All Chapters of Bangkitnya Istri Buta yang Dikhianati: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

Bab 21

Melihat Tamara berdiri di hadapannya dengan penuh percaya diri, seolah mampu mengungkapkan segala kebenaran pada Liam, Jia merasa gugup sekaligus marah. Di sisi lain, Jia telah bersiap menghadapi segala kemungkinan, terlebih mengingat betapa ia menyesal telah pernah menolong Tamara. Bukan hanya memberikannya tempat tinggal, namun juga pekerjaan yang layak. Namun, bantuan yang tulus itu seolah tak berarti bagi Tamara. Jia mengepalkan tangannya sambil memandang tajam ke arah Tamara. Betapa ia teringat istilah, air susu dibalas air tuba, dan bagai kacang lupa kulit, yang tepat menggambarkan perbuatan Tamara. Pelayan yang seharusnya setia malah berkhianat, berusaha merebut tempatnya sebagai nyonya Liam di rumah mewah tersebut. Tamara bahkan tak segan melakukan berbagai upaya yang bisa mencelakai Jia demi meraih ambisi tersebut.Perlahan tangan Jia mengepal menahan amarah yang hendak meluap, kecelakaan 7 tahun lalu pasti disebabkan dari rencana busuk Tamara. “Aku adukan pada Liam, maka
Read more

Bab 22

Jia melirik Muni sambil memegang lengan Tamara erat, menekankan pentingnya perintah yang baru saja diberikannya. "Muni, kamu harus menjaga Tamara dengan sangat baik. Beri dia makan tepat waktu agar dia bisa bertahan sampai Liam kembali," ujarnya dengan tegas. Dia terpaksa melakukan semua ini, berlatih menunjukkan wajah yang tenang saat memberikan instruksi pada pelayan pribadi Tamara, sembari berusaha menjaga rahasia besarnya yang belum terungkap: penglihatan yang sudah pulih. Dia mengharapkan Liam tidak akan mengetahui apa pun mengenai hal itu.Muni terduduk lesu di kursi, alisnya terkerut menunjukkan kecemasan yang mendalam. Jia, yang kebetulan lewat, menangkap momen tersebut dan merasa penasaran. Jia mendekati Muni dan bertanya dengan suara lembut. "Kenapa, Muni? Ada yang mengganggu pikiranmu?" Jia berusaha untuk menghilangkan rasa penasaran yang muncul dan sekaligus ingin membantu mengurangi kecemasan Muni.“Kamu terlihat khawatir.” Jia memegang sebelah bahu Muni, tampak ikut ter
Read more

Bab 23

“Berkasku ketinggalan, tidak ada yang bisa menjemputnya!” sahut Liam dengan makna ucapan sindiran, mengungkapkan jika Jia tidak bisa melakukan apapun untuk membantu pekerjaannya agar lebih cepat. Jika mengandalkan Tamara, pelayan pribadi itu tidak akan paham berkas apa yang dia inginkan. Daripada membuang banyak waktu menunggu hal yang tidak pasti, dia memaksa untuk pulang ke rumah dengan jarak tempuh cukup jauh.Jia memaksa tersenyum, jauh di lubuk hatinya yang terluka karena perkataan dari sang suami begitu meremehkannya karena buta.“Ahh, biar aku bantu.” Jia berinisiatif bergerak menghampiri Liam, membantu suaminya bagai seorang istri baik juga penurut.Liam melepaskan jasnya perlahan, membiarkannya tergantung di tangan Jia. Di wajahnya terlihat jelas guratan rasa lelah yang begitu menguras tenaga. Andai saja pengkhianatan itu tidak pernah terjadi, mungkin dia bisa lebih peduli dan mencintai suami seperti dulu lagi. Namun, khayalan bahagia yang sempat direncanakan sebelum pernikah
Read more

