Share

Permintaan Rahasia

Penulis: Iyustine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-25 09:52:28

“Ada apa, Bi?” tanya Inge dengan nada tidak sabar.

“I-ini, Miss, a-ada telpon dari Nyonya Emma. Nyonya marah-marah, katanya hape Miss tidak bisa dihubungi,” lapor Bi Yati.

“Oh, oke, saya akan aktifkan segera ya,” jawab Inge cepat.

Separuh hatinya lega, sebab pikiran buruk tentang sesuatu yang menimpa Lucas dan Naomi, yang tadi sempat hadir berkelebat, tidak menjadi kenyataan. Namun hati bagian lainnya sudah membiru. Dia harus bersiap menghadapi mertua suaminya lagi.

“Tunggu!"

Seruan Bi Yati hadir, saat gagang telepon baru bergeser sedikit dari telinga Inge. Niatnya memang akan di tutup.

"Nyonya Emma ada di saluran telepon sekarang. Ditunggu ya, Miss, saya sambungkan segera,” ucap Bi Yati.

Inge mengiyakan. Telepon hampa sejenak. Dia perlu menunggu beberapa detik sampai akhirnya alat komunikasi itu memperdengarkan desahan angin. Panggilan yang dimaksud Bi Yati tadi telah tersambung.

“Inge!” suara tinggi Bu Emma menghajar telinganya.

“Saya, Bu Emma,” jawab Inge sehalus mungkin.

“Kamu ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mitchell Ray Chell
tq upnya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sekotak Kebahagiaan

    “Apa ada seseorang yang mengusikmu?” Lucas bertanya tanpa basa basi. Inge tersenyum kecil, kentara sekali terlihat canggung. Lalu menggeleng.Lucas menghela napas. “Kamu sudah janji padaku untuk bicara jika ada apa-apa,” katanya dengan suara dalam, penuh penekanan. Tampak dia tidak percaya pada respon yang diberikan oleh Inge.“Ya, Pak Lucas,” jawab Inge menunduk. “Tapi benar, tidak ada apa-apa, saya baik-baik saja. S-saya hanya kangen mengajar anak-anak.”Inge tetap menunduk. Dia tidak ingin mengambil resiko jika kebohongannya diketahui Lucas.“Inge, maafkan kesalahan saya. Saya sudah membuat hidupmu berantakan.”Leher Inge bergerak cepat. Menoleh kepada Lucas. Netra mereka pun saling bertaut. Inge hendak bicara, tetapi suaranya terasa menyangkut di batang tenggorokannya. Dia hanya sanggup menelan ludah, dan perlahan kembali menunduk.Lucas bergerak mendekat. Tanpa ragu, dia berjongkok di hadapan Inge yang tengah duduk di tepian ranjang. Membuat perempuan itu terkesiap. Tangan Ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Panggilan Menggetarkan

    Naomi yang semula terdengar paling keras tertawa di antara ketiganya, semakin lama semakin melemah. Inge spontan melongok gadis cilik itu. Rupanya Naomi mengantuk. Kepalanya sesekali terkulai lemas, tetapi matanya dipaksa menyala lagi saat terdengar suara seru dari televisi, atau saat Lucas tertawa.“Mimi udah ngantuk, cuci mulut dulu, yuk,” ujar Inge sembari bergerak turun. Tangannya sudah berada di ketiak Naomi.Lucas menoleh cepat. “Biar aku aja.” Lelaki itu pun sigap turun juga.“Mimi mau bobo di sini, enggak mau di kamar Mimi,” gumam Naomi. Gadis itu sudah setengah berada di alam bawah sadarnya. Namun dia tetap memberikan perlawanan dengan cara mengibas tangan Inge dengan lemah. “Iya, Mimi bobo di sini tapi kita cuci muka dulu ya, itu belepotan es krim mukanya.” Inge telah mendahului Lucas menggendong tubuh Naomi.“Ing, kamu kan lagi hamil muda, harus hati-hati dengan beban yang kamu angkat,” desis Lucas protes. Dia mendekati Inge, dan mencoba mengambil alih Naomi dengan cara

