Semua Bab Jaring Cinta Sang Bodyguard : Bab 21 - Bab 30

114 Bab

Bab 21 - Who Is This?

Utari mengernyitkan dahi, karena sejak tadi ponselnya terus berdering. Namun, bila diangkat, tidak ada seorang pun yang menyapanya. Pada dering terakhir, Utari langsung mengangkat panggilan itu sambil memberi kode pada Fatma untuk memvideokannya."Hello, who is this?" tanya Utari. "Jika niatmu hanya mengganggu, aku sudah merekam pembicaraan ini dan akan melaporkannya ke polisi!" tegasnya. "Wait," ujar sang penelepon. "Who are you?" "My name is Gordon." "Okay, lanjutkan.""Kamu tidak perlu tahu aku siapa." "Hmm, kenapa?" "Itu tidak penting. Aku menghubungimu karena ingin menyampaikan sesuatu." "Katakan.""Kamu harus berhati-hati, karena ada orang yang menyewa temanku untuk melakukan sesuatu padamu." "Siapa dia?" "Aku tidak tahu." "Lalu, bagaimana kamu bisa mendapatkan nomorku?' Telepon terputus. Utari tertegun sejenak, lalu cepat-cepat menelepon balik. Namun, nomor itu sudah tidak aktif dan membuatnya bingung. "Kenapa, Kak?" tanya Fatma. "Dia belum selesai bicara, tapi la
Baca selengkapnya

Bab 22 - Tahan Emosi

Grup PG dan PBK area Eropa Hisyam : Welcome, Robi, Frank, Irwin dan Kurniawan.Beni : Selamat bergabung, Teman-teman. Fatma : Pacarku! Rangga : Siapa, @Fatma? Fatma : Bang Kurniawan.Irfan : Eeaaa! Nurhan : Prikitiw! Penelope : Aku cemburu! Dreena : Aku parah hati! Vanessa : Aku mau semedi di Tripoli. Jauhari : Loh, kok, aku baru tahu, kalau 4 orang itu mau dikirim ke London? Yusuf : @Ari, ka mana wae, euy? Aditya : Dari kemaren sudah diumumkan Bang W juga. Jauhari : Di mana? Hisyam : Di dieu, yeuh! Zulfi : Dimaklumi, Gaes. Ari baru pulang nguli mulung Lamborghini. Agus : Mantaplah, Bang Ari. Deri : Bagi aku satu mobilnya, @Bang Ari. Jauhari : Gampang. Nanti kukirim. Dalam bentuk miniatur. Hugo : Asek! Ada orang baru! Delmar : Akhirnya ada yang bisa dibajak ke Benedicto. Bertrand : Tidak bisa, @Delmar. Luiz lebih butuh orang. Wirya : Tim Spanyol, silakan cari sendiri pegawainya. Yang ini, khusus PG dan PBK. Hugo : Tolong carikan, @Abang ketiga. Wirya : Cari by y
Baca selengkapnya

Bab 23 - Dikutuk

Kedua kelompok saling berhadapan. Tidak ada seorang pun yang urun bicara. Mereka hanya memandangi pihak lawan, seakan-akan tengah mengukur kekuatan rival. Utari yang bergandengan tangan dengan Fatma, akhirnya bergeser maju di antara Hisyam dan Beni. Perempuan berjaket abu-abu memandangi Kiano yang balas menatapnya lekat-lekat. "Berhenti mengintaiku," pinta Utari. "Aku nggak bermaksud begitu. Aku cuma ingin bicara berdua denganmu," jawab Kiano. "Tentang apalagi, sih?" "Enggak bisa dibahas di sini. Ikutlah denganku." Utari menggeleng, lalu dia mengaitkan tangan kanan ke lengan kiri Hisyam. "Aku mau ngobrol, tapi Abang harus ikut." "Ini urusan kita, nggak ada sangkut-pautnya dengan dia." Kiano menatap tajam pria yang membuat hatinya panas. "Sudah kukatakan dari tempo hari. Abang calon suamiku, dan dia harus tahu apa pun tentangku. Termasuk apa yang mau kamu omongin." Kiano melengos. "Kenapa kamu mau diatur sama dia?" "Dengar nggak tadi aku bilang apa? Dia calon suamiku, dan Aba
Baca selengkapnya

Bab 24 - Apa Kamu Sudah Tahu?

