All Chapters of Istri Yang Diremehkan Ternyata Miliarder : Chapter 141 - Chapter 150

165 Chapters

Bab 141

“Bagaimana? Apakah kamu suka hadiahnya?” Leonardo memeluk wanitanya dari belakang. Menatap wajah cantik yang tengah tersenyum dari pantulan cermin besar.Alice memegang kalung berlian di lehernya, terlihat berkilau dan sangat cantik. “Tentu saja. Ini adalah hadiah pertama darimu, aku sangat menyukainya.”Alice meringis tatkala Leo mencubit pelan pinggangnya. “Aku tahu bersalah, tetapi jangan terlalu sering mengingatnya, aku semakin merasa kecil.”“Ah, baiklah. Maafkan aku tuan Leon. Sekarang, katakan padaku, apakah aku terlihat lebih menarik dari sebelumnya?” tanya Alice menatap suaminya dari pantulan cermin. Wajah tampan Leo yang begitu rupawan. Pantas jika ada wanita lain yang begitu tergila-gila pada suaminya.“Kamu selalu cantik walaupun tak mengenakan riasan. Akan tetapi jika berhias seperti ini, aku justru semakin takut. Takut jika dua pria yang selama ini mengekor padamu semakin jatuh cinta,” sindir Leo mengingat tentang Arsen dan juga Edgar.“Keduanya memang tampan, tetapi aku
Read more

Bab 142

Di atas pasir putih, dengan taburan kelopak mawar berwarna merah terang, juga dengan hiasan lilin yang menyala berbentuk hati, Alice dan Leonardo berdansa di tengahnya.“Terima kasih karena memberi kesempatan kedua untukku,” ucap Leo berbisik di telinga sang istri.“Heum, berjanjilah, selesaikan urusanmu dengan Dara atau kita tidak perlu bersama–”“Aku akan selesaikan semuanya. Kamu juga harus berjanji, jangan terlalu dekat dengan Arsen, aku tidak menyukainya,” balas Leo tidak mau kalah.“Hem, kita mulai dari awal. Hanya aku dan kamu, tidak ada Dara maupun Arsen,” sambung Alice dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Harapannya, kini telah terwujud, Leo membalas cintanya dan itu berkat kesabaran.Keduanya menikmati kebersamaan berdua, beberapa lilin mereka bahkan sudah padam karena tiupan angin pantai. Alice dan Leo masih saling berdansa, menukar setiap rasa yang ada di dalam hati.“Bagaimana kalau kita masuk, aku sudah tidak tahan dengan dinginnya,” kata Alice pada Leo yang masih
Read more

Bab 143

Di dalam ruangan dengan warna coklat gelap. Seorang pria dengan wajah tak kalah tampan dari Leonardo menatap lekat pada wanita yang saat ini berdiri menatapnya dengan tatapan marah.Bram melangkah mendekat seiring dengan langkah kaki Dara yang mundur ke belakang. Wanita itu, menelan ludah kasar membayangkan kembali malam panas yang pernah terjadi.“Kenapa mundur, Nona.” Bram menarik tangan Dara lembut ke arahnya, membentur dadanya yang bidang.“Pak Bram. Jaga sikap Anda, ya.” Dara menyentak tangan Bram dan mundur menjauh.Bram mendengus kasar, berbalik dan melangkahkan kaki ke arah kursi miliknya. Pria itu dengan gagahnya duduk kemudian memakai kembali kacamata yang tadi dilepas.“Selamat karena Anda sudah kembali bekerja, Nona,” kata Bram kembali pada sikap awalnya. Ia menatap ramah pada Dara seolah tak pernah terjadi hal mendebarkan pada kerjanya.Dara membenarkan rambutnya kemudian berdehem. “Pak, saya ingin bertanya mengapa surat pengunduran diri saya Anda tolak?”Bram masih menat
Read more

