Share

Wawancara Khusus

Author: Iyustine
last update Last Updated: 2024-08-03 16:26:23

“Aduh, jam berapa sekarang?” ucap Inge sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Dia mencari jam dinding, yang ternyata tidak dia temukan di sisi tembok mana pun, sejauh matanya memandang.

Firasat Inge mengatakan jika dia sudah sangat terlambat. Tadi saat dia kembali masuk setelah mengantar kepergian Naomi, dia sempat melihat jam di ruang makan, dan terbaca di sana, jam sembilan kurang lima menit.

Dengan segala aktifitas yang sudah dia lakukan sebelum ini, sudah pasti memakan waktu. Namun, untuk langsung meninggalkan Karina begitu saja tidaklah mungkin, meskipun sebenarnya bisa saja.

“B-bu K-karina, saya izin cepat untuk kali ini ya, Bu. Maafkan saya,” tutur Inge mengambil keputusan, seraya mempercepat gerakan, meski tetap dia lakukan penuh hati-hati.

Jujur, Inge agak sedikit merasa ngeri dengan kulit Karina yang sangat putih tetapi begitu pucat itu. Dalam bayangan otaknya, jika dia salah gerakan, bisa jadi kulit itu akan terluka. Mungkin tergores kuku atau terkelupas. Sungguh, dalam bay
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pagi Yang Bergelombang

    Inge menarik napas panjang, dan sesudahnya mencoba tersenyum. Pikirannya melayang kepada sosok Pak Benny, sebenarnya apa saja informasi terkait dirinya yang sudah diberitahukan kepada Pak Andrew?Dia tidak ingin keliru memberi jawaban untuk satu pertanyaan yang cukup krusial ini. Bisa jadi sebenarnya Pak Andrew sudah tahu, tetapi lelaki itu hanya sekedar ingin mengecek. Kemungkinannya memang antara sudah tahu dan memang belum tahu.“Inge, saya masih menunggu,” kata Pak Andrew dengan suara tegas.“Mohon maaf, Pak Andrew, jika Bapak sudah melihat CV saya, Anda pasti sudah tahu jika saya sekarang single,” ucap Inge. Sial, suara yang dikeluarkan kentara sekali bergetar. Inge sampai harus meremas jari jemarinya lebih kencang untuk menyalurkan kegugupannya. Dia memejamkan mata sebentar, berusaha menahan rasa bersalahnya kepada Lucas, suaminya sekarang ini.“S-saya baru saja bercerai, dan saya berpikir pindah ke tempat baru, bertemu orang-orang baru, akan membuat saya lebih baik, mungkin ma

    Last Updated : 2024-08-04
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Di Rumah Sakit

    “Astaga, saya ke kamar mengambil hape saya dulu,” ujar Inge setengah berlari. Dia langsung naik dan menuju kembali ke kamarnya.Begitu telepon di tangan, Lucas adalah nama yang dia cari pertama kali. Dia tidak sedang berusaha mengabari Lucas mengenai kecelakaan ini, justru Inge menelepon Lucas untuk bertanya lebih lanjut informasi yang dia dapat dari Bi Yati. Inge yakin, pihak sekolah pasti telah menelepon Lucas.Akan tetapi hingga dering kedua berakhir, Lucas tidak bisa dia hubungi. Pikiran Inge langsung tertuju pada Jesica, mungkin saja sekarang Jesica menjadi wali kelas Naomi, menggantikan dirinya. Sebelum dia dipaksa mengundurkan diri, Jesica adalah patnernya di kelas selama dua tahun ke belakang. Jadi Jesica adalah kandidat paling besar.Tanpa memikirkan apa-apa kecuali hanya tentang Naomi dan Gita, Inge mulai menelepon Jesica. Namun hatinya menjadi patah, saat teleponnya sengaja ditolak oleh si empunya nomor pada panggilan pertama.Inge tergugu, memandangi teleponnya. Lalu dia l