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Mencari Kubu

    “Jeng Helen, maaf mengganggu ya…, jam berapa di sana?” ujar Emma sambil mengeluarkan tawa renyah.Terdengar mama dari Lucas itu ikut tertawa di ujung telepon. “Dini hari, Emma. Tapi santai, aku memang sudah bangun.”“Oh, kebetulan kalau gitu,” sahut Emma cepat. Lalu berderai kembali. Sesungguhnya karena dia bingung harus memulai percakapan dari mana.Emma dan Helen bukanlah besan yang saling akrab satu sama lain. Mereka pun sebenarnya jarang sekali berkabar via telepon, kecuali hal-hal yang sangat penting. Namun bukan berarti mereka bermusuhan, meski sejak Karina koma seperti terjadi perang dingin di antara mereka.“Kamu mau bicara soal istri baru Lucas yang kemarin itu?” tembak Helen. “Ya, begitulah, Jeng. Aku merasa butuh bantuanmu.”Emma tertawa lagi, tawa yang lebih canggung dibanding yang pertama. Namun setelah itu, pembicaraan antara dua wanita cantik tersebut mengalir lancar. Emma mulai bicara tentang Inge, tentu saja dari sudut pandangnya. Berharap kali ini Helen bersedia ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pembicaraan Saat Senja

    Notifikasi di telepon genggam Inge berbunyi. Sebuah pesan baru muncul di kotak masuk emailnya. Gegas dia buka.Inge refleks membolakan mata, lumayan terkejut bahwa undangan untuk wawancara langsung dia terima. Padahal berkas lamaran miliknya baru dia kirim kurang dari sepuluh menit yang lalu. Sepertinya memang sudah diatur semua oleh Bu Emma dan pastinya Pak Benny juga terlibat di dalamnya. Inge kembali membaca ketentuan detailnya.Wawancara langsung dengan direktur sekolah, bukan kepala sekolahnya. Akan berlangsung dari pukul sembilan pagi waktu Indonesia barat. Itu adalah waktu yang sangat sempurna. Saat itu sudah dapat dipastikan jika Naomi sedang bersekolah dan Lucas ada di kantornya.Perempuan itu menghela napas. Mencoba melepaskan pikiran macam-macam yang berkecamuk dalam otaknya. Biarlah besok dia jajaki dulu tentang sekolah tersebut, jika memang takdirnya harus mengajar di sana, pasti semuanya akan dipermudah.Dengan sedikit gemetar, dia membalas email itu dengan mencentang ko

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perhatian Kecil

    “T-terima kasih, Pak Lucas,” kata Inge. Dia mengerjapkan mata beberapa kali guna mengusir embun yang sudah menghuni kedua matanya.Dengan gerakan cepat, Lucas mengambil tangan Inge dan meremasnya lembut. “Kamu tidak sendirian, Ing.”Satu butir air jatuh spontan ke pipi Inge. Perempuan itu cepat mendongak, berpura-pura menatap langit yang sudah menjadi gelap.Genggaman Lucas kian bertambah erat, terasa sedikit menekan lebih dalam pada jari jemari Inge. Pikiran Inge cepat berputar, dia jadi ingin mengambil kesempatan ini untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan Lucas selanjutnya.“Saya ini cengeng, Pak, gampang tersentuh. Jadi kalau Anda melihat saya meneteskan air mata bukan berarti saya sedang tidak baik-baik saja,” tutur Inge.Perempuan itu pun tertawa hambar beberapa menit. Untuk mengesankan bahwa apa yang dia katakan barusan memang benar adanya. Sambil berharap, Lucas tidak bertanya lebih jauh. Sungguh, dia tidak ingin bercerita yang sebenarnya, juga tidak ingin berbohong. Keduanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Naomi dan Keinginannya

    Bangun di sisi Inge pada pagi hari, membuat Naomi begitu antusias. Berkali-kali dia melempar pertanyaan yang sama pada Inge, meskipun Inge dengan sabar selalu menjawab pertanyaannya itu dengan jawaban yang sama pula. “Mimi, bobo sama Miss Inge?” Mata gadis cilik itu masih menyirat rasa ketidakpercayaannya, diiringi dengan kebahagiaan yang berpendar-pendar. Kali ini Inge hanya tertawa. “Mau mandi sama Miss juga enggak?” tawar Inge. Semoga dengan ini, bisa memutus pertanyaan yang sudah puluhan kali Naomi ucapkan tersebut. Putri Lucas itu segera bersorak. Tanpa perlawanan dia pun mandi di kamar Inge. Naomi begitu menurut, saat Inge berkata bahwa mandinya cepat saja karena akan berangkat sekolah. Usai mandi, Inge membalutnya dengan handuk dan mengangkat tubuh kecil Naomi. Sembari terus menciumi Naomi, Inge membawa si kecil ke kamarnya. Naomi yang geli plus senang, tertawa-tawa sambil menggeliat di gendongan Inge. Terkadang, jari jemari kecil Naomi menyentuh pipi Inge dan sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-28
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Wawancara Khusus