Suasana supermarket sore itu terlihat ramai. Banyak orang memborong berbagai kebutuhan pokok untuk stok di rumah. Troli sarat barang didorong pengunjung hilir mudik melintasi lorong-lorong. Deretan meja kasir juga dipenuhi antrean. Demikian pula yang dilakukan Hisyam dan rekan-rekannya. Mereka berpencar menuju area masing-masing dan nantinya akan bertemu di food court. Pria berjaket kulit cokelat menyusuri koridor khusus sayur dan buah. Dia mencari-cari jagung manis kemasan yang akhirnya ditemukan terselip di antara aneka panganan lainnya. Sebab hanya ada dua jagung, Hisyam memutar troli dan jalan menuju lorong khusus makanan kaleng. Dia berhenti untuk mengamati deretan kaleng beraneka warna, lalu mengambil beberapa benda bergambar jagung pipilan. "Permisi, kamu, orang PBK, betul?" tanya seorang pria dari sebelah kanan Hisyam, yang spontan menoleh. "Ya," jawab Hisyam. "Maaf, Anda siapa?" tanyanya. "Lupa, ya, sama aku? Kita pernah berjumpa tahun lalu, waktu kamu ngawal Mas Tio ke
Baca selengkapnya

Bab 25 - Ciri-ciri Pendusta

Sepasang mata bermanik cokelat gelap, mengamati kedua orang yang berada di sofa ruang tamu. Pria bersweter hijau tua berusaha menajamkan telinga, agar bisa mendengarkan percakapan kedua orang tersebut. Beni yang menemani Hisyam di kursi ruang tengah, menepuk-nepuk pundak sahabatnya. Beni tahu jika Hisyam sedang tegang. Sebab itulah dia berusaha menenangkan lelaki tersebut. Sementara di teras depan, Lazuardi, Rangga, Irfan dan Nurhan sedang mengamati sekelompok orang bawaan sang tamu, yang tengah berkumpul di dekat mobil SUV silver. Ignazio dan Juan, kedua ajudan Miranda, turut menemani keempat rekan mereka di teras. Kedua pria asli Spanyol juga memerhatikan kelompok pria berjaket kulit hitam di dekat mobil, yang sedang berbincang menggunakan bahasa negara lain. "Apa kalian tahu, mereka pakai bahasa apa?" tanya Lazuardi. "Kupikir itu mirip bahasa Rusia," terang Ignazio dengan bahasa Indonesia yang cukup fasih. Bertahun-tahun menjadi pegawai keluarga Baltissen, menjadikannya dan re
Baca selengkapnya

Bab 26 - Lempar Batako Sembunyi Sundeng

Hisyam memerhatikan gadis berambut panjang yang sedang mencoba beberapa cincin bermata putih. Pria berambut tebal menghela napas berat, lalu mengembuskannya sekali waktu. Hisyam terus mengamati Utari yang tampak bahagia bisa mengenakan perhiasan berkilau berlian asli. Hisyam mengeluh dalam hati kala sang nona memilih cincin yang harganya paling mahal. Pria berhidung bangir mengambil dompet dari saku celana. Hisyam mengeluarkan kartu kredit dan memberikannya pada Utari. "Buat apa?" tanya Utari sambil menatap kartu itu. "Bayar cincin," jelas Hisyam. "Enggak usah. Ini aku bayar sendiri." "Tapi, ini buat memuluskan sandiwara." "Makanya aku yang bayar. Ini ideku, jadi aku yang harus keluar uang." "Aku jadi nggak enak, karena nggak ada kontribusinya." Utari tersenyum. "Abang bisa bantu bayar biaya tiket masuk tempat wisata di Spanyol. Aku pengen ke tempat yang direkomendasikan Kak Mira." "Yang mana?" "Mirador De Artxanda." Hisyam mengangguk paham. "Di situ pemandangannya bagus m
Baca selengkapnya

Bab 27 ' Mereka Siapa?

