All Chapters of Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua: Chapter 11 - Chapter 20

99 Chapters

Puncak Lelah

Inge meluruhkan tangis. Di syaraf pendengarannya sang mama terus mengomel dan menyudutkan dirinya, tanpa dia tahu bagaimana cara membela diri. Inge tidak ingin membuka kejadian yang menimpa dirinya hingga menyebabkan dia hamil. Lagi pula hati mama sedang panas, segala sanggahan dan penjelasan yang Inge kemukakan akan menjadi percuma.Telepon ditutup mendadak oleh mama.Inge memandang layar gawainya dengan hati tidak karuan. Matanya menemukan banyak pesan masuk dari beberapa nomor kontak. Sekilas dia melihat sebagian besar dari orang tua siswa yang diajarnya. Menilik kata awal yang terlihat, sepertinya mereka semua mempertanyakan kebenaran berita antara dirinya dan Lucas.Dia juga menemukan nomor kontak dirinya telah dikeluarkan dari semua grup unit kerja sekolah. “Oh, Tuhan,” desis Inge tertahan.Kali ini Inge membiarkan dirinya menangis hebat. Tidak lagi dia tahan seperti tadi. Dia hanya berharap semua beban yang bergayut di pikirannya, ikut keluar bersama air mata yang jatuh.Ing
Read more

Si Penyemangat Kecil

“Miss Inge bangun, Pap! Tuh, liat tuh, matanya gerak-gerak.”Lamat-lamat Inge mendengar suara Naomi. Terdengar sedikit heboh. Dia juga merasakan pipinya hangat, dan ada gerakan lembut di situ.“Miss, Miss… udah bangun kan?”Didengarnya lagi suara Naomi itu. Inge pun mengerjap. Benar saja, saat matanya terbuka, dia melihat wajah Naomi begitu dekat. Tangan kecil itu masih bergerak lembut, mengelus pipi kiri Inge.“Pap!” Naomi terpekik. Dia menggerakkan kepalanya dengan heboh, menoleh kepada Lucas dan Inge berganti-ganti. Tampak jelas semburat bahagia di parasnya.“Syukurlah kamu sudah sadar.” Wajah Lucas kini terlihat, tepat di belakang Naomi.
Read more

Cerita Bi Yati

Inge bangun dengan tubuh yang sedikit lebih segar. Namun dia segera menghela napas dalam, dan termenung sejenak sebelum turun dari ranjang. Semalam dia bermimpi tentang seorang bayi yang berwajah mirip Naomi. Dalam mimpinya itu sang bayi seperti tersedot ke atas, dan si bayi menangis sambil mengulurkan tangan ke arahnya. Gema tangisan bayi itu benar-benar seperti nyata dalam rongga telinganya. Spontan Inge menunduk, serta mengusap perutnya sendiri dengan lembut. Kemarin memang sempat ada rasa sesal dalam dada, tentang keputusan untuk menikah demi memelihara bayinya. Akan tetapi, mulai sekarang dia harus menumbuhkan tekad lebih kuat. Jalan yang sudah dia ambil ini pasti bukan hanya suatu kebetulan semata. Apalagi sikap Lucas semalam yang menunjukka
Read more

Meminta Syarat

“S-syarat a-apa, Miss?” Bi Yati tampak gemetar.“Bibi harus mau bekerja sama dengan saya,” ucap Inge. Sengaja Inge menggantungkan jawaban, hanya untuk sekedar melempar seringai lebar. Dia yakin ART ini tidak akan mampu menolak permintaannya. Sementara itu Bi Yati makin mengkerut. Apalagi saat Inge terus menatap tajam ke arahnya. Dia tidak menyangka bahwa orang yang sejak tadi sangat ramah, sehingga membuatnya nyaman bicara, ternyata bisa berbalik begini. Bi Yati melirik Inge takut-takut. Kentara sekali dia sangat menyesali ucapannya yang memang kebablasan. Seharusnya dia ingat, kedudukan Inge di sini. “Miss, s-saya mohon–”
Read more

Emma Meradang

“Enak kan?” Suara Bu Emma bertambah tinggi. “Sudah terbaca niat busuk orang-orang seperti kamu. Mengandalkan kecantikan untuk menjerat pria kaya agar bisa hidup berleha-leha tanpa susah payah.”Inge diam. Tidak ingin merespon. Bukan sengaja tidak sopan, tetapi dia paham bahwa Bu Emma akan bertambah marah dengan apa pun bentuk reaksi yang akan dia berikan. “Tapi ingat, cara-cara licik seperti ini pasti berujung derita,” cicitnya penuh kebencian. Bu Emma menoleh ke arah pintu depan. Dia mendengar suara Naomi samar-samar. Dengan sekejap dia menyetel wajahnya yang semula garang menjadi wajah ramah penuh senyum, dan senyumnya bertambah rekah ketika sang cucu semakin mendekat.“Mimi, Oma nungguin Mimi,” ujar Bu Emma r
Read more

