Semua Bab Just For Fun, Gak Boleh Baper! (Trilogi Just, Seri-2): Bab 71 - Bab 80

103 Bab

BAB 71: Hari yang Berat

Brandon menatap muram Arini yang sudah memasangkan lagi kalung di leher. Dia baru sadar kalau wanita itu telah melepaskan cincinnya, lalu menggantungkannya di kalung yang dikenakan.“Udah, jangan protes!” tegas Arini mengusap cincin Brandon yang berada tepat di dadanya.“Turun yuk!” ajaknya dengan seulas senyum ringan. Berusaha seakan tidak ada beban di dalam hati sekarang.Tarikan napas berat terdengar di sela hidung Brandon, sebelum membuka tuas pintu. “Balikin lagi habis acara,” katanya kemudian.Arini menundukkan kepala sembari mengusap bagian dalam cincin Brandon. Pandangannya beralih ke kiri saat pria itu sudah membuka pintu. Tilikan mata cokelat lebar itu terpaku kepada tangan yang diulurkan kepadanya.“Nggak akan ada yang lihat,” tutur Brandon dengan tangan masih menggantung.Kepala yang dihiasi rambut panjang tersebut menggeleng pelan. “Kalau ada yang lihat bisa bahaya.”Brandon mendesah, lalu menarik tangan istrinya ke posisi berdiri. Mau tidak mau, Arini harus menuruti kema
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-05
Baca selengkapnya

BAB 72: Mobil Bergoyang

Tangan Brandon terasa berat ketika mengambil cincin tunangan dari kotak yang dipegang oleh ibu Sheila. Pandangannya beralih kepada Arini yang menunduk muram. Tampak jelas sedang menahan segala perasaan yang wanita itu tanggung sekarang. Ingin rasanya menghampiri sang istri, kemudian lari dari ballroom, jika tidak memikirkan dampak dari tindakannya.“Brandon,” desis Sheila menyentakkan pria itu.Brandon menoleh kepada Sheila yang melirik cincin, seolah berkata; cepat ambil cincin itu dan pasang di jari gue. Masalah kelar.Jari-jari tangan kanan Brandon menekuk ke telapak tangan, menekan kuat di dalam sana. Tarikan napas berat terdengar dari sela hidung sebelum mengerling ke tempat Sandy duduk. Pria itu berani bersumpah akan melakukan segala cara agar pernikahan dengan Sheila tidak akan pernah terwujud. Cara terhormat yang bisa menyelamatkan Lisa dari perceraian.Netra hitam sayunya bergerak lagi ke tempat Arini duduk. Wanita itu sudah mengangkat kepala dan memberikan seulas senyum. Ang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-06
Baca selengkapnya

BAB 73: Mengulang Kenangan

Arini bersandar di dada suaminya ketika mereka berdiri di Jembatan Cinta. Tempat persahabatan mereka diikrarkan pertama kali. Sekarang semua terasa berbeda. Terutama status mereka yang bukan lagi sahabat, apalagi musuh seperti awal bertemu.“Nggak nyangka ya kita bisa nikah, Bran,” cetus Arini dengan kepala masih berada di dada Brandon. Bagian belakang kepala bisa merasakan debaran jantung suaminya.“Iya. Padahal kalau diingat-ingat kita dulu musuhan ya?”Tubuh ramping itu berputar balik ke belakang. “Lo sampai bilang gue bukan tipe lo,” cibirnya manja.“Ah, gue kok bisa sampai bilang kayak gitu ya?” elak Brandon pura-pura lupa alasannya.“Karena gue rata dari atas sampai bawah. Lo sendiri yang ngomong,” tanggap Arini dengan wajah mengerucut.Brandon tertawa ketika ingat tanggapannya pertama kali melihat Arini. Memang tidak dipungkiri, wanita itu dulu kurus. Tidak ada yang istimewa dari tubuhnya, kecuali wajah yang dihiasi dua lesung pipi. Tampak begitu manis dan mampu menarik perhati
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