Bab 144

Suara ketukan pintu terdengar, Leo membuka kacamata dan mengizinkan orang yang mengetuk segera masuk.Dari luar, masuklah Dara senyum yang menawan. Langkah kaki yang begitu anggun terlihat sangat indah.“Selamat siang, Pak.” Dara semakin mendekat dan menyerahkan dokumen yang dibawanya ke meja Leo.“Pak, saya membutuhkan tanda tangan Anda,” katanya sembari melirik wajah tampan bosnya yang semakin bersinar setelah kepulangan dari liburan minggu lalu.Leo membubuhkan tanda tangan miliknya di setiap lembar yang Dara buka. “Di sini juga?” “Benar Pak,” jawab Dara dengan senyum yang menawan.Setelah semua selesai, Leo menutup dokumen dan menyerahkan kembali kepada Dara. Dara mendekat ke arah Leo, duduk di atas pangkuan bosnya dengan berani.Leo mengerang marah karena tak menduga jika Dara seberani itu melakukannya tanpa aba-aba, “Dara, apa yang kamu lakukan?”Dara mengalungkan tangan pada leher Leo, semakin mendekatkan tubuhnya yang sintal dan mengecup pipi Leo dengan sensual.“Dara,” kata
Read more

Bab 145

Leonardo mengusap wajah kasar. Ia melihat kotak makan dengan isian yang menggiurkan di atas meja. Akan tetapi, tak sedikit pun ia mencicipi. Bukan karena tidak suka, melainkan selera makannya yang tak ada lagi.“Pak, saya permisi, dulu!” Bram yang memang berniat membawa makanan yang Alice bawa sudah siap untuk meninggalkan rumahnya, tetapi, Leo memintanya kembali duduk dan menemaninya untuk makan siang bersama.Sementara Alice, wanita itu langsung saja pulang setelah berhasil memberinya satu tamparan juga.Bram melirik pelan ke arah bosnya, tanda merah berbentuk telapak tangan masih terlihat nyata di sana. “Pak, saya akan membawa es untuk Anda, tolong tunggu sebentar,” kata Bram sekali lagi ingin berpamitan.“Duduklah! Aku tidak membutuhkan apa pun selain teman makan,” kata Leo. Ia meraih linting dan sendok dengan malas, tulisan indah tangan istrinya pun masih ada di atas meja.Menghela napas panjang, Bram akhirnya meraih piring lain dan menyendok nasi dengan sepotong daging ke atas p
Read more

Bab 146

Waktu berputar lebih cepat setelah kejadian itu. tujuh bulan telah berlalu, semua terlihat baik-baik saja. Alice dengan pekerjaannya begitu pun dengan Leo yang semakin sibuk dengan kesibukan sendiri.Alisa sudah selesai dengan sekolahnya dan bekerja di bawah kakaknya—sekretaris Leonardo yang baru. Karena setelah kejadian Alice menampar Dara, wanita itu menghilang tanpa kabar lagi.Bram yang paling lelah mencari karena Dara membawa setengah dari hatinya.“Pak Bram, usiamu sudah begitu tua, tetapi mengapa masih saja menyendiri?” Alisa duduk dengan kopi di tangannya, menyesapnya sedikit dan menatap miris pada asisten kakaknya.Mendengus kasar, “Nona, tolong jangan ganggu saya. Saya tidak dalam suasana hati yang baik.”Berdecih, “Sejak kapan suasana hatimu baik, Pak. Sudah biarkan saja dia yang sudah pergi, masih ada wanita lain yang lebih baik, ‘kan?”Alisa menyesap kopi miliknya, kemudian tersenyum simpul. “Pak Bram, apakah mau menjadi kekasihku?”Bram yang tengah gundah gulana, mendapa
Read more

Bab 147

Udara dalam ruangan semakin panas, padahal Arsen sudah menambah suhunya. Melihat keduanya yang saling menatap dengan murka. Pria itu mendengus kasar. “Jika kalian ingin bertengkar, jangan di ruanganku. Pergilah, cari tempat yang luas.” Arsen berdiri dan membawa langkahnya ke arah mejanya.“Ingat, jika kalian sudah berhasil saling menyakiti, jangan salahkan aku karena tidak akan membela siapa pun di antara kalian.”Silvia mendengus kasar. Ia meraih tas yang sudah diletakkan di sofa, kemudian keluar dari ruangan Arsen tanpa mengatakan sepatah kata pun.Menyaksikan kepergian Silvia. Hari Vita bahagia. Ia merasa jika Silvia mulai menyadari jika dirinya yang lebih pantas bersanding dengan Arsen.“Arsen, apa kamu sibuk? Bagaimana jika kita makan siang bersama di bawah?” “Keluarlah! Kita sudah tidak ada hubungan apa pun, lagi Vita,” kata Arsen menatap datar pada wanita yang langsung terdiam di tempatnya.“Arsen, apa maksudmu, kita ini pernah bertunangan, aku–”“Hentikan kebodohanmu, Vita.
Read more

