All Chapters of Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua: Chapter 21 - Chapter 30

99 Chapters

Panggilan Menggetarkan

Naomi yang semula terdengar paling keras tertawa di antara ketiganya, semakin lama semakin melemah. Inge spontan melongok gadis cilik itu. Rupanya Naomi mengantuk. Kepalanya sesekali terkulai lemas, tetapi matanya dipaksa menyala lagi saat terdengar suara seru dari televisi, atau saat Lucas tertawa.“Mimi udah ngantuk, cuci mulut dulu, yuk,” ujar Inge sembari bergerak turun. Tangannya sudah berada di ketiak Naomi.Lucas menoleh cepat. “Biar aku aja.” Lelaki itu pun sigap turun juga.“Mimi mau bobo di sini, enggak mau di kamar Mimi,” gumam Naomi. Gadis itu sudah setengah berada di alam bawah sadarnya. Namun dia tetap memberikan perlawanan dengan cara mengibas tangan Inge dengan lemah. “Iya, Mimi bobo di sini tapi kita cuci muka dulu ya, itu belepotan es krim mukanya.” Inge telah mendahului Lucas menggendong tubuh Naomi.“Ing, kamu kan lagi hamil muda, harus hati-hati dengan beban yang kamu angkat,” desis Lucas protes. Dia mendekati Inge, dan mencoba mengambil alih Naomi dengan cara
Read more

Mencari Kubu

“Jeng Helen, maaf mengganggu ya…, jam berapa di sana?” ujar Emma sambil mengeluarkan tawa renyah.Terdengar mama dari Lucas itu ikut tertawa di ujung telepon. “Dini hari, Emma. Tapi santai, aku memang sudah bangun.”“Oh, kebetulan kalau gitu,” sahut Emma cepat. Lalu berderai kembali. Sesungguhnya karena dia bingung harus memulai percakapan dari mana.Emma dan Helen bukanlah besan yang saling akrab satu sama lain. Mereka pun sebenarnya jarang sekali berkabar via telepon, kecuali hal-hal yang sangat penting. Namun bukan berarti mereka bermusuhan, meski sejak Karina koma seperti terjadi perang dingin di antara mereka.“Kamu mau bicara soal istri baru Lucas yang kemarin itu?” tembak Helen. “Ya, begitulah, Jeng. Aku merasa butuh bantuanmu.”Emma tertawa lagi, tawa yang lebih canggung dibanding yang pertama. Namun setelah itu, pembicaraan antara dua wanita cantik tersebut mengalir lancar. Emma mulai bicara tentang Inge, tentu saja dari sudut pandangnya. Berharap kali ini Helen bersedia ber
Read more

Pembicaraan Saat Senja

Notifikasi di telepon genggam Inge berbunyi. Sebuah pesan baru muncul di kotak masuk emailnya. Gegas dia buka.Inge refleks membolakan mata, lumayan terkejut bahwa undangan untuk wawancara langsung dia terima. Padahal berkas lamaran miliknya baru dia kirim kurang dari sepuluh menit yang lalu. Sepertinya memang sudah diatur semua oleh Bu Emma dan pastinya Pak Benny juga terlibat di dalamnya. Inge kembali membaca ketentuan detailnya.Wawancara langsung dengan direktur sekolah, bukan kepala sekolahnya. Akan berlangsung dari pukul sembilan pagi waktu Indonesia barat. Itu adalah waktu yang sangat sempurna. Saat itu sudah dapat dipastikan jika Naomi sedang bersekolah dan Lucas ada di kantornya.Perempuan itu menghela napas. Mencoba melepaskan pikiran macam-macam yang berkecamuk dalam otaknya. Biarlah besok dia jajaki dulu tentang sekolah tersebut, jika memang takdirnya harus mengajar di sana, pasti semuanya akan dipermudah.Dengan sedikit gemetar, dia membalas email itu dengan mencentang ko
Read more