Bab 24

Jia menarik nafas panjang, perlahan menyimpan ponselnya ke dalam laci tersembunyi, tempat yang telah dipastikan tak akan pernah ditemui Liam. Kerut di keningnya mencerminkan kekhawatiran, takut jika suatu saat nanti suaminya itu menuntut untuk memeriksa ponselnya, rencana yang sudah susah payah dipikirkan akan menjadi sia-sia. Jia mengalihkan pandangan ke arah pintu yang terbuka, melihat Liam yang baru saja melangkah keluar dari kamar mandi. Suami itu berjalan mendekat, membuat Jia semakin gugup dan berdebar.'Semoga rencana ini berjalan lancar,' gumam Jia pelan dalam hati.“Kamu terlihat sangat cantik malam ini!” ucap Liam yang memblokir tubuh Jia, membiarkan tetesan air di tubuhnya mengenai sang istri. Liam merasa sepi karena Tamara, selingkuhannya yang biasa menjadi teman bermainnya, sedang berlibur. Mata Liam kemudian tertuju pada Jia, istrinya. Dalam hati, dia mengakui bahwa Jia lebih cantik daripada pelayan yang menjadi simpanannya itu. Seiring waktu berlalu, perasaan Liam ter
Read more

Bab 25

“Kenapa Liam tidak mencariku?” Tamara bergumam sambil menggelengkan kepala, pasalnya Liam selalu khawatir dan akan mencarinya jika tidak ada di rumah. Tamara menyipitkan kedua mata mempertajam penglihatan, dia sangat marah sambil menatap Jia kesal. “Beraninya kamu menggoda kekasihku!” pekik Tamara dengan kemarahan yang menggebu-gebu. Berusaha memberontak ingin sekali mematahkan leher itu, cukup sulit mengendalikan amarahnya saat ini, kesombongan dan keangkuhan di hadapan mata membuat darahnya mendidih. Jia mendekatkan tubuhnya ke Tamara, tatapan matanya tajam memotong keheningan. Senyumannya, penuh sindiran, terungkap dengan gerakan bibir yang pelan. "Sudah kutolong, eh malah kamu tikam dari belakang," ucapnya, sambil tangan kanannya yang bersimpuh kini menepuk-nepuk bahu Tamara, seakan menekankan setiap kata yang terucap.Wajah Jia memerah, nafasnya terengah-engah, matanya tajam menyelidik Tamara yang berdiri tanpa malu di hadapannya. Tangannya yang gemetar menangkap dagu Tamara,
Read more

Bab 26

Sudah setengah jam berlalu begitu saja dengan sia-sia, namun tidak ada tanda-tanda kedatangan asisten yang dimaksud oleh Sean. Dua cangkir kopi untuk melewati hari ini, Jia menghela nafas kasar sambil melirik jam yang ada di layar ponselnya, rasa jenuh dan bosan menunggu sesuatu yang tidak pasti membuatnya sangat kesal dan marah.Dengan sengaja Jia menggebrak meja, berhasil mengejutkan Sean yang tengah menyeruput secangkir kopi ke-tiga. Perasaan marah yang menggebu-gebu, merasa telah di tipu. “Ini bukan hutan, asal main gebrak meja.” Sean menahan emosi agar tidak meluap, menggelengkan kepala sambil melirik tumpahan kopi mengenai jas mahalnya. Jia tersenyum tanpa rasa bersalah, membuatnya menunggu begitu lama dan melimpahkan kesalahan penuh pada Sean yang telah mencuri waktunya. “Aku rasa jalanan kota tidak terlalu parah dalam segi macet, jika diperkirakan dia sudah sampai lima belas menit yang lalu.” Jia menyeringai, berdiri dari duduknya sambil mencondongkan tubuh. “Atau jangan-j
Read more

Bab 27

Jia baru saja melangkahkan kaki keluar dari cafe di pinggir jalan ketika tiba-tiba ia terhenti. Langkahnya terhenti saat matanya menangkap pandangan mobil-mobil yang terparkir rapi beberapa meter di depannya. Tiba-tiba, kecemasan menggelayuti pikirannya, mengingatkannya akan sesuatu yang hampir terlupakan, setelan dan gaya dalam berpakaian. "Astaga, bagaimana bisa aku bertemu Leo dalam keadaan begini?" gumamnya gusar, rasa cemas memenuhi isi pikirannya yang lupa mengganti pakaian. "Dia pasti shock dengan penampilan ini," lirihnya. Hati Jia terasa berat karena sebelumnya gagal mengantarkan Leo ke taman kanak-kanak karena suatu hal yang mendesak. Tidak mungkin berpenampilan sebagai wanita berani untuk menemui anak itu, hingga memutuskan untuk mengganti setelan sebagai wanita hangat yang polos. Janji yang tidak bisa di tunda membuatnya ingin menebus terasa seperti dosa yang harus segera ia lunasi, tidak ingin mematahkan hati Leo, ia ingin menjemput ke taman kanak-kanak. Jia berjalan c
Read more

