All Chapters of Just For Fun, Gak Boleh Baper! (Trilogi Just, Seri-2): Chapter 81 - Chapter 90

103 Chapters

BAB 81: Bualan Sandy

Brandon berhasil menjauh dua langkah dari Arini begitu pintu dibuka dari luar. Wanita itu cekatan sekali, langsung mendorongnya sebelum pintu dibuka. Bisa bahaya jika Sandy atau orang yang datang bersamanya, melihat mereka berpelukan bahkan berciuman.“Lho Arini sedang di sini?” seru Sandy begitu tiba di ruangan. Pria itu berusaha untuk terlihat santai, meski tersirat nada ketus pada suaranya.“Iya, Om. Mau … ucapkan selamat datang sama Brandon,” sahut Arini gugup. Jantungnya nyaris saja meloncat ke tenggorokan, membuat mulut mendadak kering.Sandy tertawa seraya menggerakkan jari telunjuk ke arah Brandon dan Arini dengan gerakan singkat. Kemudian, ia melirik pria yang berdiri di sampingnya.“Mereka memang dekat sekali dari dulu, Mas Ilham,” infonya semringah.Ilham—ayah Sheila—tidak segera merespons perkataan Sandy. Tilikan matanya menatap Arini dari ujung rambut hingga kaki, lalu kembali lagi ke wajah wanita itu. Dia mematut lekat paras tirus yang cantik itu, sebelum mengulas senyum
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

BAB 82: Kegundahan

Arini menelusuri netra hitam Brandon yang memancarkan harapan tinggi. Jelas terlihat pria itu menginginkannya untuk ikut serta di acara makan malam hari ini. Namun, ia tidak ingin datang karena enggan mendengarkan pembicaraan seputar pernikahan suaminya dengan Sheila. Tentu saja keluarga besar Dirgantoro akan membahas masalah itu di meja makan.“Lo aja yang pergi ya, Bran. Gue di apartemen aja tunggu lo pulang.” Arini akhirnya memecah keheningan yang tercipta di antara mereka. “Lagian kehadiran gue juga nggak penting. Aneh aja lagi gue datang ke sana.”Brandon menggeleng tegas. “Jangan lupa. Bokap Sheila yang genit itu suruh lo datang juga.”Desahan keras keluar dari sela bibir Brandon, sesaat kemudian rahangnya mengeras. “Dia kayaknya tertarik sama lo. Dari tadi bikin gue kesal.”“Makanya lebih baik gue nggak datang.” Arini memegang dada bidang Brandon yang ditutup kemeja dan dilapisi jas. “Nanti ada yang panas kalau gue datang gara-gara dilirik papanya Sheila.”Wanita itu tahu persi
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

BAB 83: Makan Malam yang Panas

Arini memaki dirinya sendiri karena lupa dengan cincin tunangan yang dibuang Brandon setelah acara dilakukan. Bagaimana ia sampai tidak ingat hal sepenting itu? Bisa bahaya jika keluarga Sheila tidak melihat cincin tunangan yang melingkar di jari manis Brandon. Apalagi ada cincin lain yang melekat di jari manis kanannya.Dia langsung memberi kode kepada Brandon agar melepas cincin pernikahan. Arini juga sudah menyiapkan jawaban, jika orang tua Sheila menanyakan cincin tunangan yang tidak ada di jari manis pria itu. Namun, jika mereka mengetahui ada cincin yang sama dikenakan Arini dan Brandon, ceritanya akan berbeda.Bukannya menanggapi, Brandon malah mengabaikan sinyal yang diberikan Arini. Tentu saja hal itu membuatnya kesal. Apalagi sang suami malah melenggang dengan santai menuju meja makan. Dia hanya bisa mengamati gerak-gerik Bran yang mengarah ke tempat duduk Sheila.Arini melangkah ke dekat kursi yang akan ditempati Brandon seraya melepaskan cincin. Dalam hitungan detik, beda
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