    Last Updated : 2024-08-04
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Tiga Tamu

    “Selamat siang, Bu Farah, Bu Viana, Jesica,” sapa Inge, seraya mengangguk, lalu masuk lift.Tiga orang yang berada di dalam lift terlebih dahulu itu diam saja. Tidak ada satu pun yang menyahut. Bahkan mereka sengaja bergerak bersamaan, seperti lebih menyingkir ke satu pojok. Terlihat enggan berdekatan dengan Inge.Inge menelan senyum kecewa. Dia lalu berdiri di depan, dan sengaja membelakangi mereka. Daripada berhadapan, malah akan lebih membuat salah tingkah.“Sombong sekali,” desis Viana.Inge hanya tersenyum tipis. Siapa yang tadi diberi salam tidak menyahut? Kenapa sekarang dirinya yang dikatai sombong?“Setidaknya jangan tidak sopan begitu kepada Bu Farah, pakai kasih pantat pula,” kata Viana lagi. Nadanya benar-benar mengandung kebencian.“Sudahlah, Viana. Orang yang memang suka melanggar tata krama dan etika, selalu merasa dirinya benar,”sahut Bu Farah. Suaranya pelan, tetapi terdengar menahan sesuatu. Setelah berkata, napas Bu Farah terdengar menderu-deru.Inge tetap diam. Buk

    Last Updated : 2024-08-05
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perasaan Yang Tertinggal

    “Dia betul-betul tidak sopan. Bukan begitu, Bu Farah?” Viana mendesis saat mereka sedang berada di lift, menuju lantai satu. “Berlagak seperti nyonya, padahal tadi Pak Lucas aja cuek sama dia.”Jesica spontan melirik Viana. Lalu melihat respon Bu Farah yang hanya menghela napas. Viana ini kalau sudah sebal dengan seseorang, memang terkesan berlebihan. Bisa-bisanya mengatakan Pak Lucas cuek terhadap Inge, jelas-jelas tadi Pak Lucas tadi membelai kepala perempuan itu di depan mata mereka, dan ditambah dengan kata-kata yang amat lembut.Jesica tidak berada di kubu Inge. Jujur, dia benci dengan kelakuan Inge yang ternyata selama ini diam-diam menjalin hubungan dengan wali muridnya sendiri. Kalau mereka bisa tiba-tiba menikah, dalam waktu yang tidak terlalu lama dari perceraian Inge, itu berarti mereka sudah punya hubungan yang cukup lama sebelum Inge bercerai. Dan bagi Jesica itu sangat menjijikkan bagi seseorang yang pernah meraih predikat guru teladan seperti Inge.“Kau itu, dulu mengid

    Last Updated : 2024-08-09
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Maksud Baik

    Bu Emma muncul bersama seorang ART-nya. Tampak mereka membawa bungkusan lumayan besar. Pandangan Bu Emma begitu lekat ke arah Inge yang tengah rebahan, yang sebenarnya pun sudah hampir tertidur tadi.“Inge baru saja menenangkan Mimi, Ma,” Lucas yang menjawab. “Tadi Mimi agak rewel.”Bu Emma mencebik. “Tentu saja rewel, dia pasti lapar. Ini mama bawakan sup dan ayam goreng kesukaan Mimi.”“Taruh situ, Bi!” tunjuk Bu Emma pada meja yang sedang dipakai Lucas untuk bekerja.ART itu sejenak bimbang. Dia melihat kepada Lucas sekejap, lalu melakukan perintah sang nyonya saat melihat Lucas menunjuk bagian ujung meja tersebut.Sementara Inge telah bangun, dan dia duduk diam di sofanya.“Apa Mimi tidur dalam keadaan kelaparan begitu, Luc?” tanya Bu Emma saat menyadari bahwa sang cucu tengah pulas di tempat tidur yang disediakan khusus bagi pasien.Lucas menghela napas. “Kami baru saja selesai makan, Ma. Baru saja bekas-bekasnya diberesin Inge.”Lagi-lagi Bu Emma mencebik. Dia seperti alergi men