BAB 74: D1

Pagi ini Arini tampak begitu cantik dengan balutan blus berwarna cream dipadu dengan rok hitam panjang sedikit di bawah lutut. Rambut diikat sebagian ke belakang, sementara sisanya dibiarkan tergerai menutup punggung. Make-up minimalis menghiasi paras tirusnya yang begitu menggemaskan.“Duh, kalau lepasin lo kayak gini ke kantor jadi was-was deh.” Brandon datang lalu memeluk Arini dari belakang.“Was-was kenapa?” tanya Arini dengan kening mengernyit melihat pantulan mereka di cermin.“Habis lo cantik banget.” Bran memberi kecupan di pinggir pipi istrinya.Arini geleng-geleng kepala, kemudian menaikkan tangan kanan ke atas. “Maaf, Pak. Saya udah punya suami,” ujarnya menahan tawa.“Itu jauh lebih bagus.” Sesaat kemudian Brandon mendesah. “Tapi status di CV dan KTP lo masih belum berubah, In.”Pelukan Brandon meregang, sehingga Arini bisa memutar balik tubuh ke belakang. Netra cokelatnya mengitari paras sang suami yang cemas.“Hei, Bran. Minggu depan lo juga udah gabung di perusahaan.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

BAB 75: Tanggung Jawab yang Besar

Lisa memandang menantunya penuh syukur. Dia memeluk tubuh ramping itu dengan erat. Lega memiliki menantu seperti Arini yang begitu penurut dan menyayanginya.“Mama tidak akan biarkan orang menjatuhkanmu di sini, Rin. Siapapun itu,” bisik Lisa mengusap belakang kepala wanita itu.Arini tersenyum lebar ketika mengangguk di bahu ibu mertua. Dia juga tidak akan membiarkan Lisa disakiti lagi. Cukup ia menyaksikan wanita itu terpuruk ketika tahu Sandy menikah lagi. Kali ini ia akan memastikan, pernikahan Brandon dengan Sheila berjalan lancar sesuai rencana. Meski tidak bisa dipungkiri, hatinya kerap terasa sakit saat mengingat hal itu.“Habib akan bantu semua urusanmu sampai Brandon resmi bekerja,” tutur Lisa lagi setelah pelukan longgar.“Ada banyak perusahaan yang melakukan negosiasi terlarang dengan project manager sebelumnya. Misalnya ada yang minta agar tender diloloskan, menaikkan harga bahan bangunan, suap dan banyak lagi. Jadi, kamu harus berhati-hati.” Lisa menatap menantunya seriu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-09
Baca selengkapnya

BAB 76: Tidak Nyaman

AriniArini meregangkan otot seraya mengusap pundak setelah berjibaku dengan banyak materi yang diberikan Habib. Sejak pria itu menjelaskan pekerjaan yang harus dilakukan, ia susah untuk berkonsentrasi. Perkataan yang diucapkan Sandy tadi terus menari di pikiran.“Habib cocok untuk kamu, Rin. Dia pria sejati dan sudah terbukti dengan memiliki anak. Istrinya meninggal dalam kecelakaan lima tahun lalu. Saat itu anaknya juga masih sangat kecil. Masih umur dua tahun seingat Om. Kamu pantas untuk jadi ibu sambung putranya,” papar Sandy ketika mempromosikan Habib.Dan sekarang pria yang disebutkan oleh Sandy duduk selang satu ruas meja darinya. Jika dilihat-lihat, Habib masih terlihat segar untuk laki-laki berusia empat puluh tahun. Tubuh yang terjaga, rahang kokoh, hidung mancung mencuat dan wajahnya terkesan jantan. Bisa dipastikan Habib tidak kalah tampan dari Brandon di usia pertengahan dua puluh. Namun, ada yang kurang darinya yaitu senyuman.Sejak bertemu tadi pagi sampai sekarang, ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

BAB 77: Kencan Buta

AriniHari ketiga bekerja, Arini kembali disibukkan dengan berbagai materi yang diberikan oleh Habib. Beruntung otak cerdasnya bisa menampung semua dengan baik, sehingga pria itu tidak harus mengulang lagi jika ada yang kurang dipahami.Siang ini, rencananya Siti akan datang untuk mengantarkan berkas yang dibutuhkan. Tentunya Arini harus meluangkan waktu di sela kesibukan belajar kilat menjadi project manager.Sampai sekarang, Habib masih bersikap profesional tanpa menunjukkan gelagat mencurigakan. Dugaan Arini mungkin benar, Sandy belum mengatakan apa-apa tentang niat untuk menjodohkan pria itu dengannya.“Ini list toko bangunan rekanan kita,” kata Habib menyerahkan daftar nama toko bangunan yang bekerjasama dengan The Harun’s Group.Arini mengangguk ketika membaca daftar tersebut sekilas. Tidak ada toko bangunan partai kecil, semua partai besar dan terkenal dengan kualitas yang bagus. Dia mengetahui beberapa toko tersebut, karena pernah bekerja di perusahaan konsultan data selama be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

