Semua Bab Jaring Cinta Sang Bodyguard : Bab 31 - Bab 40

88 Bab

Bab 31 - Mau Jadi Yang Asli?

Pesawat yang ditumpangi tim Alvaro mendarat di bandara Bilbao, Jumat malam waktu setempat. Bertrand dan Guiterre menjemput mereka, sesuai permintaan Alvaro.Edmundo dan kedua cucunya sama sekali tidak mengetahui kedatangan kelompok tersebut. Mereka juga tidak tahu jika Bertrand dan yang lainnya sengaja menutupi hal itu. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Jose Luiz, Gustavo dan Alvaro banyak bertanya pada Bertrand yang ditemani ajudannya, Vincente. Hal serupa juga dilakukan Wirya dan Yoga yang berada di mobil kedua. Guiterre dan pengawalnya, Miguel, menjelaskan kabar terbaru yang mereka dengar dari Carlos serta Leon. "Yanuar tidak ke sini?" tanya Guiterre. "Enggak. Dia lagi keliling Asia Tenggara sama Aswin, Galang dan Salman," jawab Wirya. "Akhir bulan nanti dia datang sama rombongan PC," sambung Yoga. "Berapa orang yang datang?" desak Guiterre. "Sama pengawal, sekitar 40 sampai 50 orang," terang Wirya. "Banyak juga." "Tiga hari di London, setelah itu mereka nyebar ke Peran
Baca selengkapnya

Bab 32 - Seseorang yang Dekat Denganku

Grup Rahasia TigaZulfi : Astagfirullah. Grup apalagi ini? Wirya : Si bule demen banget bikin penuh grup di hape nomor umum. Yoga : Sama grup ini, total ada 30 grup di hape putih. Andri : Di aku, ada 35 grup. Haryono : Harusnya di nomor khusus Power Rangers Alvaro : Enggak bisa, @Andri. Hisyam dan yang lainnya nggak gabung di sana. Yanuar : Heh! Kalian bertiga ke Bilbao kagak ngomong-ngomong! Benci aku! Alvaro : Berisik! Elu kerja aja yang benar, @Sipitih! Yanuar : Kenapa gue ditinggal? Alvaro : Elu, kan, akhir bulan nanti bakal ke London. Jadi yang sekarang elu kagak usah ngikut. Zulfi : Berhenti protes, @Sipitih! Andri : Ho oh. Aku nggak diajak, tapi nggak ngomel-ngomel. Haryono : Lama-lama Yanuar jadi makin mirip Emak Ira. Wirya : Memang emaknya itu. Mungkin ketukar sama Varo. Hugo : Dan aku kaget, Abang kesatu, ketiga dan empat datang nggak kasih info dulu! Alvaro : Kalau kami ngomong, nanti nggak surprised lagi, @Hugo. Hugo : @Carlos. @Leon. @Hisyam. @Beni. Kelua
Baca selengkapnya

Bab 33 - Sidak

Seorang pria bergegas keluar dari terminal kedatangan bandara Heathrow London. Dia memutuskan untuk menaiki kereta api untuk menuju pusat kota. Lelaki bercelana kargo hijau tua, mengayunkan tungkai menyusuri lorong panjang menuju stasiun bandara. Dia mengecek jadwal keberangkatan di billboard, kemudian meneruskan langkah hingga tiba di pintu masuk. Sekian menit berlalu, pria berjaket parka dan topi bisbol hitam, telah berada di gerbong kereta yang tidak terlampau banyak penumpangnya . Dia menyampirkan ransel ke pundak kanan. Terbiasa bersikap waspada, membuatnya memindai sekitar setiap beberapa menit. Perjalanan berakhir 30 menit di dekat distrik utama. Pria berkulit kuning langsat keluar dari kereta dan jalan cepat menuju stasiun. Dia menghentikan taksi, lalu meminta diantarkan ke salah satu gedung perkantoran di kawasan bisnis Southwark. Setibanya di tempat tujuan, pria tersebut keluar dari taksi yang berhenti di tepi jalan. Dia mengayunkan tungkai menuju gerbang depan pusat per
Baca selengkapnya