    Last Updated : 2024-08-12
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Keputusan Abu-abu

    Ini sebuah surat penawaran kerja, dengan point-point penawaran yang begitu menggiurkan.Inge sampai membekap mulutnya sendiri. Membaca gaji dan fasilitas yang ditawarkan, serta jabatan sebagai wakil kepala sekolah! Astaga, benarkah ini karena kemampuannya atau pengaruh dari Pak Benny dan Bu Emma?Perempuan itu sampai membaca ulang surat tersebut, dengan lebih teliti. Namun memang matanya tidak salah lihat, surat penawaran kerja ini benar-benar amat menarik hati.Inge menahan napas, kepalanya menengadah. Setengah hatinya berbisik untuk segera menerima tawaran ini, sebab merupakan kesempatan besar dalam karirnya. Toh Pak Andrew menawarinya untuk satu bulan ke depan, bukan saat ini. Rasanya satu bulan cukup untuk penyembuhan Gita, sehingga setelah itu Naomi ada yang mengasuhnya kembali. Dan dia bisa berangkat ke luar pulau untuk memulai karirnya.Inge merenung hampir sepuluh menit, dan pada akhirnya dia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Dia pun menuju surat elektronik yang ada

    Last Updated : 2024-08-13
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kejutan Istimewa

    “Mimi senang balik ke rumah?” tanya Bu Emma. Nadanya betul-betul ramah, dia bahkan melempar senyum ke arah Inge.“Seneng, Oma, jadi Mimi bisa bobo sama Miss Inge lagi,” sahut Naomi.Gadis cilik itu menatap Inge, lalu menyeringai. “Kita makan es krim lagi ya, Miss, terus nonton tivi sambil bobo.” Inge mengangguk sembari tersenyum, dan tercetuslah tawa suka cita Naomi. Si kecil sampai bertepuk tangan untuk mengungkapkan kegembiraannya.Bu Emma menyambutnya dengan derai tawa yang nadanya hampir serupa sang cucu. Kemudian dia membelai pundak Naomi dengan sayang. Tidak lupa Bu Emma menatap Inge sekilas dan memberi senyum kecil.Begitulah sepanjang perjalanan. Lebih banyak suara Bu Emma dan Naomi yang saling bersahutan. Inge sesekali membantu Naomi menjawab pertanyaan Bu Emma, diselingi dengan tawanya yang amat samar.Dan Lucas masih sesekali mencuri pandang ke belakang. Terutama kepada Inge, lelaki tampan itu seperti ingin memastikan bahwa wanita yang kini dalam tanggung jawabnya itu bai

    Last Updated : 2024-08-21
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Usaha Nyonya Emma

    “Mama cuma pengen kasih ini ke Mimi, Luc,” kata Bu Emma. Dia mengacungkan piring yang berisi potongan puding. Bentuk puding itu memang sangat cantik, kalau soal rasanya sudah dijamin enak dan Naomi pasti suka.Lucas kini ikut berdiri, dan berjalan mendekati mama mertuanya. “Mimi sudah kenyang, Ma. Kita simpan saja dulu untuk nanti ya.”Lucas berhenti tepat di hadapan Bu Emma. Kedua matanya menatap tegas kepada perempuan itu. Radar kecurigaan Lucas masih terus menyala. Dia tahu bukan Naomi yang dituju mama mertuanya ini, tetapi Inge. Puding buah mungkin hanya sebuah alibi.Bu Emma menghela napas. Melirik suaminya sekilas, kemudian tersenyum tipis dan mengangguk sambil melihat wajah Lucas.“Luc, mumpung kita lagi ada waktu senggang, Papa mau ngomongin soal investasi yang kemarin Papa ceritakan ke kamu.” Pak Benny ambil suara. Lelaki itu juga berdiri, lalu dia menoleh kepada chef yang berdiri tidak jauh dari mereka.“Chef, apa boleh kami minta dua cangkir kopi?” tanya Pak Benny.Setelah

