Kedua rumah di ujung ceruk pinggir Kota London, malam itu terlihat ramai orang. Frank dan ketiga rekannya telah datang bersamaan dengan Gwenyth Zhi, serta keluarga Cheung, yang tiba tadi siang dari Taiwan.Utari yang berada di ruang tamu, berbincang dengan Gwenyth dan Earlene Yang, istri Chyou Jaden Cheung, sepupu Dante Adhitama. Sementara Maggie sibuk bermain dengan Bingwen Prinsen Cheung, anak Chyou yang berusia setahun, yang ditemani pengasuhnya yang bernama Xinxin. Para pria berkumpul di depan mess sambil memanggang daging dan yang lainnya. Mereka berbincang sambil bercanda, hingga gelakak mereka menguar beberapa kali. Setelah makanan matang, Syafid dan Deri mengantarkan beberapa piring ke dalam rumah dinas. Sebab udara di luar cukup dingin, para perempuan tidak ikut berkumpul di halaman. "Bibi, mari kita makan," ajak Earlene dengan bahasa Indonesia berlogat unik. "Kalian makan saja lebih dulu. Aku masih mau bermain dengan Bingwen," jawab Maggie tanpa menoleh. "Serahkan ke p
Keesokan harinya, Chyou dan adiknya, ikut Hisyam ke kantor. Sementara Utari meliburkan diri untuk menemani Earlene dan yang lainnya jalan-jalan mengelilingi kota. Utari mengemudikan sendiri mobil MPV yang biasa digunakan Hisyam untuk beraktivitas. Maggie duduk di kursi samping kiri sambil memangku Bingwen. Gwenyth, Earlene dan Xinxin duduk di kursi tengah. Sementara Beck dan Xiao Dhan, kedua ajudan keluarga Cheung, menempati kursi belakang sambil memvideokan sekeliling. Sepanjang perjalanan, Maggie bertindak sebagai pemandu wisata. Dia mengoceh dalam bahasa Inggris Britain yang dipadukan dengan bahasa Indonesia. Semenjak menjadi asisten rumah Marley dan Gayatri, Maggie giat berlatih bahasa Indonesia. Selain itu dia juga pandai menirukan logat khas Jawa, yang sering diucapkannya bila tengah menelepon Gayatri. Utari mengajak kelompok tersebut ke taman terbesar di London, yakniTaman Hyde, yang luasnya mencapai 142 hektare. Di dekat Taman Hyde ada satu taman lagi bernama Kensington.
Hari berganti menjadi minggu. Rombongan Chyou telah kembali ke Taiwan. Gwenyth juga sudah bertugas di kantor PG sebagai asisten Rangga, sekaligus perwakilan dari Adhitama, Vong, Cheung dan Zheung. Pagi itu Hisyam berangkat lebih awal bersama Rangga dan Lazuardi. Pria berkemeja biru muda dengan logo PBK di saku, mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi menuju Brighton. Jarak 54 mil ditempuh dalam waktu hampir dua jam. Hisyam meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah proyek resor terbaru, yang pengembangnya bekerjasama dengan PG dan PB.Setelah memarkirkan mobil, ketiga pria tersebut keluar. Mereka mendatangi kantor pengembang dan disambut supervisor serta kepala keamanan. Seusai berbincang sesaat, sang supervisor memberikan tiga helm proyek yang segera dikenakan para tamu. Kemudian mereka keluar untuk menuju area proyek dengan mobil khusus. "Apa tidak terlihat, ke mana pencuri itu pergi?" tanya Hisyam sambil memerhatikan kepala keamanan bernama Dawson yang menjadi sopir. "
Malam itu, seunit mobil MPV hitam melaju di jalanan Kota Brighton. Pengemudinya memfokuskan pandangan ke depan sambil mendengarkan petunjuk rekannya di sebelah kiri. Kelima pria di belakang, sibuk mengenakan atribut penyamaran. Mereka saling memberikan masukan agar hasilnya bagus dan bisa menyembunyikan wajah asli. Setibanya di tempat tujuan, kelima pria yang sama-sama mengenakan sweter gelap, turun dari kendaraan sambil membawa ransel masing-masing. Mereka menunggu mobil kembali melaju, kemudian mereka jalan berderet menyusuri jalan setapak di tepi lahan kosong. Dari kejauhan, tampak beberapa lampu menyinari pos pengamanan. Kelima lelaki tersebut segera merunduk sembari meneruskan langkah lebih cepat. Semak-semak tinggi di tempat itu melindungi mereka dari pantauan petugas keamanan. Ditambah lagi embusan angin yang searah dengan mereka. Hingga derap langkah kelimanya tidak terdengar siapa pun. Sementara di pos penjagaan, Rangga dan Lazuardi tengah berbincang dengan beberapa petu