BAB 84: Masalah Lainnya

Waktu lima belas menit berjalan bagaikan siput bagi Brandon. Seperti apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang, ketika bersama dengan orang yang tidak disukai maka jalannya waktu terasa sangat lambat. Begitu juga sebaliknya. Dia tidak pernah merasa seperti ini ketika menghabiskan waktu bersama dengan Arini.Brandon ingin sekali mengakhiri pertemuan ini secepatnya dan kembali ke pelukan wanita yang sangat dicintai. Sedang apa dia sekarang? Dan apa yang sedang Arini bicarakan dengan Ade di taman belakang? Itulah yang bergelayut memenuhi otaknya.Selama duduk di ruang tamu, Brandon tidak banyak bicara. Percakapan didominasi oleh Ilham dan istrinya. Lelaki itu bahkan tidak tahu siapa nama calon ibu mertuanya. Padahal mereka telah berkenalan saat acara pertunangan. Brandon tidak ambil pusing dan tidak ingin juga mencari tahu siapa nama wanita paruh baya tersebut.“Papa mau kalian tinggal di rumah ini setelah menikah.”Pandangan Brandon terangkat mendengar kalimat yang dilontarkan Ilham baru
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

BAB 85: Sesuatu yang Mencurigakan

AriniSepuluh hari menjelang pernikahan Brandon dan Sheila, membuat jiwa Arini semakin tidak tenang. Bukan hanya bayangan akad nikah yang bergelayut di pikirannya, tapi juga kedatangan sang ibu lima hari sebelum tanggal pernikahan Brandon dan Sheila.Arini panik luar biasa ketika mengetahui niat Asma datang ke Jakarta bulan lalu. Bagaimana jika ibunya tahu kalau Brandon menikah lagi dengan wanita lain? Terlebih lagi tanggapan Yunus saat tahu putrinya akan dimadu. Tentu pria paruh baya tersebut merasa menang, karena sudah menduga hal ini akan terjadi. Mengikat rekam jejak Brandon yang terlanjur buruk di matanya.Tidak! Arini tidak akan membiarkan itu terjadi. Sebisa mungkin, ia harus merahasiakannya dari Asma.“Jangan khawatir, Sayang. Mama Asma nggak akan tahu.”“Kalau Mama tanya ke mana kita seharian gimana?”“Bilang aja kondangan ke luar kota atau ke mana gitu.”Pada akhirnya mereka mencapai kata sepakat untuk tidak membahas masalah itu terlebih dahulu. Masih ada waktu satu bulan le
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

BAB 86: Tekanan Menjelang Pernikahan

BrandonSebulan lebih menjalani peran sebagai direktur pelaksana, Brandon mulai bisa menyesuaikan diri dengan ritme kerja. Apalagi ada Habib yang sedia membantu. Pada awalnya ia merasa minder dengan kharisma dan kepintaran yang dimiliki sang sekretaris, tapi sekarang tidak lagi.Rasa cemburu yang sempat menguasai diri, kini menguap begitu saja setelah melihat tidak ada gelagat ketertarikan yang ditunjukkan Habib terhadap Arini. Sikap duda beranak satu itu profesional dan loyal. Benar-benar murni bekerja untuk Lisa dan Brandon.Suara ketukan pintu menyela kesibukan Brandon saat membaca berbagai laporan yang diserahkan Habib tadi pagi. Pandangannya tegak ke arah pintu, tampak bayangan Habib berdiri di balik tirai horizontal.“Masuk, Pak,” sahut Brandon mengalihkan perhatian dari dokumen.Dalam hitungan detik, Habib muncul di sela pintu. “Maaf, Pak. Ada yang mau bertemu.”“Siapa?” Kening Brandon mengernyit. Biasanya Arini yang kerap datang ke ruangannya, dan tidak perlu izin untuk masuk
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

BAB 87: Mengenal Lebih Dekat

Arini tampak sibuk mempersiapkan keperluan yang akan dibawa ke puncak sejak tadi pagi. Hari ini ia dan Brandon akan memenuhi undangan menginap di vila keluarga Dirgantoro, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Sheila beberapa hari lalu. Tidak ada salahnya menerima undangan tersebut, hitung-hitung bisa mengenal lebih dekat calon madunya.Ah, jika teringat lagi dengan hitungan hari menjelang pernikahan itu, sungguh membuat Arini gusar. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah memberi kepercayaan penuh kepada Brandon dan Sheila. Yakin, mereka tidak akan jatuh cinta di kemudian hari.Kelelahan membuat Arini ketiduran di sepanjang jalan menuju vila yang ada di daerah puncak Bogor. Dia sampai membiarkan Brandon mengemudi seorang diri, tanpa ditemani cerita selama satu jam. Seakan mengerti, sang suami juga membiarkannya beristirahat.Brandon menengok ke kursi kemudi, kemudian membelai lembut kepala Arini yang terkulai ke kanan. Senyum terulas di wajah
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