    Last Updated : 2024-08-22

Latest chapter

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perintah Mama Niken

    “Gimana keadaanmu, Ma?” tanya Lucas begitu panggilan tersambung. “Maksudku, kamu baik-baik saja kan setelah perjalanan jauh?”Inge tidak langsung menjawab, melainkan menarik napas dalam terlebih dahulu. Entahlah, dia merasa tidak karuan saat Lucas ternyata masih juga memanggilnya dengan panggilan ‘Mama’.“Saya baik, Pak Lucas. Baby boy juga baik.”“Syukurlah… ,” sahut Lucas cepat. Namun setelah itu dia seperti kehilangan kata-kata lagi, sehingga mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Inge berinisiatif memutus panggilan terlebih dahulu dengan alasan sang mama memanggilnya.Inge begitu terkejut saat ternyata mamanya benar-benar sedang berdiri di belakangnya saat dia menutup telepon.“Maaf, Ing, enggak ada maksud Mama menguping. Mama hanya mau ambil baju,” ujar Mama Niken. “Tapi… sepertinya kamu berutang penjelasan sama Mama ya. Apa ada sesuatu dengan pernikahanmu?”Inge mengangguk. “Ya, Ma. Ini cerita panjang. Sebaiknya Mama mandi dulu, aku beresin kamarku ya.”Mama Niken ganti meng

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pulang

    “Jangan membuat posisiku bertambah salah,” ucap Lucas. Dia memandang Inge. Namun tiga detk kemudian, dia memalingkan wajahnya.Lucas menghela napas. “Maafkan aku… . Aku tidak akan menyembunyikan status kita pada Karina, aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat.”“Saya hanya ingin ketemu Mama saya, tidak ada hubungannya dengan Bu Karina.” Inge menekan suaranya sedemikian rupa. “Saya ingin mengambil momen ini, sebab antara saya dan mama saya memang sudah kurang baik sejak saya bercerai dulu. Mumpung hati Mama saya lagi baik, jadi tidak ada salahnya. Iya kan?”Mereka berdua saling memandang beberapa saat. Sampai akhirnya Lucas berkata, “Oke. Pergilah, tapi diantar Pak Ali. Aku akan menjemputku.”Inge menunduk, lalu mengiyakan dengan suara pelan.“Saya akan pergi malam ini,” pamit Inge. Ditahan isaknya dengan sekuat tenaga.Lucas menghela napas lagi. Dia bisa saja mendebat lagi, tetapi lelaki itu berpikir mungkin Inge sedang benar-benar membutuhkan kebersamaan dengan ibunya.Dan bagian

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Bertemu Karina

    Diantar oleh Pak Ali, Inge kembali ke rumah sakit dengan banyak pertanyaan di benaknya. Bagaimana mungkin Karina bisa mencari dirinya? Bukankah mereka tidak pernah saling mengenal?Tiba-tiba jantung Inge berdebar keras. Jangan-jangan, Lucas atau Pak Benny telah memberitahu tentang statusnya ini. Astaga! Inge memegangi dada kirinya yang semakin berdenyut. Dia pun mulai memikirkan kalimat-kalimat yang harus dia ucapkan pada Karina. Tentu saja serangkaian kalimat yang dia rasa tidak akan membuat situasi bertambah keruh.Sampai di rumah sakit, Inge berjalan di koridor dengan langkah terasa mengambang. Otaknya kosong sekarang setelah sepanjang perjalanan ke mari ribut sendiri. Mendadak dia sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang apa yang akan Karina tanyakan padanya.Dari kejauhan, Inge melihat Bu Emma yang tampak mondar mandir gelisah. Begitu ibu kandung Karina itu melihat kedatangan Inge, dia terlihat berlari menyongsong. Seolah-olah sudah tidak sabar untuk bi

