Home / Romansa / Jaring Cinta Sang Bodyguard / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jaring Cinta Sang Bodyguard : Chapter 11 - Chapter 20

114 Chapters

Bab 11 - Kisah Kami Sudah Usai

Siang itu, ruang rapat gabungan kantor PG dan PBK di London, dipenuhi banyak orang. Mereka adalah para supervisor PG dan ketua regu pengawal seluruh Eropa, beserta staf dan petinggi dua perusahaan tersebut.Leon, ketua pengawal keluarga Baltissen, Luiz dan Benedicto, turut hadir dalam pertemuan itu, bersama dengan Bertrand Luiz, Gutierre Fidelle Luiz dan Hugo Baltissen.Bertrand adalah putra pertama Jose Luiz, sahabat Gustavo Baltissen, Ayah Alvaro yang merupakan warga asli Spanyol. Gutierre adalah sepupu Bertrand. Sementara Hugo adalah Adik Alvaro, tetapi berbeda Ibu. Wirya dan Alvaro bergantian menjelaskan rencana perubahan manajemen PBK, yang otomatis akan mengubah pengawas seluruh unit kerja, yang akan dimulai beberapa bulan mendatang. Hal itu dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi baru, sekaligus perubahan wajah-wajah dalam struktur perusahaan.Selanjutnya Zulfi memaparkan detail laporan keuangan selama enam bulan terakhir, khusus wilayah Eropa. Pria berkulit kecokelatan juga
Read more

Bab 12 - Beda Level

Keesokan harinya, Utari dan Fatma ikut kelompok Heru berangkat menuju Perancis. Hisyam, Wirya dan Zulfi serta beberapa ajudan muda mengawal para bos PG, karena Alvaro dan yang lainnya tetap tinggal di London untuk menunggu kedatangan Miranda serta Delmar.Perjalanan menggunakan kereta Eurostar yang berkecepatan tinggi, memakan waktu sekitar 2 jam 22 menit. Eurostar bergerak dengan kecepatan 320 km/jam. Lebih dari 12 kali waktu keberangkatan yang ditawarkan Eurostar setiap harinya.Kelompok pimpinan Zulfi memutuskan mengikuti keberangkatan menjelang siang hari, agar mereka bisa menikmati pemandangan indah di sepanjang jalur kereta. Utari duduk berdampingan dengan Fatma. Keduanya sibuk membuat swa foto ataupun video singkat yang mengisahkan perjalanan tersebut. Meskipun itu adalah ketiga kalinya Utari bertolak ke Perancis, tetapi baru kali itu dia menaiki kereta. Sebab yang dulu dia menumpang di pesawat.Perjalanan menggunakan Eurostar memang sedikit lebih lama waktu tempuh daripada me
Read more

Bab 13 - Pasangan Belok

"Sepertinya dia nggak bohong, Bro," tutur Dandi, seusai membaca informasi dari resepsionis gedung kantor PG dan PBK di London. "Maksudmu?" tanya Kiano sambil memandangi sahabatnya di kursi samping kiri. "Dia bilang ke kamu, dia berbisnis di sini, Swiss dan banyak negara lainnya. Itu memang benar." Kiano menegakkan badan. "Jelasin siapa dia." "Namanya Hisyam, tapi belakangnya nggak tahu. Jabatannya, manajer operasional PG cabang Eropa. Sekaligus manajer operasional PBK di sini." Kiano mengerjap-ngerjapkan mata. "Ehm, dia pengawal?" "Ya, tapi petingginya, bukan pengawal biasa." Kiano berdecih. "Pantas saja gerakannya cepat sekali. Aku nggak lihat dia ngangkat kaki." "Aku juga nggak ngeh. Cuma sempat lihat kelebatannya sebelum kamu terpelanting." "Hmm, pantas juga dia sangat sombong." "Jabatannya bukan kaleng-kaleng, Bro. PG dan PBK itu perusahaan besar. Gajinya dobel, dan pastinya gede." "Kalau dia miskin, Tari pasti nggak mau." "Ehm, dan tentang mereka, sepertiny
Read more