    “Aduh, jam berapa sekarang?” ucap Inge sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia mencari jam dinding, yang ternyata tidak dia temukan di sisi tembok mana pun, sejauh matanya memandang. Firasat Inge mengatakan jika dia sudah sangat terlambat. Tadi saat dia kembali masuk setelah mengantar kepergian Naomi, dia sempat melihat jam di ruang makan, dan terbaca di sana, jam sembilan kurang lima menit.Dengan segala aktifitas yang sudah dia lakukan sebelum ini, sudah pasti memakan waktu. Namun, untuk langsung meninggalkan Karina begitu saja tidaklah mungkin, meskipun sebenarnya bisa saja.“B-bu K-karina, saya izin cepat untuk kali ini ya, Bu. Maafkan saya,” tutur Inge mengambil keputusan, seraya mempercepat gerakan, meski tetap dia lakukan penuh hati-hati.Jujur, Inge agak sedikit merasa ngeri dengan kulit Karina yang sangat putih tetapi begitu pucat itu. Dalam bayangan otaknya, jika dia salah gerakan, bisa jadi kulit itu akan terluka. Mungkin tergores kuku atau terkelupas. Sungguh, dalam bay

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pagi Yang Bergelombang

    Inge menarik napas panjang, dan sesudahnya mencoba tersenyum. Pikirannya melayang kepada sosok Pak Benny, sebenarnya apa saja informasi terkait dirinya yang sudah diberitahukan kepada Pak Andrew?Dia tidak ingin keliru memberi jawaban untuk satu pertanyaan yang cukup krusial ini. Bisa jadi sebenarnya Pak Andrew sudah tahu, tetapi lelaki itu hanya sekedar ingin mengecek. Kemungkinannya memang antara sudah tahu dan memang belum tahu.“Inge, saya masih menunggu,” kata Pak Andrew dengan suara tegas.“Mohon maaf, Pak Andrew, jika Bapak sudah melihat CV saya, Anda pasti sudah tahu jika saya sekarang single,” ucap Inge. Sial, suara yang dikeluarkan kentara sekali bergetar. Inge sampai harus meremas jari jemarinya lebih kencang untuk menyalurkan kegugupannya. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha menahan rasa bersalahnya kepada Lucas, suaminya sekarang ini.“S-saya baru saja bercerai, dan saya berpikir pindah ke tempat baru, bertemu orang-orang baru, akan membuat saya lebih baik, mungkin ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04

Bab terbaru

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perintah Mama Niken

    “Gimana keadaanmu, Ma?” tanya Lucas begitu panggilan tersambung. “Maksudku, kamu baik-baik saja kan setelah perjalanan jauh?”Inge tidak langsung menjawab, melainkan menarik napas dalam terlebih dahulu. Entahlah, dia merasa tidak karuan saat Lucas ternyata masih juga memanggilnya dengan panggilan ‘Mama’.“Saya baik, Pak Lucas. Baby boy juga baik.”“Syukurlah… ,” sahut Lucas cepat. Namun setelah itu dia seperti kehilangan kata-kata lagi, sehingga mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Inge berinisiatif memutus panggilan terlebih dahulu dengan alasan sang mama memanggilnya.Inge begitu terkejut saat ternyata mamanya benar-benar sedang berdiri di belakangnya saat dia menutup telepon.“Maaf, Ing, enggak ada maksud Mama menguping. Mama hanya mau ambil baju,” ujar Mama Niken. “Tapi… sepertinya kamu berutang penjelasan sama Mama ya. Apa ada sesuatu dengan pernikahanmu?”Inge mengangguk. “Ya, Ma. Ini cerita panjang. Sebaiknya Mama mandi dulu, aku beresin kamarku ya.”Mama Niken ganti meng

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pulang

    “Jangan membuat posisiku bertambah salah,” ucap Lucas. Dia memandang Inge. Namun tiga detk kemudian, dia memalingkan wajahnya.Lucas menghela napas. “Maafkan aku… . Aku tidak akan menyembunyikan status kita pada Karina, aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat.”“Saya hanya ingin ketemu Mama saya, tidak ada hubungannya dengan Bu Karina.” Inge menekan suaranya sedemikian rupa. “Saya ingin mengambil momen ini, sebab antara saya dan mama saya memang sudah kurang baik sejak saya bercerai dulu. Mumpung hati Mama saya lagi baik, jadi tidak ada salahnya. Iya kan?”Mereka berdua saling memandang beberapa saat. Sampai akhirnya Lucas berkata, “Oke. Pergilah, tapi diantar Pak Ali. Aku akan menjemputku.”Inge menunduk, lalu mengiyakan dengan suara pelan.“Saya akan pergi malam ini,” pamit Inge. Ditahan isaknya dengan sekuat tenaga.Lucas menghela napas lagi. Dia bisa saja mendebat lagi, tetapi lelaki itu berpikir mungkin Inge sedang benar-benar membutuhkan kebersamaan dengan ibunya.Dan bagian