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sepotong Hati

    “Ing, Karina sadar!” Lucas setengah berteriak. Setelah itu dia berlari ke arah mereka datang tadi.Inge melihat betapa Lucas menghilang sangat cepat, bahkan lelaki itu sempat menabrak pot bunga yang menjadi pembatas antara trotoar dan lahan parkir. Beruntung tidak sampai terjadi apa-apa.Sejenak Inge tercenung. Dia menjadi bingung, apakah dia harus balik ke ruangan Karina atau kembali ke rumah? Dia menoleh ke belakang. Naomi tampak amat lelap. Rasanya Inge pun tidak mungkin menggendong Naomi sejauh itu. Kandungannya sudah besar, dan dia merasa tenaganya tidak sekuat dulu. Dia juga gampang sekali lelah. Untuk membangunkannya, tampak lebih tidak mungkin.Inge menghela napas, mencoba menunggu sejenak. Barangkali Lucas akan kembali, atau setidaknya menelepon untuk memberitahu apa yang harus dia lakukan. Namun detik-detik berlalu, tidak ada tanda-tanda kabar dari Lucas. Inge akhirnya memilih keluar dari mobil, kemudian berjalan mengitari bagian depan mobil untuk duduk di belakang kemudi.M

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Baby Boy

    “Pap, Adik ternyata baby boy, bukan baby girl,” ucap Naomi sedikit kecewa, setelah tawa mereka berdua habis.Lucas membeliak. Dadanya mengembang, demikian pula dengan senyumnya. Perasaan bahagia mendengar kabar itu seperti arus listrik yang cepat menjalar, dari ujung kakinya lalu naik melesat.“Oh iya?” jawabnya dengan nada gembira.“Mimi baru tengok Adik di komputer, fotonya dibawa Mama Inge tuh, Papa mau liat?” tutur Naomi sembari menunjuk Inge yang mematung, sekitar sepuluh langkah dari mereka.Senyum Lucas menghilang seketika. Apalagi saat dia menoleh pada Inge, dan melihat tangan perempuan itu yang berada ke wajahnya sendiri, terlihat seperti sedang menghapus air mata. Lucas menjadi amat bersalah telah lupa dengan janjinya hari ini. Seharusnya dia ada di samping Inge tadi.Lucas menurunkan Naomi perlahan. Gadis cilik itu kembali berlari kepada Inge, lalu terlihat meminta amplop besar yang dipegang oleh Inge.“Ini gambar Adik, Pap!” Naomi berteriak seraya berbalik badan dan kembal

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perasaan Mendesak

    Dengan tangan bergetar, Inge merespon panggilan tersebut.“Inge… .”Suaranya terdengar amat lembut. Membuat Inge memejam, dan spontan menggulirkan air mata. Setelah sekian lama sengaja menutup diri dari Inge, akhirnya… .“Mama,” desis Inge. Dia mendengar ibu kandungnya mengisak di seberang. Sementara dia sendiri pun memperdengarkan sedu sedan. Beberapa jenak mereka berdua bertangisan, tangis yang sama-sama tertahan.“Maafkan Mama, Ing. Armand baru saja cerita semuanya, dia sampai bersujud di kaki Mama untuk minta maaf,” ucap Mama, suaranya bergetaran.“Maksud Mama, Mas Armand ke rumah?” tanya Inge tidak percaya.“Iya, baru aja dia pergi, mungkin sekitar lima menit yang lalu,” lirih sekali Mama menjawab. “Dia bilang akan balik ke kota asalnya.”Inge menghela napas. Begitu niatnya Armand bertemu mamanya, padahal kota asal Armand ada di barat, sedang mama tinggal di arah yang berlawanan. Sudah terbayang bagaimana capeknya, apalagi jika Armand menyetir sendiri.“Ing, maafkan Mama ya.” Ibu