Perhatian Kecil

“T-terima kasih, Pak Lucas,” kata Inge. Dia mengerjapkan mata beberapa kali guna mengusir embun yang sudah menghuni kedua matanya.Dengan gerakan cepat, Lucas mengambil tangan Inge dan meremasnya lembut. “Kamu tidak sendirian, Ing.”Satu butir air jatuh spontan ke pipi Inge. Perempuan itu cepat mendongak, berpura-pura menatap langit yang sudah menjadi gelap.Genggaman Lucas kian bertambah erat, terasa sedikit menekan lebih dalam pada jari jemari Inge. Pikiran Inge cepat berputar, dia jadi ingin mengambil kesempatan ini untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Lucas selanjutnya.“Saya ini cengeng, Pak, gampang tersentuh. Jadi kalau Anda melihat saya meneteskan air mata bukan berarti saya sedang tidak baik-baik saja,” tutur Inge.Perempuan itu pun tertawa hambar beberapa menit. Untuk mengesankan bahwa apa yang dia katakan barusan memang benar adanya. Sambil berharap, Lucas tidak bertanya lebih jauh. Sungguh, dia tidak ingin bercerita yang sebenarnya, juga tidak ingin berbohong. Keduanya
Read more

Naomi dan Keinginannya

Bangun di sisi Inge pada pagi hari, membuat Naomi begitu antusias. Berkali-kali dia melempar pertanyaan yang sama pada Inge, meskipun Inge dengan sabar selalu menjawab pertanyaannya itu dengan jawaban yang sama pula. “Mimi, bobo sama Miss Inge?” Mata gadis cilik itu masih menyirat rasa ketidakpercayaannya, diiringi dengan kebahagiaan yang berpendar-pendar. Kali ini Inge hanya tertawa. “Mau mandi sama Miss juga enggak?” tawar Inge. Semoga dengan ini, bisa memutus pertanyaan yang sudah puluhan kali Naomi ucapkan tersebut. Putri Lucas itu segera bersorak. Tanpa perlawanan dia pun mandi di kamar Inge. Naomi begitu menurut, saat Inge berkata bahwa mandinya cepat saja karena akan berangkat sekolah. Usai mandi, Inge membalutnya dengan handuk dan mengangkat tubuh kecil Naomi. Sembari terus menciumi Naomi, Inge membawa si kecil ke kamarnya. Naomi yang geli plus senang, tertawa-tawa sambil menggeliat di gendongan Inge. Terkadang, jari jemari kecil Naomi menyentuh pipi Inge dan sedikit
Read more

Wawancara Khusus

“Aduh, jam berapa sekarang?” ucap Inge sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia mencari jam dinding, yang ternyata tidak dia temukan di sisi tembok mana pun, sejauh matanya memandang. Firasat Inge mengatakan jika dia sudah sangat terlambat. Tadi saat dia kembali masuk setelah mengantar kepergian Naomi, dia sempat melihat jam di ruang makan, dan terbaca di sana, jam sembilan kurang lima menit.Dengan segala aktifitas yang sudah dia lakukan sebelum ini, sudah pasti memakan waktu. Namun, untuk langsung meninggalkan Karina begitu saja tidaklah mungkin, meskipun sebenarnya bisa saja.“B-bu K-karina, saya izin cepat untuk kali ini ya, Bu. Maafkan saya,” tutur Inge mengambil keputusan, seraya mempercepat gerakan, meski tetap dia lakukan penuh hati-hati.Jujur, Inge agak sedikit merasa ngeri dengan kulit Karina yang sangat putih tetapi begitu pucat itu. Dalam bayangan otaknya, jika dia salah gerakan, bisa jadi kulit itu akan terluka. Mungkin tergores kuku atau terkelupas. Sungguh, dalam bay
Read more

Pagi Yang Bergelombang

Inge menarik napas panjang, dan sesudahnya mencoba tersenyum. Pikirannya melayang kepada sosok Pak Benny, sebenarnya apa saja informasi terkait dirinya yang sudah diberitahukan kepada Pak Andrew?Dia tidak ingin keliru memberi jawaban untuk satu pertanyaan yang cukup krusial ini. Bisa jadi sebenarnya Pak Andrew sudah tahu, tetapi lelaki itu hanya sekedar ingin mengecek. Kemungkinannya memang antara sudah tahu dan memang belum tahu.“Inge, saya masih menunggu,” kata Pak Andrew dengan suara tegas.“Mohon maaf, Pak Andrew, jika Bapak sudah melihat CV saya, Anda pasti sudah tahu jika saya sekarang single,” ucap Inge. Sial, suara yang dikeluarkan kentara sekali bergetar. Inge sampai harus meremas jari jemarinya lebih kencang untuk menyalurkan kegugupannya. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha menahan rasa bersalahnya kepada Lucas, suaminya sekarang ini.“S-saya baru saja bercerai, dan saya berpikir pindah ke tempat baru, bertemu orang-orang baru, akan membuat saya lebih baik, mungkin ma
Read more