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Bertemu Karina

    Diantar oleh Pak Ali, Inge kembali ke rumah sakit dengan banyak pertanyaan di benaknya. Bagaimana mungkin Karina bisa mencari dirinya? Bukankah mereka tidak pernah saling mengenal?Tiba-tiba jantung Inge berdebar keras. Jangan-jangan, Lucas atau Pak Benny telah memberitahu tentang statusnya ini. Astaga! Inge memegangi dada kirinya yang semakin berdenyut. Dia pun mulai memikirkan kalimat-kalimat yang harus dia ucapkan pada Karina. Tentu saja serangkaian kalimat yang dia rasa tidak akan membuat situasi bertambah keruh.Sampai di rumah sakit, Inge berjalan di koridor dengan langkah terasa mengambang. Otaknya kosong sekarang setelah sepanjang perjalanan ke mari ribut sendiri. Mendadak dia sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang apa yang akan Karina tanyakan padanya.Dari kejauhan, Inge melihat Bu Emma yang tampak mondar mandir gelisah. Begitu ibu kandung Karina itu melihat kedatangan Inge, dia terlihat berlari menyongsong. Seolah-olah sudah tidak sabar untuk bi

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sepotong Hati

    “Ing, Karina sadar!” Lucas setengah berteriak. Setelah itu dia berlari ke arah mereka datang tadi.Inge melihat betapa Lucas menghilang sangat cepat, bahkan lelaki itu sempat menabrak pot bunga yang menjadi pembatas antara trotoar dan lahan parkir. Beruntung tidak sampai terjadi apa-apa.Sejenak Inge tercenung. Dia menjadi bingung, apakah dia harus balik ke ruangan Karina atau kembali ke rumah? Dia menoleh ke belakang. Naomi tampak amat lelap. Rasanya Inge pun tidak mungkin menggendong Naomi sejauh itu. Kandungannya sudah besar, dan dia merasa tenaganya tidak sekuat dulu. Dia juga gampang sekali lelah. Untuk membangunkannya, tampak lebih tidak mungkin.Inge menghela napas, mencoba menunggu sejenak. Barangkali Lucas akan kembali, atau setidaknya menelepon untuk memberitahu apa yang harus dia lakukan. Namun detik-detik berlalu, tidak ada tanda-tanda kabar dari Lucas. Inge akhirnya memilih keluar dari mobil, kemudian berjalan mengitari bagian depan mobil untuk duduk di belakang kemudi.M

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Baby Boy

    “Pap, Adik ternyata baby boy, bukan baby girl,” ucap Naomi sedikit kecewa, setelah tawa mereka berdua habis.Lucas membeliak. Dadanya mengembang, demikian pula dengan senyumnya. Perasaan bahagia mendengar kabar itu seperti arus listrik yang cepat menjalar, dari ujung kakinya lalu naik melesat.“Oh iya?” jawabnya dengan nada gembira.“Mimi baru tengok Adik di komputer, fotonya dibawa Mama Inge tuh, Papa mau liat?” tutur Naomi sembari menunjuk Inge yang mematung, sekitar sepuluh langkah dari mereka.Senyum Lucas menghilang seketika. Apalagi saat dia menoleh pada Inge, dan melihat tangan perempuan itu yang berada ke wajahnya sendiri, terlihat seperti sedang menghapus air mata. Lucas menjadi amat bersalah telah lupa dengan janjinya hari ini. Seharusnya dia ada di samping Inge tadi.Lucas menurunkan Naomi perlahan. Gadis cilik itu kembali berlari kepada Inge, lalu terlihat meminta amplop besar yang dipegang oleh Inge.“Ini gambar Adik, Pap!” Naomi berteriak seraya berbalik badan dan kembal

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perasaan Mendesak

    Dengan tangan bergetar, Inge merespon panggilan tersebut.“Inge… .”Suaranya terdengar amat lembut. Membuat Inge memejam, dan spontan menggulirkan air mata. Setelah sekian lama sengaja menutup diri dari Inge, akhirnya… .“Mama,” desis Inge. Dia mendengar ibu kandungnya mengisak di seberang. Sementara dia sendiri pun memperdengarkan sedu sedan. Beberapa jenak mereka berdua bertangisan, tangis yang sama-sama tertahan.“Maafkan Mama, Ing. Armand baru saja cerita semuanya, dia sampai bersujud di kaki Mama untuk minta maaf,” ucap Mama, suaranya bergetaran.“Maksud Mama, Mas Armand ke rumah?” tanya Inge tidak percaya.“Iya, baru aja dia pergi, mungkin sekitar lima menit yang lalu,” lirih sekali Mama menjawab. “Dia bilang akan balik ke kota asalnya.”Inge menghela napas. Begitu niatnya Armand bertemu mamanya, padahal kota asal Armand ada di barat, sedang mama tinggal di arah yang berlawanan. Sudah terbayang bagaimana capeknya, apalagi jika Armand menyetir sendiri.“Ing, maafkan Mama ya.” Ibu