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kisahmu Sudah Berakhir

    Setelah mengambil bungkusan dari Armand, Inge naik. Di ujung tangga dia bertemu dengan Bi Yati yang tengah mencarinya.“Miss, saya kira ke mana. Saya sampai cari ke kamar Nyonya Karina. Lupa kalau Nyonya udah nggak di situ lagi, karena biasanya Miss Inge jam segini ada di kamar Nyonya,” ucap Bi Yati panjang lebar.Inge tersenyum menanggapinya. Entah mengapa sudut hatinya kembali tercubit mendengar nama Karina.“Saya ambil ini dulu, Bi. Tadi lupa dibawa turun sekalian dari mobil,” sahut Inge.“Harusnya Miss tadi tinggal telpon ke pos, biar diambilkan sama Pak Ali.”Inge hanya tersenyum saja.“Oh iya, buah potongnya sudah saya taruh di atas meja, Miss. Saya bawakan kroket juga, semoga Miss Inge berkenan,” ujar Bi Yati. Dia tahu jika istri kedua majikannya ini belum sarapan, sebab tadi terburu-buru mengantar Naomi.Inge mengucapkan terima kasih, tetapi menolak saat Bi Yati berniat untuk memberikan bantuan dengan membawakan bungkusan besar yang ada di tangannya. Dia pun kembali berjalan m

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Aku Rindu

    “Ya, Sayang. Ayo sebelum bobo kita sama-sama berdoa biar Mama Karina cepat bangun dan bisa main sama Mimi, bisa—”“Mimi enggak mau!” tukas Naomi. “Mimi mau sama Mama Inge aja, sama Adik. Kenapa Adik lama banget enggak keluar-keluar, Ma?”Inge tersenyum. “Sebentar lagi, Kakak. Udah enggak sabar main sama Adik ya?”Naomi mengangguk. Selanjutnya dia memeluk pinggang Inge, menciumi perut Inge beberapa kali sambil tertawa-tawa senang.“Oh iya, besok kita tengok Adik ya,” kata Inge. Dia baru saja teringat bahwa besok dia ada janji dengan dokter Yoda. Pada pemeriksaan minggu kemarin jenis kelamin bayinya belum terlihat sebab posisi sang bayi, sehingga dokter Yoda menjadwal ulang, sebelum beliau pergi ke luar negeri untuk berlibur selama satu bulan.“Tengok Adik di komputer ya, Ma?” tanya Naomi antusias.“Iya, Sayang, setelah Mimi pulang sekolah,” jawab Inge. “Sekarang kita bobo yuk.”Naomi menurut. Dia kembali ke posisi tidurnya dengan lurus, tidak meringkuk seperti yang baru saja dia lakuka

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Hati Yang Tercubit

    Inge tersenyum. Kebiasaan Naomi, kalau dia sudah mengantuk sekali, pasti akan meletakkan kepalanya di sembarang tempat. Naomi memang belum istirahat sejak pulang sekolah tadi. Jadi sangat wajar kalau gadis cilik ini kelelahan.“Kita pulang?” tanya Inge. Dia meraih dagu bocah itu, dan dia gemas pipinya sekejap.Naomi mengangguk lesu. Matanya tampak sudah tidak kuat untuk dia buka.Inge terpaksa meminta agar sotonya dibungkus saja. Entah nanti termakan olehnya atau tidak. Dia hanya tidak ingin si pemilik warung tersinggung jika soto yang baru dia cicipi kuahnya itu ditinggalkan begitu saja.Dibantu seseorang yang ada di situ, Inge membawa Naomi yang sudah terlelap ke dalam mobil. Rencana untuk jalan-jalan sudah hangus. Inge pun melajukan mobilnya menuju pulang. Sesekali dia melihat pada Naomi yang rebah di jok belakang, untuk memastikan anak tiri kesayangannya itu aman.Sampai di rumah, Pak Husen yang terlihat tengah mengobrol dengan penjaga keamanan segera mendekat ketika Inge memanggi

DMCA.com Protection Status