Di Rumah Sakit

“Astaga, saya ke kamar mengambil hape saya dulu,” ujar Inge setengah berlari. Dia langsung naik dan menuju kembali ke kamarnya.Begitu telepon di tangan, Lucas adalah nama yang dia cari pertama kali. Dia tidak sedang berusaha mengabari Lucas mengenai kecelakaan ini, justru Inge menelepon Lucas untuk bertanya lebih lanjut informasi yang dia dapat dari Bi Yati. Inge yakin, pihak sekolah pasti telah menelepon Lucas.Akan tetapi hingga dering kedua berakhir, Lucas tidak bisa dia hubungi. Pikiran Inge langsung tertuju pada Jesica, mungkin saja sekarang Jesica menjadi wali kelas Naomi, menggantikan dirinya. Sebelum dia dipaksa mengundurkan diri, Jesica adalah patnernya di kelas selama dua tahun ke belakang. Jadi Jesica adalah kandidat paling besar.Tanpa memikirkan apa-apa kecuali hanya tentang Naomi dan Gita, Inge mulai menelepon Jesica. Namun hatinya menjadi patah, saat teleponnya sengaja ditolak oleh si empunya nomor pada panggilan pertama.Inge tergugu, memandangi teleponnya. Lalu dia l
Read more

Tiga Tamu

“Selamat siang, Bu Farah, Bu Viana, Jesica,” sapa Inge, seraya mengangguk, lalu masuk lift.Tiga orang yang berada di dalam lift terlebih dahulu itu diam saja. Tidak ada satu pun yang menyahut. Bahkan mereka sengaja bergerak bersamaan, seperti lebih menyingkir ke satu pojok. Terlihat enggan berdekatan dengan Inge.Inge menelan senyum kecewa. Dia lalu berdiri di depan, dan sengaja membelakangi mereka. Daripada berhadapan, malah akan lebih membuat salah tingkah.“Sombong sekali,” desis Viana.Inge hanya tersenyum tipis. Siapa yang tadi diberi salam tidak menyahut? Kenapa sekarang dirinya yang dikatai sombong?“Setidaknya jangan tidak sopan begitu kepada Bu Farah, pakai kasih pantat pula,” kata Viana lagi. Nadanya benar-benar mengandung kebencian.“Sudahlah, Viana. Orang yang memang suka melanggar tata krama dan etika, selalu merasa dirinya benar,”sahut Bu Farah. Suaranya pelan, tetapi terdengar menahan sesuatu. Setelah berkata, napas Bu Farah terdengar menderu-deru.Inge tetap diam. Buk
Read more

Perasaan Yang Tertinggal

“Dia betul-betul tidak sopan. Bukan begitu, Bu Farah?” Viana mendesis saat mereka sedang berada di lift, menuju lantai satu. “Berlagak seperti nyonya, padahal tadi Pak Lucas aja cuek sama dia.”Jesica spontan melirik Viana. Lalu melihat respon Bu Farah yang hanya menghela napas. Viana ini kalau sudah sebal dengan seseorang, memang terkesan berlebihan. Bisa-bisanya mengatakan Pak Lucas cuek terhadap Inge, jelas-jelas tadi Pak Lucas tadi membelai kepala perempuan itu di depan mata mereka, dan ditambah dengan kata-kata yang amat lembut.Jesica tidak berada di kubu Inge. Jujur, dia benci dengan kelakuan Inge yang ternyata selama ini diam-diam menjalin hubungan dengan wali muridnya sendiri. Kalau mereka bisa tiba-tiba menikah, dalam waktu yang tidak terlalu lama dari perceraian Inge, itu berarti mereka sudah punya hubungan yang cukup lama sebelum Inge bercerai. Dan bagi Jesica itu sangat menjijikkan bagi seseorang yang pernah meraih predikat guru teladan seperti Inge.“Kau itu, dulu mengid
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status