalam hati Zaki, kekhawatiran tetap bersemayam. Ia tahu bahwa Ardan bukanlah orang yang mudah menyerah. Pria itu terlalu penuh dendam dan ambisi. Tiba-tiba, suara ketukan keras di pintu depan mengejutkan mereka berdua. Fatihah menggenggam tangan Zaki dengan erat, ketakutan terlihat jelas di matanya. Zaki mendekati pintu dengan hati-hati, mengintip mel
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

36

Matahari sore menyinari halaman rumah orang tua Ardan, memancarkan bayangan panjang dari pepohonan tinggi yang mengelilingi rumah mewah itu. Zaki dan Fatihah berdiri di depan pintu besar, keraguan dan ketakutan menggelayuti hati mereka. Ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk mencari keadilan dan perlindungan dari ancaman yang terus membayangi.Zaki meraih tangan Fatihah, mencoba memberi kekuatan melalui genggaman erat. "Kita harus masuk, Sayang. Ini mungkin satu-satunya cara kita bisa menghentikan Ardan."Fatihah mengangguk pelan, meskipun hatinya masih dipenuhi keraguan. "Kita harus mencoba, Mas. Demi keselamatan kita."Dengan langkah pasti, Zaki mengetuk pintu. Setelah beberapa saat, seorang pelayan membukakan pintu, menatap mereka dengan dingin. "Ada yang bisa saya bantu?"Zaki menarik napas dalam-dalam. "Kami ingin bertemu dengan orang tua Ardan. Ini sangat penting."Pelayan itu mengamati mereka sejenak sebelum mengangguk. "Tunggu sebentar di sini." Ia menutup pintu, meningga
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

37

Hujan yang tak kunjung reda membuat malam semakin terasa mencekam. Zaki duduk termenung di ruang tamu rumah kontrakannya, tatapannya kosong, fokus pada pikiran yang berputar-putar di kepalanya. Fatihah sedang mempersiapkan makan malam, namun ia bisa merasakan kegelisahan suaminya. Zaki tak pernah terlihat begitu cemas sebelumnya."Mas, kenapa kamu diam saja? Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Fatihah, mendekat dan duduk di sampingnya.Zaki menarik napas panjang, mengerutkan kening. "Aku semakin khawatir, Sayang. Ardan... dia sepertinya selalu bisa lolos begitu saja dari hukum. Dia punya cara untuk menghindari semuanya. Seperti tidak ada yang bisa mengalahkannya."Fatihah menggenggam tangan Zaki, mencoba menenangkan. "Kita sudah berusaha, Mas. Polisi sudah terlibat.""Tapi dia selalu punya cara untuk lolos," jawab Zaki dengan suara yang penuh kepasrahan. "Pernahkah kamu berpikir, Sayang, kenapa dia selalu bisa menghindari hukum? Aku rasa dia punya banyak koneksi yang kita tidak tahu
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

38

Zaki merasakan kepalanya berputar. Apa yang baru saja ia dengar membuat seluruh rencananya berantakan dalam sekejap. Robertio, yang ia harapkan bisa menjadi penyelamat, ternyata berada di pihak Ardan.“Jadi, kalian berdua... sudah saling mengenal dengan baik?” Zaki bertanya, suara hampir tidak terdengar karena ketegangan yang melanda dirinya.Ardan masih tersenyum sinis, seolah menikmati kekalutan yang terlihat jelas di wajah Zaki. “Tentu saja, Zaki. Robertio dan aku sudah lama saling mengenal. Kami sering berdiskusi, berbagi cerita, dan ya... kami berbicara tentang banyak hal. Termasuk tentang kamu.” Ardan melirik Robertio, yang hanya mengangkat bahu tanpa ekspresi. “Apa yang kamu pikirkan, Zaki? Kamu benar-benar mengira kamu bisa mengalahkan kami dengan cara seperti ini?”Zaki merasa tubuhnya kaku. Semua usaha yang ia lakukan untuk mencari jalan keluar, semuanya seakan sia-sia. Ardan dan Robertio sudah merencanakan ini sejak awal. Selama ini ia merasa berjuang melawan Ardan, padahal
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

39

Di tengah malam yang sepi, suara angin menggoyang dedaunan dan membuat suasana semakin mencekam. Lampu jalan yang redup hanya menambah kesan seram, memantulkan bayangan panjang di trotoar basah. Bu Ratih duduk di ruang tamu rumahnya, menggenggam telepon dengan tangan gemetar. Dia tahu langkah ini adalah keputusan terakhir, namun ia tidak punya pilihan lain.Bu Ratih menekan nomor telepon Hasna dengan tangan yang masih gemetar. Dia menarik napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. "Hasna, ini aku, Ratih. Maaf mengganggumu malam-malam begini, tapi aku benar-benar butuh bantuanmu," kata Bu Ratih dengan suara yang nyaris pecah. Di ujung telepon, Hasna terdiam sejenak sebelum menjawab, "Bu Ratih? Ada apa? Kenapa suaramu terdengar begitu cemas?" Bu Ratih menarik napas lagi, berusaha mengumpulkan keberanian. "Hasna, ini tentang Zaki. Kamu tahu kan masalah yang sedang dihadapinya dengan Ardan? Kami sudah mencoba segalanya, tapi Ardan sepertinya selalu bisa lolos. Aku tidak
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

40

Malam itu masih menyimpan rasa tegang dari pertemuan sebelumnya. Robertio dan Hasna tahu bahwa mereka harus bertindak cepat. Setiap langkah yang salah bisa berakibat fatal, namun mereka tidak punya banyak pilihan. Setelah berhadapan langsung dengan Ardan, Robertio tahu bahwa tidak ada waktu untuk ragu. Dia segera menghubungi kontak-kontak pentingnya, memastikan bahwa langkah-langkah yang telah mereka rencanakan bisa dilaksanakan dengan sempurna. Di markas besar polisi, seorang perwira yang telah lama bekerja sama dengan Robertio sedang mempersiapkan operasi besar. "Kita harus bergerak cepat. Kita punya kesempatan ini, dan kita tidak boleh menyia-nyiakannya," kata perwira tersebut dengan tegas. Robertio memberikan instruksi terakhirnya, memastikan semua orang tahu peran mereka. "Kita harus menangkap Ardan dengan bukti yang kuat. Kita tidak bisa memberinya kesempatan untuk lolos lagi." Hasna melihat suaminya dengan penuh harap. "Kamu yakin ini akan berhasil, Mas?" Robertio mengan
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status