Bab 148

Leonardo dan Arsen saling pandang, kemudian sesaat kemudian mereka berdua tertawa. “Jangan bercanda. Aku tahu, tertawa kalian tidak tulus.” Arsen berdehem kemudian memutuskan melanjutkan makanan mereka. Sesekali ia menatap Alice yang terlihat bahagia ketika dengan sengaja Leonardo menyuapinya.‘Apa mereka berdua sengaja membuatku cemburu?’ batin Arsen mulai kepanasan.“Kami memang seromantis ini, jadi jangan berpikir jika aku sengaja memamerkan kemesraan kami,” kata Leonardo seolah mengetahui isi hati rekannya.Mendengus kasar, Arsen kembali melanjutkan makannya, tanpa memedulikan ejeken Leon tak henti membuat darahnya mendidih.Beberapa menit kemudian. Alice tersenyum cerah, ia menatap sahabat dan juga suaminya secara bergantian.“Aku senang melihat kalian berdua duduk berdampingan seperti ini,” kata Alice, mereka sudah selesai dengan makan siang dan sudah membersihkan semuanya.Arsen dan Leo sama-sama mendengus kasar dan serempak membuang muka ke samping.Alice terkekeh, merasa lu
Read more

Bab 149

Di dalam ruangan yang cukup besar. Leonardo duduk dengan wajah tak bisa terbaca. Ia terus menciumi tangan wanita yang dicintainya dengan sepenuh hati.“Kenapa suka sekali membuatku khawatir?” katanya dengan nada yang dalam.“Bagunlah, buka matamu,” imbuhnya lagi begitu khawatir.Beberapa menit sebelum kejadian, Leonardo dan Arsen hampir saja saling serang sebelum Jhon menggagalkan aksi mereka.Beberapa saat, setelah mengatur napas dan juga keadaan, Leonardo akhirnya memutuskan untuk kembali, pun dengan Arsen yang ikut di belakang bersamanya.Namun, mereka semakin terkejut karena tak mendapati Alice di dalam mobil.Pintu ruangan terbuka, Leonardo berdecak saat mengetahui siapa yang masuk tanpa diundang.“Kenapa wajahmu seperti itu? Aku hanya ingin melihat keadaannya,” kata Arsen dengan senyum kecil.Di belakang pria itu, ada Silvia yang masuk dengan wajah yang tak kalah khawatirnya.“Kakak ipar, biarkan kami berdua melihat Kak Alice,” kata Silvia, takut jika kedua orang ini kembali mem
Read more

Bab 150

Setibanya di rumah mereka. Alice di kejutkan dengan kehadiran semua anggota keluarga. Ada ayahnya dan Silvia, juga ibu mertuanya—Luna dan Lisa.“Ayah, di sini?” Alice memeluk ayahnya dengan haru, iantidka melihat ibu–Delima, tetapi ia tahu di mana wanita itu sekarang.“Apa Ayah harus melakukan sesuatu padanya,” jaga Oscar cukup membuat gentar semua orang, kecuali Silvia.Menggeleng pelan. “Ayah, aku baik-baik saja. Dokter pun mengatakan ini hal biasa terjadi.”Mendengus kasar, “Bagaimana bisa dokter itu mengatakan ini hal biasa, kamu sampai terluka dan masuk ke rumah sakit.”Alice mengusap lengan ayahnya pelan. “Aku baik-baik saja. Ayo duduk di sana.”Oscar akhirnya mengangguk. Kemudian Alice berjalan mendekat pada Luna yang berdiri mematung di sebelah Lisa. “Ibu terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk datang.”Luna mengangguk kecil. “Lain kali hati-hati. Jangan terlalu cepat ikut dengan orang lain.”“Aku akan mengingat ini. Terima kasih Ibu. Alisa, terima kasih sudah datang
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status