Siasat Emma

“Biar saya coba bujuk Mimi dulu ya, Bu Emma.” Akhirnya Inge berinisiatif untuk menengahi.Bu Emma tentu saja langsung melengos. Dia menatap Gita tajam. Lalu memberi kode dengan kepalanya untuk tetap membawa Naomi, sesuai perintahnya.Gita tergeragap. Dia mengangguk patah-patah, dan bergerak pelan mendekati Naomi yang masih menangis sambil memeluk Inge. Kemudian si pengasuh itu ikut berjongkok seperti Inge.“Ayo, Non. Kita ke rumah Oma, yuk!” bujuk Gita. Suaranya setengah tercekat. Tangannya terulur hendak meraih tubuh Naomi.Plak.Naomi malah melayangkan tangannya, pas kena di bagian wajah Gita. Membuat Inge dan Gita terkejut bersamaan. Demikian juga dengan Bu Emma. 
Read more

Tidak Perlu Klarifikasi

Sepeninggal Bu Emma dari rumah Lucas, Naomi tampak lebih tenang, tangisnya pun telah usai. Apalagi saat Gita menceplos bahwa Bu Emma sudah pergi, suasana hati bocah itu mendadak berubah menjadi ceria. Naomi langsung menurut ketika Inge menyuruhnya untuk meminta maaf kepada Gita.“Maafin Mimi ya, Mbak Gita,” tutur Naomi. Dia menirukan ucapan yang disuarakan oleh Inge satu detik sebelumnya.“Ayo sambil dipeluk mbak Gita-nya,” perintah Inge halus.Lagi-lagi Naomi menurut.Gita tertawa canggung, menoleh ke arah Inge saat tangan kecil Naomi melingkari lehernya. Dilihat dari sikap Gita, sepertinya baru sekali ini dia dipeluk oleh Naomi.Kemudian Inge memberi sedikit pengertian kepada Naomi bahwa apa yang tadi dilakukan amatlah tidak baik. Sampai akhirnya Naomi kembali memeluk Gita tanpa diminta.Inge dan Gita spontan saling melempar senyum.Setelah itu, Naomi dengan penuh antusias mengajak Inge ke ruang bermain, yang letaknya di lantai satu. Gadis cilik itu berkata bahwa papanya baru membe
Read more

Kejutan Apa Ya

“Tidak, Pak Lucas, tadi hanya Naomi saja yang sedikit ngambek tidak ingin diajak pergi,” jawab Inge. Perempuan itu menoleh ke arah tangan Lucas yang masih tersampir di bahunya. Lelaki itu menjadi seperti tersadar. Cepat dia tarik tangannya.“Tolong kalau ada apa-apa kasih tau ya,” sahut Lucas cepat. Inge kembali tersenyum. Mendadak ada haru yang menyeruak. Entahlah, kalimat yang diucapkan Lucas dengan pelan dan tegas itu telah menyentuh sudut hatinya. “Ngomong-ngomong, aku sengaja pulang untuk mengajak kamu dan Mimi jalan-jalan,” kata Lucas. “Kita makan siang di luar yuk!”“Terima kasih, Pak Lucas, tapi
Read more

Permintaan Rahasia

“Ada apa, Bi?” tanya Inge dengan nada tidak sabar.“I-ini, Miss, a-ada telpon dari Nyonya Emma. Nyonya marah-marah, katanya hape Miss tidak bisa dihubungi,” lapor Bi Yati.“Oh, oke, saya akan aktifkan segera ya,” jawab Inge cepat.Separuh hatinya lega, sebab pikiran buruk tentang sesuatu yang menimpa Lucas dan Naomi, yang tadi sempat hadir berkelebat, tidak menjadi kenyataan. Namun hati bagian lainnya sudah membiru. Dia harus bersiap menghadapi mertua suaminya lagi.“Tunggu!" Seruan Bi Yati hadir, saat gagang telepon baru bergeser sedikit dari telinga Inge. Niatnya memang akan di tutup."Nyonya Emma ada di saluran telepon sekarang. Ditunggu ya, Miss, saya sambungkan segera,” ucap Bi Yati.Inge mengiyakan. Telepon hampa sejenak. Dia perlu menunggu beberapa detik sampai akhirnya alat komunikasi itu memperdengarkan desahan angin. Panggilan yang dimaksud Bi Yati tadi telah tersambung.“Inge!” suara tinggi Bu Emma menghajar telinganya.“Saya, Bu Emma,” jawab Inge sehalus mungkin.“Kamu ta
Read more

Sekotak Kebahagiaan

“Apa ada seseorang yang mengusikmu?” Lucas bertanya tanpa basa basi. Inge tersenyum kecil, kentara sekali terlihat canggung. Lalu menggeleng.Lucas menghela napas. “Kamu sudah janji padaku untuk bicara jika ada apa-apa,” katanya dengan suara dalam, penuh penekanan. Tampak dia tidak percaya pada respon yang diberikan oleh Inge.“Ya, Pak Lucas,” jawab Inge menunduk. “Tapi benar, tidak ada apa-apa, saya baik-baik saja. S-saya hanya kangen mengajar anak-anak.”Inge tetap menunduk. Dia tidak ingin mengambil resiko jika kebohongannya diketahui Lucas.“Inge, maafkan kesalahan saya. Saya sudah membuat hidupmu berantakan.”Leher Inge bergerak cepat. Menoleh kepada Lucas. Netra mereka pun saling bertaut. Inge hendak bicara, tetapi suaranya terasa menyangkut di batang tenggorokannya. Dia hanya sanggup menelan ludah, dan perlahan kembali menunduk.Lucas bergerak mendekat. Tanpa ragu, dia berjongkok di hadapan Inge yang tengah duduk di tepian ranjang. Membuat perempuan itu terkesiap. Tangan Ing
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status