Semua Bab Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder : Bab 51 - Bab 60

77 Bab

Bab 51

Alice yang baru saja selesai dengan rutinitasnya. Kembali ke kamarnya dengan tubuhnya lelah dan lemas. Seharian dia hanya makan sedikit saja dan belum makan apa pun setelahnya karena Luna menyembunyikan semua makanan yang ada di atas meja. Terpaksa Alice hanya membawa dua buah apel naik ke kamar untuk mengganjal perutnya yang lapar.Selesai mandi, Alice meraih satu apel dan langsung memakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Perutnya terasa perih sejak sore.“Kenapa ibu tega sekali padaku,” katanya dengan nada yang lemah. Satu gigitan habis, ia menggigit bagian yang lain hingga menghabiskan setengah buah apel yang manis. Alice tersenyum cerah karena perutnya sudah terisi dengan sempurna dengan sepotong apel merah yang manis.“Ah, terima kasih apel, aku berhutang banyak padamu.” Alice meletakkan sisa apel ke atas piring lalu, meriah ponsel yang yang Arsen berikan padanya.Ponsel yang Leonardo berikan padanya saat itu, sudah hancur saat kecelakaan terjadi. Alice menghela napas pela
Baca selengkapnya

Bab 52

Tengah malam, Alice yang tiba-tiba lapar kembali terbangun. Ia melirik satu apel lain yang masih tersisa di atas meja. Ia mengeluh karena terpaksa harus bangun sedangkan dirinya masih sangat mengantuk.Baru saja ia menurunkan kakinya, ponselnya terlihat menyala. Ia raih dengan perlahan dan tersenyum mendapati nomor Leonardo tertera di sana.Alice mengerutkan kening karena tak biasanya Loenardo mengirim sebuah foto padanya. Rasa penasaran yang besar membuatnya langsung membuka tanpa memikirkan hal lain selain kerinduan.Senyum yang tadinya terlihat cantik kini berubah menjadi lengkungan kesedihan. Sebuah foto kaki telanjang di bawah selimut. Terlihat putih dan bersih, Alice tahu itu kaki wanita.Ia menelan ludah, tersenyum kecut mendapati gambar yang ia tahu sengaja dikirim agar ia menyerah. Entah siapa yang mengirim Alice tidak peduli. Yang ia tahu, Leonardo memang tidak bisa mencintai dirinya.“Apa tujuanmu mengirim ini padaku?” balas Alice melalui ketikan di ponselnya. Ia mencoba ku
Baca selengkapnya

Bab 53

“Aku harap kamu sudah sadar jika dia bukan yang terbaik, Alice,” kata seseorang yang sejak tadi juga merasakan kesedihan dan kemarahan secara bersamaan. Ia menatap wanita yang saat ini berdiri di dekat jendela, menatap ke luar dengan tatapan kesedihan.Alice menoleh, ia berjalan dengan langkah lemah. “Apa kamu ada makanan? Aku lapar.”Arsen menepuk jidat halusnya. Ia berdiri dan langsung berlari ke arah dapur. Karena terlalu bahagia dan rindu, ia sampai lupa menyiapkan minuman dan makanan untuk Alice.Alice terkekeh, ia berjalan mengikuti Arsen yang tidak pernah berubah sejak dulu. Di dapur besar itu, Arsen sudah mengeluarkan beberapa isi dari lemari pendingin. Ada banyak sampai dia bingung harus masak yang mana dulu.Alice menggeleng. “Biar aku yang masak.” Arsen menggaruk kepala yang tidak gatal, lalu meraih gelas dan mengisi dengan susu yang dingin. “Minum dulu. Aku tidak ingin kamu jatuh pingsan sebelum makanan selesai.”Alice langsung meminum susu yang Arsen berikan, sementara k
Baca selengkapnya