BAB 78: Taktik Sandy Harun

“Bu Arini?” Kening yang berukuran ideal itu mengernyit ketika melihat kehadiran Arini di sana.“Pak Habib?” balas Arini tak kalah terkejut.Habib melihat ke sekitar seperti mencari keberadaan seseorang. Namun, tidak ada lagi orang yang baru datang selain Arini.“Ibu … mau makan siang di sini?” tanya Habib masih bingung.Arini menggelengkan kepala dua kali. Dia mulai menduga apa maksud Sandy memintanya datang ke sini dan apa maksud kencan yang dikatakan pria paruh baya tersebut? Semuanya dihubungkan, mulai dari ucapan Sandy tentang Habib sampai kejadian hari ini.Tangan Arini menarik kursi yang ada di seberang meja, lalu duduk di sana dengan lemas. Tawa pelan keluar dari sela bibir saat menarik kesimpulan, bahwa orang yang dimaksudkan Sandy adalah Habib. Lelaki yang duduk di depannya sekarang.“Bu?” panggil Habib bertambah heran melihat Arini duduk.“Saya diminta Om Sandy datang ke sini. Katanya ada yang mau dibicarakan. Ternyata ….” Kalimat Arini menggantung saat senyum kecut menghias
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

BAB 79: Rasa Penasaran Brandon

Brandon menghela dan mengembuskan napas berkali-kali. Dia menatap lama Arini sebelum menganggukkan kepala.“Beneran?”Anggukan kembali diberikan.“Lo udah janji, jadi nggak boleh dilanggar loh,” imbuh Arini lagi.“Iya, Sayang. Takut banget deh gue nggak tepat janji.” Brandon memandang netra cokelat Arini bergantian. “Sekarang cerita sama gue. Om kesayangan lo ngerecokin lo gimana?”Arini tidak langsung bercerita, karena masih memastikan Brandon tidak akan ingkar janji. Bukan hanya perjodohan itu yang menjadi taruhan, tapi Lisa juga. Belum lagi dengan kondisi pekerjaan yang mungkin bisa berdampak, jika tahu siapa yang akan dijodohkan Sandy dengannya.Mata cokelat lebar itu terpejam sebentar ketika masih mencoba meyakinkan diri, bahwa Brandon tidak akan melanggar janji. Dia harus percaya dengan sang suami sepenuhnya.“Om Sandy jodohkan gue dengan seseorang,” ungkap Arini setelah yakin agar memberitahukan Brandon.Sklera netra sayu Brandon langsung memerah. Terlihat amarah yang menyala d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

BAB 80: Duda Meresahkan

Hari ini adalah hari pertama Brandon bekerja lagi di The Harun’s Group, setelah hampir lima tahun meninggalkan perusahaan milik keluarganya. Dia berangkat bersama istri tercinta yang tampak berbinar, karena akan bekerja lagi di perusahaan yang sama. Meski berbeda lantai, mereka masih akan sering bertemu ketika Arini membutuhkan persetujuan dan tanda tangan dari direktur pelaksana, terkait proyek-proyek yang akan ditangani.“Ingat loh, jangan macam-macam di kantor. Apalagi kalau sampai recokin Pak Habib.” Arini memperingatkan suaminya lagi.Arini tidak dapat mengelak ketika suaminya menyebut nama Habib. Pria itu pasti tahu kalau Habib berstatus duda dengan satu anak, karena pada saat istrinya meninggal, Brandon masih bekerja di The Harun’s Group. Dan sudah dipastikan Habib juga yang menjadi mentor sekaligus orang yang bisa dipercaya menemani Brandon kala itu.Brandon mengangkat bahu singkat dengan pandangan masih lurus ke depan. Pikirannya masih tidak bisa tenang, sebelum berjumpa deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status