Bab 14 - Bahasa Kalbu

Utari terkekeh dan nyaris tersedak nasi. Dia menghentikan tawa dan segera meminum airnya, lalu meneruskan bersantap hingga makanan habis. Perut yang kenyang membuat Utari mengantuk. Dia membetulkan posisi duduk, lalu memejamkan mata. Sukma perempuan berjaket hijau lumut perlahan melayang, hingga tidak menyadari jika Heru berdiri dan jalan bersama teman-temannya untuk membuat video di gerbong paling belakang. Hisyam dan Beni tetap tinggal untuk menjaga Utari. Sebab Fatma masih tertidur, kedua pria yang sama-sama mengenakan jaket kulit hitam harus mengawasi sang nona. Hisyam yang berada di kursi sisi kanan, memerhatikan Utari yang mulai miring ke kanan. Dia bergegas bangkit untuk berpindah ke kursi kosong yang tadinya ditempati Heru, lalu memegangi pundak Utari yang masih terlelap. "Ben, ambilin bantalku," pinta Hisyam sambil menoleh ke kanan. Beni mengambil benda yang dimaksud, kemudian memberikannya pada rekannya. "Tari pulas banget kayaknya. Nyaris jatuh pun, dia nggak sadar."
Read more

Bab 15 - Pikun. Sukun. Kim Jong Un

Hari terakhir di Belanda digunakan kelompok pimpinan Wirya buat menjelajahi beberapa tempat wisata terkenal. Menjelang senja mereka berpindah ke kanal, sebagai destinasi penutup. Mereka sangat antusias menaiki kapal, sesaat setelah Linggha menyelesaikan negoisasi dengan pemilik kapal. Pria bertato banyak dulunya pernah menetap selama lima tahun di negara tersebut, hingga sangat menguasai bahasa serta kulturnya. Utari memandangi Linggha yang sedang berbincang dengan pemilik kapal. Ivan turut dalam percakapan itu, karena dia sedikit menguasai bahasa setempat. Ivan mempelajarinya secara otodidak dan akan dipraktikkan bila berjumpa dengan Linggha. "Aku pengen bisa banyak bahasa," tutur Utari sambil memindai sekitar. "Ikut kelas private, Non," balas Fatma. "Kelas di mana?" "Kalau nggak salah, karyawan kantor lantai lima ada yang buka kelas provate." "Yang mana?" "Perempuan, rambutnya merah dan pakai kacamata. Manis juga." "Gebetannya Beni," seloroh Hisyam yang berada di kursi bela
Read more

Bab 16 - Dihempaskan Ke Bang Jurang

Hari berganti. Rombongan pimpinan Zulfi telah berada di London sejak kemarin sore. Mereka beristirahat semalaman, kemudian mereka berpamitan untuk pulang ke negara tercinta. Hisyam mendekap Mardi sedikit lebih lama dari yang seharusnya. Berjuang bersama selama setahun terakhir menjadikan Hisyam sangat dekat dengan Mardi secara emosional. Setelah mengurai dekapan, keduanya berbincang sesaat. Kemudian Hisyam berpindah untuk menyalami Hanania, yang memberinya banyak wejangan. "Tahan diri, Syam. Jauhi masalah, karena di sini kamu yang tertua, sekaligus pemimpin yang lainnya," tukas Hanania. "Ya, Kak," sahut Hisyam. Dia memandangi perut perempuan berjilbab biru yang kian membuncit. "Kalau sudah lahiran, kabarin. InsyaAllah, saat akikahan anak Kakak, aku pulang," paparnya. "Hu um. Pas sama waktu mudik liburan akhir tahun." "Yups. Sekaligus nikahan Rangga." Hanania memandangi pria yang dimaksud. "Pantau Rangga, Syam. Kalau gejala asmanya mulai kerasa, langsung angkut ke rumah sakit."
Read more

Bab 17 - Heh! Jaga Bicaramu!

Seorang pria berkemeja marun, keluar dari mobil sedan hitam. Dia bergegas mendatangi kedua perempuan yang sedang memasukkan barang belanjaan ke bagasi mobil SUV putih. Lelaki berkulit kecokelatan menarik tangan kanan perempuan berambut sebahu, yang spontan menoleh. Utari membulatkan mata sesaat, sebelum menarik tangannya dengan keras hingga terlepas dari pegangan pria tersebut. "Ri, kita mesti bicara," ujar Kiano sembari berusaha menggapai tangan gadis berbaju salem. "Enggak mau!" tegas Utari sambil menepis tangan Kiano."Sebentar aja, Ri." "Kamu dengar nggak aku bilang apa tadi?" "Ya, aku dengar. Tapi, ini penting banget." Fatma maju dan menyelipkan diri di antara kedua orang tersebut. "Permisi. Anda harus menyingkir!" tegasnya sembari menatap Kiano dengan tajam. Meskipun pria tersebut lebih tinggi darinya, Fatma sama sekali tidak terintimidasi. "Aku cuma mau bicara sebentar dengan Tari. Maksimal 15 menit," terang Kiano sambil mengamati perempuan bermata besar yang menjadi per
Read more

Bab 18 - Abang! Wait For Me!