Bab 54

Arsen duduk dengan salah satu kaki menumpu pada kaki yang lain. Ia menatap Silviana dengan tatapan tak berminat seperti biasa. Tatapan yang tidak Silviana sukai sejak dulu.“Hentikan tatapan remeh itu, Arsen,” ujar Silvia mulai jengah, “coba sekali saja kau tatap aku dengan tatapan lain, cinta mungkin.”Arsen tertawa rendah, ia menggeleng dengan mulut yang masih terbuka menertawakan rasa percaya diri Silviana uang memuakkan.“Cinta?” ulang Arsen, “aku sudah memberikan seluruh cintamu padanya, Silviana.”“Jangan gila. Kita semua tahu jika Amelia sudah menikah,” kata Silviana, “dan aku rasa dia menikahi pria tua bodoh yang jelek.”Arsen menghentikan tawanya, ia menatap Silvia dengan serius kali ini, “Benar kau tidak tahu siapa suami kakakmu?”Silvia menyandarkan punggungnya, merasa tidak suka dengan pembahasan ini, tetapi agar dia bisa berlama-lama bersama Arsen akhirnya ia menahan diri.“Sudah aku katakan! Dia menikahi pria tua yang jelek. Aku melihat penampilannya dengan pakaian yang
Baca selengkapnya

Bab 55

Sampai di hotel, Leonardo langsung masuk ke dalam kamarnya. Disusul oleh Dara yang bingung karena Leonardo terus diam sepanjang perjalanan mereka. Wanita cantik itu mulai menyadari itu ketika bosnya memakan makanan yang menurutnya biasa saja.“Pak, Anda sakit?” tanya Dara setelah duduk di sebelah Leonardo.Leonardo menggeleng. “Dara tolong buatkan saya kopi.”Dara langsung berdiri. Ia takut jika bosnya benar-benar sakit. Rencana jalan-jalan berdua bisa saja gagal dan kemungkinan tidak ia dapatkan lagi. Dengan langkah tergesa Dara membuatkan kopi untuk Leonardo, berharap dengan kopi buatannya semua menjadi lebih baik.Tidak lama, Dara tiba dengan kopi seperti yang Leonardo inginkan. Lebih banyak kopi dibandingkan dengan gula.“Pak kopi Anda.” Dara meletakkan kopi di atas meja. Lalu duduk kembali di samping Leonardo dengan tangan yang mulai bergerak lincah memijat lengan.“Pak, apakah Anda sakit?” tanya Dara panik.“Aku tahu kamu bertanya seperti itu karena takut jatah liburanmu terpoto
Baca selengkapnya

Bab 56

“Mau kemana lagi?” tanya Luna pada menantunya. Wanita itu, entah sejak kapan sudah duduk depan teras dengan teh yang sudah tersedia di atas meja.Alice menoleh pada mertuanya, lalu mendekat pelan. “Ibu, aku ingin menjenguk ibuku, dia kurang sehat.”“Sakit lagi? Aku rasa dia sengaja melakukan ini,” dengus Luna menatap sinis menantunya.“Ibuku tidak mungkin berbohong, Bu. Dia memang sakit beberapa hari ini,” kata Alice menjelaskan, “sarapan ini sudah aku siapkan. Pelayan akan bawa ke kamar nanti,” sambungnya.Luna berdecih, dia berdiri dan berjalan ke arah Alice yang sudah khawatir dengan apa yang akan terjadi. Satu tarikan kuat Luna lakukan pada rambut menantunya.Alice memegang tangan ibu mertuanya yang masih kita dengan cekalan di rambut. “I-ibu, tolong maafkan aku.”“Aku tahu kamu hanya beralasan saja selama ini, Alice,” kata Luna dengan suara yang gemetar oleh kemarahan yang tertahan, “kamu ingin menemui pria yang kemarin, bukan?”Alice terdiam sejenak. Udara di antara mereka teras
Baca selengkapnya

Bab 57

Leonardo merebahkan diri di atas ranjangnya. Ranjang yang Alice tempati lebih tepatnya. Ranjang yang awalnya adalah miliknya setahun yang lalu. Kini berubah menjadi kasur istrinya yang semua serba merah muda. Leonardo memejamkan mata, menghirup napas dalam dan membuangnya perlahan.Kamar itu tiba-tiba terasa lebih dingin dari biasanya. Ia membuka mata dan melihat tangan yang digunakan menampar istrinya beberapa menit yang lalu. Tangan itu bahkan masih terasa panas dan bergetar.“Ini sudah benar, Leo. Dia memang harus disadarkan agar tahu diri,” katanya dengan bibir bergetar. Ada rasa menyesal, tetapi lebih memilih untuk merelakan.“Ini sudah benar. Gadis itu memang seharusnya meninggalkan rumah ini,” katanya lagi setelah beberapa menit ia berpikir. Ia masih menimbang apa yang akan diungkapkan pada kakeknya nanti. Lagi-lagi Leonardo menghela napas dalam, merasa beban dalam hatinya semakin berat setelah langkah Alice yang semakin menjauh.Leonardo membalik diri dengan posisi miring, men
Baca selengkapnya