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kisahmu Sudah Berakhir

    Setelah mengambil bungkusan dari Armand, Inge naik. Di ujung tangga dia bertemu dengan Bi Yati yang tengah mencarinya.“Miss, saya kira ke mana. Saya sampai cari ke kamar Nyonya Karina. Lupa kalau Nyonya udah nggak di situ lagi, karena biasanya Miss Inge jam segini ada di kamar Nyonya,” ucap Bi Yati panjang lebar.Inge tersenyum menanggapinya. Entah mengapa sudut hatinya kembali tercubit mendengar nama Karina.“Saya ambil ini dulu, Bi. Tadi lupa dibawa turun sekalian dari mobil,” sahut Inge.“Harusnya Miss tadi tinggal telpon ke pos, biar diambilkan sama Pak Ali.”Inge hanya tersenyum saja.“Oh iya, buah potongnya sudah saya taruh di atas meja, Miss. Saya bawakan kroket juga, semoga Miss Inge berkenan,” ujar Bi Yati. Dia tahu jika istri kedua majikannya ini belum sarapan, sebab tadi terburu-buru mengantar Naomi.Inge mengucapkan terima kasih, tetapi menolak saat Bi Yati berniat untuk memberikan bantuan dengan membawakan bungkusan besar yang ada di tangannya. Dia pun kembali berjalan m

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Aku Rindu

    “Ya, Sayang. Ayo sebelum bobo kita sama-sama berdoa biar Mama Karina cepat bangun dan bisa main sama Mimi, bisa—”“Mimi enggak mau!” tukas Naomi. “Mimi mau sama Mama Inge aja, sama Adik. Kenapa Adik lama banget enggak keluar-keluar, Ma?”Inge tersenyum. “Sebentar lagi, Kakak. Udah enggak sabar main sama Adik ya?”Naomi mengangguk. Selanjutnya dia memeluk pinggang Inge, menciumi perut Inge beberapa kali sambil tertawa-tawa senang.“Oh iya, besok kita tengok Adik ya,” kata Inge. Dia baru saja teringat bahwa besok dia ada janji dengan dokter Yoda. Pada pemeriksaan minggu kemarin jenis kelamin bayinya belum terlihat sebab posisi sang bayi, sehingga dokter Yoda menjadwal ulang, sebelum beliau pergi ke luar negeri untuk berlibur selama satu bulan.“Tengok Adik di komputer ya, Ma?” tanya Naomi antusias.“Iya, Sayang, setelah Mimi pulang sekolah,” jawab Inge. “Sekarang kita bobo yuk.”Naomi menurut. Dia kembali ke posisi tidurnya dengan lurus, tidak meringkuk seperti yang baru saja dia lakuka

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Hati Yang Tercubit

    Inge tersenyum. Kebiasaan Naomi, kalau dia sudah mengantuk sekali, pasti akan meletakkan kepalanya di sembarang tempat. Naomi memang belum istirahat sejak pulang sekolah tadi. Jadi sangat wajar kalau gadis cilik ini kelelahan.“Kita pulang?” tanya Inge. Dia meraih dagu bocah itu, dan dia gemas pipinya sekejap.Naomi mengangguk lesu. Matanya tampak sudah tidak kuat untuk dia buka.Inge terpaksa meminta agar sotonya dibungkus saja. Entah nanti termakan olehnya atau tidak. Dia hanya tidak ingin si pemilik warung tersinggung jika soto yang baru dia cicipi kuahnya itu ditinggalkan begitu saja.Dibantu seseorang yang ada di situ, Inge membawa Naomi yang sudah terlelap ke dalam mobil. Rencana untuk jalan-jalan sudah hangus. Inge pun melajukan mobilnya menuju pulang. Sesekali dia melihat pada Naomi yang rebah di jok belakang, untuk memastikan anak tiri kesayangannya itu aman.Sampai di rumah, Pak Husen yang terlihat tengah mengobrol dengan penjaga keamanan segera mendekat ketika Inge memanggi

DMCA.com Protection Status