27Malam pertama di Bilbao, Edmundo Baltissen mengajak semua tamu bersantap di restoran baru. Javier Benedicto dan Jose Luiz juga hadir bersama pasangan masing-masing. Sepanjang acara makan, Hisyam dan teman-temannya bergantian menerangkan tentang orang-orang di London. Dreena dan Vanessa tidak ikut pulang ke Bilbao, karena mereka sudah ke sana bersama Alvaro beberapa waktu lalu. Hugo meminta kepala pengawalnya, yakni Leon, untuk memvideokan acara itu dan mengirimkannya pada Alvaro serta Gustavo. Sebab waktu di Bilbao lebih lambat 5 jam dari Jakarta, Alvaro baru melihat video itu seusai salat Subuh. Komisaris 4 PBK mengulum senyuman menyaksikan berbagai gaya keluarga dan kerabatnya, di kampung halaman sang babah. Alvaro meneruskan video itu ke grup khusus Power Rangers dan beberapa grup lainnya. Kemudian dia keluar dari kamar untuk melakukan joging bersama Arjuna. Hal yang selalu dilakukannya jika penghujung minggu tiba.Matahari pagi bergerak naik sepenggalah. Wirya menelepon A
Baca selengkapnya

Bab 28 - Lepaskan Aku!

Kedua kelompok saling berhadapan. Leon berusaha menahan diri untuk tidak bersikap keras pada regu pimpinan Laurencius. Begitu pula dengan Jorge dan rekan-rekannya. Mereka berdiri di belakang Leon yang sedang berdebat dengan Laurencius. Miranda muncul dari dalam rumah bersama Utari. Perempuan berambut pirang gelap mendatangi kerabat jauhnya sembari mengepalkan kedua tangan membentuk tinjuan. Hisyam dan Beni segera menahan Miranda yang merengsek maju. Namun, perempuan tersebut berhasil meloloskan diri hingga tiba di depan Laurencius. "Kakek sedang istirahat. Kalian, pergilah!" titah Miranda menggunakan bahasa Spanyol. "Ipar cantikku, apa kabar?" tanya Laurencius sembari menyentuh lengan kiri Miranda yang spontan menepisnya. "Aku bukan iparmu. Kita tidak punya hubungan apa-apa. Terutama sejak Papa mertuamu berkhianat!" "Papa tidak seperti itu. Dia hanya ingin mendapatkan hak bagiannya." "Bagiannya sudah habis di meja judi! Dia mau merampas bagian mamaku dan Bibi Serafina!" "Bibi
Baca selengkapnya

Bab 29 - Jadikan yang Asli

Hari terakhir di Bilbao, Hisyam dan Utari melakukan pemotretan serta video durasi pendek, sebagai bentuk totalitas mereka menjadi pasangan yang akan segera menikah. Hisyam yang difoto terlebih dahulu, mengikuti arahan fotografer yang sengaja disewa, agar hasilnya bagus. Pria bertuksedo hitam bergaya dengan cukup luwes seraya tersenyum. Kala Utari muncul dari ruang ganti, Hisyam tertegun. Baru kali itu dia melihat sang gadis berdandan. Sebab biasanya Utari hanya menggunakan bedak dan lipstik nude, serta eye shadow cokelat.Gadis bergaun panjang abu-abu muda mengayunkan tungkai mendekati Hisyam. Utari berdiri di samping kanan lelaki tersebut sembari merapikan rambutnya yang tertiup angin. "Buketnya ketinggalan," tutur Beni sembari memberikan buket bunga kecil pada Utari. "Sudah siap?" tanya sang fotografer menggunakan bahasa Inggris. Hisyam mengacungkan jempol kanan, lalu dia memposisikan diri di belakang Utari. Hisyam memegangi tangan kanan sang nona, sementara tangan kirinya mene
Baca selengkapnya

Bab 30 - Apa itu hot je ....

Miranda dan Edmundo melambaikan tangan untuk melepas keberangkatan tim Hisyam menuju London. Miranda tidak turut ke sana, karena dia hendak melakukan terapi buat menurunkan emosi. Leon dan Carlos yang mengantarkan kelima orang tersebut ke bandara, berbincang mengenai banyak hal, terutama tentang keluarga Macaire. Carlos yang sudah belasan tahun bersama keluarga Baltissen, sangat memahami pertikaian kedua marga tersebut, yang dimulai sejak Calinda Finola Macaire bersitegang dengan kakaknya, Felipe. Carlos yang merupakan Kakak kelas Hugo, Bertrand, dan Guiterre, menjadi salah satu saksi berbagai usaha Felipe untuk menjegal Calinda dan Gustavo, yang dianggap sebagai penguasa harta keluarga Macaire. Setelah Calinda wafat, Gustavo kembali ke Indonesia untuk mencari Ira dan putranya, yang ditinggalkan sejak puluhan tahun silam atas permintaan Edmundo. Hal itu dimanfaatkan Felipe untuk mencoba mengganggu bisnis keluarga Baltissen. Namun, Jose Luiz dan Javier Benedicto beserta beberapa r
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status