Bab 58

Beberapa minggu setelah kejadian di mana pertengkaran antara Leonardo dan Alice terjadi. Sore ini, Luna kembali di buat geram oleh menantunya yang benar-benar tidak kembali.“Bagaimana mungkin kalian tidak tahu kemana dia pergi, kalian berteman!” katanya penuh amarah pada para pelayan.“Nyonya, saya benar-benar tidak memiliki nomor baru nyonya Alice,” jujurnya dengan wajah menyesal.Luna membuang napas kesal, sudah selama beberapa minggu, dia tidak bisa minum dan makan dengan benar. Semua makanan yang pelayan buatkan untuknya tidak ada yang sesuai.“Kalau begitu, cepat buatkan aku sup ayam, aku sangat lapar,” katanya menahan diri agar tidak histeris karena terlalu marah. Leonardo yang sempat mendengar itu hanya menghela napas. Ia lelah dan ibunya sudah membuat keributan seperti biasa.“Leo, kamu menemukan di mana perempuan itu?” kata Luna pada Leonardo yang hendak melangkah naik ke lantai atas.“Bu, aku pergi bekerja. Mana bisa aku mencarinya,” kata Leonardo. Ia menatap ibunya yang te
Baca selengkapnya

Bab 59

Leonardo membuka laptop miliknya setelah kembali dari ruang kerja kakeknya. Fakta mustahil ini membuatnya penasaran hingga tak sabar menemukan bukti nyata.Satu persatu tombol keyboard diketik. Sehingga terkumpul menjadi kalimat latar belakang keluarga Oscar. Leonardo mengerutkan kening tatkala menemukan fakta yang ia cari. Kini satu persatu mulai terbuka dengan jelas. Ia baru mengetahui dan sadar kenapa tuan Oscar tiba-tiba melihatnya dengan tatapan tidak suka saat itu, padahal mereka baru saja bertemu.Artinya, pria tersohor itu tahu jika dirinya adalah suami dari putrinya. Leonardo mengerutkan kening. “Jadi benar, Alice adalah putrinya?”Leonardo kembali membaca lebih dalam hingga ia menemukan sebuah foto lama. Foto gadis muda dengan lesung pipi mirip seperti milik Alice. Tidak hanya itu, senyum dan sorot mata mereka juga sama.“Tidak mungkin,” kata Leonardo tertawa sumbang, tetapi dia semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana bisa Alice berpura-pura menjadi
Baca selengkapnya

Bab 60

Hary dan Burhan saling pandang, mereka berdua pun sudah mengetahui hal ini sudah lama. Namun, mereka tidak bisa melakukan apa pun karena tidak berani dengan kemurkaan tuannya. Hary mendekat ke arah Eldhan yang masih berlutut di atas lantai. Pria itu terlihat sangat rapuh tidak seperti biasanya.“Tuan Eldhan. Ayo kita ke rumah belakang,” katanya meminta agar Eldhan berdiri dan ikut dengannya.Eldhan mengangkat wajah, melihat bagaimana Delima yang terus mengetuk pintu kamar suaminya. Pria itu merasa bersalah, tetapi jauh lebih merasa marah karena Oscar yang memperlakukan Delima dengan tidak baik.Eldhan berdiri dan menyingkirkan tangan Hary di pundaknya, kemudian dia berjalan ke arah Delima yang terus histeris memanggil Oscar agar dimaafkan.“Kita pergi!” ajak Eldhan lembut, tetapi Delima menggeleng dan masih terus meminta agar Oscar membukakan pintu untuknya.“Dia tidak akan membuka pintu, Delima. Dia–”“Panggil aku nyonya Delima Eldhan. Ingat aku adalah istri dari tuanmu!” ucap Delima
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status