Lazuardi dan Rangga mengamati keempat pelaku yang tengah diamankan di kantor polisi terdekat dengan lokasi proyek. Sementara kedua korban luka sudah dilarikan ke rumah sakit oleh ketiga petugas keamanan, yang tadi ikut ke tempat kejadian.Demikian pula dengan Robi yang badannya luka-luka terkena batu saat bergulingan tadi. Beni yang menungguinya di rumah sakit, turut meringis ketika Robi mengaduh saat lukanya dibersihkan perawat. Hisyam yang berada di kantor polisi, menggertakkan gigi seusai mendengar penuturan salah seorang pencuri, yang menjelaskan cara mereka melakukan aksi. Hisyam makin emosi karena ternyata pencurian itu adalah keempat kalinya dilakukan komplotan itu di lokasi proyek. Jack tampak termangu karena memikirkan nasib istri staf.yang melakukan pencurian. Perempuan yang merupakan kerabat asisten rumah tangga Jack, saat itu tengah hamil tua. Jack dan Rangga sudah berembuk. Mereka sepakat untuk tidak menginformasikan tentang staf bernama Rogan pada keluarganya, karena k
Grup Pengawal Lapis Tiga, Empat dan Lima Beni : Ada yang janjian kencan, euy! Valdi : Aku ngikik dengar dia ngerayu. Robi : Memanglah Abang kita, nih. Perayu ulung. Lazuardi : Aku sampai bengong dulu. Rada nggak yakin, Abang kalem kita ternyata tengah menyebar jaring cinta. Frank : Rangga ngakak pas baca chat-nya Beni tadi. Yusuf : Orang London, kalian belum pada tidur? Beni : Belum, @Yusuf. Jauhari : Kalian tadi ngomongin siapa? Robi : Hisyam. Anak kesayangan Emak OY. Aditya : Hisyam ngapain? Lazuardi : Ngerayu Tari, ngajak kencan.Dimas : Eeeaaa. Harun : Cie, @Hisyam. Nanang : Hisyam, nih, semua Nona muda dipepetin. Gumelar : Bagilah aku satu, @Hisyam. Hisyam : Semuanya tergantung tampang dan keberuntungan, @Nanang dan @Gumelar. Wahyudi : Bagosss! Disuruh kerja jauh-jauh, malah mepet anak gadis orang. Jeffrey : Aku cemburu! Ibrahim ; Aku sakit hati! Fawwaz : Aku benci Hisyam! Aku benci! Chairil : Syam, kamu nyerobot mulu! Syuja : Kapanlah giliranku yang dapat No
Matahari sudah naik sepenggalah ketika Hisyam terbangun. Dia meringis karena tulang-tulangnya sakit saat digerakkan. Hisyam menggeliat pelan, lalu bangkit dengan bertahan pada tangan kiri. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, kemudian memindai sekitar. Pria berkaus hitam mengambil gelas dari meja samping kiri kasur. Dia meneguk air putih hingga habis, lalu meletakkan gelas kembali ke tempat semula. Hisyam mengatur napas sembari mengingat-ingat kejadian semalam. Dia meraba dahi dan leher yang masih hangat, walaupun sudah tidak sepanas semalam. Pria berhidung bangir mengamati tas di kursi dekat jendela. Dia menduga jika ada yang mengantarkan barangnya dari rumah mess. Entah siapa. Hisyam memaksakan diri bangkit dan jalan menuju kursi. Dia mengambil tas dan membuka ritsleting. Kemudian mengambil tas kecil berisi peralatan mandi dan meletakkan benda itu ke kursi. Pria berkulit kecokelatan meraih baju dan celana dari dalam tas. Dia mengecek sekali lagi, sebelum mengeluh karena tidak dibeka
Damsaz mengamati isi akun gadis yang telah mencuri perhatiannya selama beberapa hari terakhir. Terutama seusai pertemuan mereka untuk kedua kalinya di kantor Latief Grup minggu lalu. Damsaz mengulaskan senyuman menyaksikan berbagai video unggahan gadis itu di akun IG-nya. Gaya khas perempuan muda berhidung bangir, membuat Damsaz kian menyukai sang pemilik akun tersebut.Terdorong rasa penasaran, pria berparas manis akhirnya menggulirkan jemari ke kotak pesan. Melihat gadis itu tengah aktif, Damsaz langsung mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada orang tersebut. Damsaz : Hai. Detik berganti menjadi menit. Damsaz sudah hendak keluar dari aplikasi itu, ketika melihat bila gadis tersebut tengah mengetik. Avariella : Halo, Mas. Damsaz spontan tersenyum. Dia kembali mengetik pesan untuk membalas. Selama beberapa menit berikutnya, keduanya asyik berbincang. Sebelum akhirnya Damsaz meminta nomor telepon dan Avariella memberikannya. Pria berkaus putih langsung menghubungi gadis itu. Di