BAB 88: Pernikahan Terancam Batal

Udara di sekeliling Arini mendadak lenyap ketika Sheila memergoki cincin yang melingkar di jari manis. Dia merutuk kesal pada diri sendiri, karena kecerobohan tidak melepaskan cincin itu sebelum memasuki vila. Atau bahkan melepaskannya sebelum berangkat.Pandangan manik cokelat itu beranjak ke arah Brandon yang tampak santai. Tidak seperti dirinya yang ketakutan setengah mati. Bagaimana tidak, jika Sheila tahu tentang status Arini dan Brandon sekarang, sudah pasti pernikahan akan dibatalkan.“Tangan lo, Rin,” kata Sheila melihat Arini bergeming.Wanita berambut pendek itu berdiri, kemudian melangkah ke tempat Arini dan Brandon duduk. Dengan sigap, Sheila menepis tangan Arini yang menutup jari manisnya. Dia melirik jari Brandon, lantas mendekatkannya ke jari lentik dan panjang itu.“Ini cincin nikah, ‘kan?” desisnya masih memperhatikan kedua cincin itu.Arini tetap bungkam, sedangkan Brandon menatap istrinya datar.“Rin?” desak Sheila masih memegang jari mereka berdua.Wajah Arini berp
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

BAB 89: Wanita Licik

Arini melangkahkan kaki menyusuri koridor dari lobi hingga bagian depan lift dengan senyum ringan. Setelah Sheila tahu pernikahannya dan memutuskan untuk tetap melanjutkan rencana awal, beban di dalam hati mulai berkurang. Dia melirik Brandon yang berjalan di sampingnya dengan mata berkedip pelan.“Senang banget sih pagi ini,” komentar Brandon mencondongkan tubuh ke kiri, kemudian berbisik. “Jadi pengin gue tarik lagi deh ke kamar.”Mata cokelat bulat Arini melebar seketika. Protes dilayangkan dengan keras seraya mengawasi kondisi sekitar. Bahaya jika ada yang mendengar perkataan Brandon barusan.“Apaan sih,” balas Arini mengalihkan pandangan.Lift berbunyi sebelum terbuka. Mereka langsung melangkah memasuki kotak besi khusus untuk petinggi sekelas manager ke atas.“Habis lihat lesung pipi lo ini, bikin gue gemes,” tutur Brandon menunjuk lubang manis yang menghiasi pipi Arini ketika tersenyum.“Lebay deh lo, Bran.” Arini memutar bola mata malas. “Tiap hari juga lihatin lesung pipi gue
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

BAB 90: Pria yang Mencurigakan

Tiga hari menjelang pernikahanBrandon“Hari ini gue pulang telat. Ada yang harus dibahas dulu sama Pak Habib. Lo nggak apa-apa pulang sendirian?” tanya Brandon tadi pagi, sebelum berangkat ke kantor.Arini mengangguk setuju. Paham sekali dengan sang suami yang telah bekerja penuh di perusahaan, melaksanakan tugas sebagai direktur pelaksana. Toh dia bisa pulang sendiri.“Nanti gue suruh supir anterin pulang, trus balik lagi jemput gue,” imbuh Brandon kemudian.“Gue bisa pulang sendiri, Bran. Ada ojol (ojek online) ini kok,” tanggap Arini.Brandon menggeleng tegas. Dia tidak ingin istrinya pulang menggunakan ojek online, karena terlalu berisiko.“Kalau gitu gue yang antar lo pulang.”“Eh, jangan! Sama supir aja deh. Gue nggak mau ganggu kerjaan lo.” Arini akhirnya menuruti perkataan Brandon. Lagi pula pria itu harus fokus dengan pekerjaannya.Sekarang, Brandon tepekur seraya menatap beberapa berkas yang ada di meja kerja. Lebih tepatnya laporan keuangan yang terasa janggal, sejak lima
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status