Bab 34- Putri Tidur

"Mau!" teriak Kimora melalui sambungan telepon jarak jauh."Izin dulu ke papamu," balas Hisyam. "InsyaAllah, beliau pasti ngizinin. Kan, sudah pernah diskusi sama Bang W dan Om Linggha." "Tapi aku harus dapat izin tertulis, buat ngajuin kepindahanmu ke kantor pusat." "Besok aku antarkan ke kantor. Nemuin siapa di sana?" "Mas Yon. Dia yang stand by." "Bang W dan yang lainnya, di mana?" "Lagi gentayangan." "Oh, ya, Bang. Nanti aku tinggal di mana?" "Kalau lagi dinas, di rumah Pak Jerome. Tapi kalau off, bisa nginap bareng Tari. Gwen nanti juga tinggal di rumah sebelah.""Semoga kami bisa temenan." "Pasti bisa. Mereka baik. Apalagi Gwen, rada kocak." "Bahasa Indonesianya sudah lancar?" "Kata Bang W, sih, belum. Tapi dia paham kita ngomong apa." "Syukurlah. Aku jadi nggak repot kudu nerangin." "Ada lagi yang mau ditanyain?" "Ehm, tentang pakaian. Apa yang harus kusiapkan?" "Sekarang sedang musim gugur. Habis itu musim dingin. Pastinya harus sedia banyak baju lengan panjang,
Baca selengkapnya

Bab 35 - Do You Like Him?

Pagi itu Utari bangun dan seketika terkejut, karena dia telah berada di kamarnya. Gadis berbibit penuh, bangkit sambil bertumpu dengan kedua siku. Dia memindai sekitar sambil bertanya-tanya dalam hati, tentang bagaimana caranya dia bisa berpindah ke kasur. Utari memandangi jendela yang gordennya terbuka sedikit. Sinar matahari pagi telah menyorot, membuatnya menggerutu karena telah kesiangan. Tiga puluh menit terlewati, Utari telah berada di kursi dekat meja makan. Dia menikmati hidangan buatan asisten rumah yang sudah bekerja di tempat itu, sejak Marley pindah ke London beberapa tahun silam."Bi, kemarin malam, siapa yang memindahkanku ke kamar?" tanya Utari, sesaat setelah Maggie duduk di kursi seberang. "Hisyam gendong kamu," jawab perempuan paruh baya berambut pirang. Utari membulatkan matanya. "Digendong?" "Yes, bridal style. So sweet.""Hmm. Dia memang manis." Maggie mengamati perempuan muda yang tengah merapikan rambutnya dengan jemari. "Do you like him?" godanya. Utari
Baca selengkapnya

Bab 36 - Musuh Dalam Selimut

Kedua rumah di ujung ceruk pinggir Kota London, malam itu terlihat ramai orang. Frank dan ketiga rekannya telah datang bersamaan dengan Gwenyth Zhi, serta keluarga Cheung, yang tiba tadi siang dari Taiwan.Utari yang berada di ruang tamu, berbincang dengan Gwenyth dan Earlene Yang, istri Chyou Jaden Cheung, sepupu Dante Adhitama. Sementara Maggie sibuk bermain dengan Bingwen Prinsen Cheung, anak Chyou yang berusia setahun, yang ditemani pengasuhnya yang bernama Xinxin. Para pria berkumpul di depan mess sambil memanggang daging dan yang lainnya. Mereka berbincang sambil bercanda, hingga gelakak mereka menguar beberapa kali. Setelah makanan matang, Syafid dan Deri mengantarkan beberapa piring ke dalam rumah dinas. Sebab udara di luar cukup dingin, para perempuan tidak ikut berkumpul di halaman. "Bibi, mari kita makan," ajak Earlene dengan bahasa Indonesia berlogat unik. "Kalian makan saja lebih dulu. Aku masih mau bermain dengan Bingwen," jawab Maggie tanpa menoleh. "Serahkan ke p
Baca selengkapnya