Bab 28

Jia yang masih bersenang-senang malah dikejutkan dengan pesan yang baru saja dikirim oleh Muni, kesenangannya langsung berakhir dan memutuskan untuk pulang ke rumah lebih awal, padahal dia tidak ingin pulang lebih cepat. ‘Astaga, aku harus pulang lebih cepat.”Raut wajah Jia tampak tenang, namun di pikirannya menjadi kalang kabut, gelisah, dan juga panik. Memerintah pak supir untuk melajukan kecepatan dalam mengemudi. Sepanjang perjalanan, pandangannya menjadi tidak fokus pada Leo yang tengah bercerita mengenai suasana hatinya yang sedang bahagia. “Ma, kenapa kita pulang lebih awal?” tanya Leo yang keheranan, hatinya tidak rela pulang cepat. Kedua sorot matanya menatap Jia dengan polos, berharap apapun itu berjalan baik. Jia menggenggam tangan Leo dan meletakkan di wajahnya. “Kasihan Cici ditinggal, pasti dia sangat kesepian.” Berusaha mengalihkan perhatian bocah itu untuk tidak bertanya lagi alasan pulang ke rumah lebih cepat. Leo mengangguk, dia lupa keberadaan Cici dan malah be
Read more

Bab 29

Liam memperhatikan Jia dengan tatapan yang menyelidik dan penuh kecurigaan. Setiap gerak tubuhnya, setiap ekspresi wajahnya, tidak ada yang luput dari pengamatannya. Dalam benaknya, dia mengulang-ulang kata-kata Tamara, mencari petunjuk kebenaran di baliknya. Sementara itu, Jia yang tak bisa melihat, hanya bisa merasakan aura kecurigaan yang begitu kental mengelilinginya. Jantungnya berdebar, tahu bahwa perceraian tak akan terelakkan jika kebenaran terungkap. Hidup dengan kutukan dan umpatan telah menjadi rutinitas sehari-hari, sejak nasib mempertemukannya dengan Liam, yang kini melihatnya sebagai beban.Kilas balik Liam dulu yang duduk termenung di sudut kamarnya yang remang-remang, menatap foto lama yang ditempel di dinding. Pernikahannya sudah di depan mata, semuanya dirancang rapi oleh kakeknya, Wijaya.Dulunya dia menyambut gembira perjodohan ini, menganggap Jia hampir sempurna. Tapi setelah kecelakaan yang terjadi tujuh tahun lalu, yang meninggalkan luka dalam di hati Jia, dia
Read more

Bab 30

Jia dengan perlahan menutup pintu kamarnya, matanya tertuju pada nakas di samping ranjangnya. Langkah kakinya terdengar sayup-sayup di karpet kamar yang tebal.Jia membuka laci, mengeluarkan kotak P3K yang telah lama ia simpan, kemudian duduk di tepi ranjang dan menaruhnya di atas pangkuannya.Dengan gerakan yang penuh kehati-hatian, Jia meraih obat antibiotik, mengolesinya sedikit demi sedikit untuk menghindari alergi. Hatinya masih berdebar-debar, masih merasakan sakit dari bekas cakaran itu. Tiba-tiba, telinganya yang masih sensitif itu menangkap suara pintu yang kembali terbuka.Suara telapak sepatu menghiasi indera pendengaran Jia yang terdengar semakin mendekat, kotak P3K di tutupnya kembali dan meletakkan di tempat semula. Tahu siapa yang datang untuk menemuinya, selalu siap dalam situasi apapun. “Jia … aku!” Liam memelankan langkahnya, dari suaranya tampak ragu ingin membagi sesuatu. Jia menyadari Liam yang gelisah duduk di ujung ranjang, menggenggam erat tangannya. Kerut di
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status