Suasana ruang rapat di kantor Sherburne, siang itu terlihat banyak orang. Mereka tengah memerhatikan pria berparas Asia, yang sedang menerangkan detail tim-nya untuk mengerjakan proyek, yang telah disepakati dengan perusahaan itu dan beberapa rekan bisnis lainnya. Pada sesi tanya jawab, para pria asli Eropa bertanya dengan serius. Hinyam menjawab semuanya secara lugas. Meskipun tampil tenang, sebetulnya Hisyam deg-degan. Sebab baru kali itulah dia tampil menjadi pembicara mewakili PG. Biasanya, Adelard yang akan menjelaskan keunggulan PG. Namun, karena dia sudah kembali ke Indonesia, mau tidak mau Hisyam yang harus memikul tanggung jawab sebagai wakil PG di Eropa. Rangga yang juga ikut dalam rapat itu, berusaha menahan tawa saat melihat dahi rekannya berkeringat. Rangga menunduk sambil menggigit bibir bawahnya, hingga Hisyam usai berpidato. Sekian menit berlalu, peserta rapat lainnya telah membubarkan diri. Hisyam dan Rangga masih bertahan untuk berbincang dengan Galant Sherburne,
Read more

Bab 19 - Kaki Tangan

Jalinan waktu terus bergulir. Pagi itu, Hisyam memasuki ruangan staf PG untuk mendatangi Utari. Dia meminta gadis tersebut buat menginap di rumah Miranda, karena Hisyam dan rekan-rekannya hendak berdinas ke luar kota. "Kok, ngedadak, Bang?" tanya Utari. "Orang yang mau kudatangi, besok mau ke Amerika. Jadi semua urusan di Glasgow sudah harus selesai hari ini," jelas Hisyam. "Abang pergi berapa hari?" "Tiga. Besok aku mau ke Nottingham. Lusa, ke Plymouth. Baru pulang." "Ehm, berarti Bibi kubawa ke rumah Kak Mira.""Ya. Di mess juga tinggal Agus sama Deri. Mereka bisa ngurus diri sendiri." "Oke, deh. Hati-hati." "Kamu juga. Jangan keluyuran berdua aja sama Fatma. Aku sudah ngomong ke Babang Ignazio. Dia yang akan ngawal kamu kalau harus ketemu klien." "Hmm, ya." Utari memandangi pria berkemeja biru tua yang sedang berbincang dengan Agus dan Deri, dua staf PG yang telah bekerja selama 6 bulan di London. Utari terus mengamati Hisyam hingga pria tersebut menjauh dan menghilang di
Read more

Bab 20 - Dasar, Jurig!

Ruang rapat Dewawarman Grup, siang itu terlihat banyak orang. Mereka tengah membahas jadwal kerja masing-masing sampai beberapa bulan ke depan. Atalaric meringis kala ditugaskan Heru untuk menangani area Amerika dan Kanada. Sementara Sekar beradu toss dengan Maudy Yasinta, karena mereka mendapat area dinas Australia dan New Zealand. Tohpati mengusap-usap dagunya yang ditumbuhi janggut. Pria berkulit kecokelatan tidak bisa lagi mengelak dari tanggung jawab mengelola perusahaan milik keluarganya, khusus area Asia.Sementara Nirpataka dan Damsaz saling melirik, sebelum sama-sama menggaruk kepala. Naysila, Adik Damsaz, mengulaskan senyuman menyaksikan tingkah keempat cucu laki-laki keluarga Dewawarman, yang terpaksa menanggung beban kerja lebih besar dibandingkan yang perempuan. Heru, Sekar, Atalaric dan Utari merupakan anak dari almarhum Dhahir, putra tertua keluarga Gusti Dewawarman. Ezhar, Ayah Tohpati, Maudy dan Nirpataka merupakan anak kedua. Sedangkan Gamal, Ayah Damsaz dan Nays
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status