Bab 37 - Tersesat

Keesokan harinya, Chyou dan adiknya, ikut Hisyam ke kantor. Sementara Utari meliburkan diri untuk menemani Earlene dan yang lainnya jalan-jalan mengelilingi kota. Utari mengemudikan sendiri mobil MPV yang biasa digunakan Hisyam untuk beraktivitas. Maggie duduk di kursi samping kiri sambil memangku Bingwen. Gwenyth, Earlene dan Xinxin duduk di kursi tengah. Sementara Beck dan Xiao Dhan, kedua ajudan keluarga Cheung, menempati kursi belakang sambil memvideokan sekeliling. Sepanjang perjalanan, Maggie bertindak sebagai pemandu wisata. Dia mengoceh dalam bahasa Inggris Britain yang dipadukan dengan bahasa Indonesia. Semenjak menjadi asisten rumah Marley dan Gayatri, Maggie giat berlatih bahasa Indonesia. Selain itu dia juga pandai menirukan logat khas Jawa, yang sering diucapkannya bila tengah menelepon Gayatri. Utari mengajak kelompok tersebut ke taman terbesar di London, yakniTaman Hyde, yang luasnya mencapai 142 hektare. Di dekat Taman Hyde ada satu taman lagi bernama Kensington.
Baca selengkapnya

Bab 38 - Tindakan Di Masa Lalu

Hari berganti menjadi minggu. Rombongan Chyou telah kembali ke Taiwan. Gwenyth juga sudah bertugas di kantor PG sebagai asisten Rangga, sekaligus perwakilan dari Adhitama, Vong, Cheung dan Zheung. Pagi itu Hisyam berangkat lebih awal bersama Rangga dan Lazuardi. Pria berkemeja biru muda dengan logo PBK di saku, mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi menuju Brighton. Jarak 54 mil ditempuh dalam waktu hampir dua jam. Hisyam meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah proyek resor terbaru, yang pengembangnya bekerjasama dengan PG dan PB.Setelah memarkirkan mobil, ketiga pria tersebut keluar. Mereka mendatangi kantor pengembang dan disambut supervisor serta kepala keamanan. Seusai berbincang sesaat, sang supervisor memberikan tiga helm proyek yang segera dikenakan para tamu. Kemudian mereka keluar untuk menuju area proyek dengan mobil khusus. "Apa tidak terlihat, ke mana pencuri itu pergi?" tanya Hisyam sambil memerhatikan kepala keamanan bernama Dawson yang menjadi sopir. "
Baca selengkapnya

Bab 39 - Bagaimana Bisa Rusak?

Malam itu, seunit mobil MPV hitam melaju di jalanan Kota Brighton. Pengemudinya memfokuskan pandangan ke depan sambil mendengarkan petunjuk rekannya di sebelah kiri. Kelima pria di belakang, sibuk mengenakan atribut penyamaran. Mereka saling memberikan masukan agar hasilnya bagus dan bisa menyembunyikan wajah asli. Setibanya di tempat tujuan, kelima pria yang sama-sama mengenakan sweter gelap, turun dari kendaraan sambil membawa ransel masing-masing. Mereka menunggu mobil kembali melaju, kemudian mereka jalan berderet menyusuri jalan setapak di tepi lahan kosong. Dari kejauhan, tampak beberapa lampu menyinari pos pengamanan. Kelima lelaki tersebut segera merunduk sembari meneruskan langkah lebih cepat. Semak-semak tinggi di tempat itu melindungi mereka dari pantauan petugas keamanan. Ditambah lagi embusan angin yang searah dengan mereka. Hingga derap langkah kelimanya tidak terdengar siapa pun. Sementara di pos penjagaan, Rangga dan Lazuardi tengah berbincang dengan beberapa petu
Baca selengkapnya

Bab 40 - Otak Pencurian

Lazuardi dan Rangga mengamati keempat pelaku yang tengah diamankan di kantor polisi terdekat dengan lokasi proyek. Sementara kedua korban luka sudah dilarikan ke rumah sakit oleh ketiga petugas keamanan, yang tadi ikut ke tempat kejadian.Demikian pula dengan Robi yang badannya luka-luka terkena batu saat bergulingan tadi. Beni yang menungguinya di rumah sakit, turut meringis ketika Robi mengaduh saat lukanya dibersihkan perawat. Hisyam yang berada di kantor polisi, menggertakkan gigi seusai mendengar penuturan salah seorang pencuri, yang menjelaskan cara mereka melakukan aksi. Hisyam makin emosi karena ternyata pencurian itu adalah keempat kalinya dilakukan komplotan itu di lokasi proyek. Jack tampak termangu karena memikirkan nasib istri staf.yang melakukan pencurian. Perempuan yang merupakan kerabat asisten rumah tangga Jack, saat itu tengah hamil tua. Jack dan Rangga sudah berembuk. Mereka sepakat untuk tidak menginformasikan tentang staf bernama Rogan pada keluarganya, karena k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status