Home / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Chapter 341 - Chapter 350

All Chapters of Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Chapter 341 - Chapter 350

468 Chapters

Bab 341. Aku Masih, Seperti yang Dulu

Tempat yang Exel berikan sebagai tanda hadiah atas kembalinya ia ke sini. Tempat itu adalah tempat yang sangat Elizabeth impi-impikan sejak dulu, bagaimana bisa tempat itu dibangun di pekarangan belakang dengan megahnya?!Exel mendongak menatap sang Mama yang melihat ke arah sebuah rumah kaca besar di depan sana. "Bagaimana, Ma? Mama suka?" tanya anak itu. Elizabeth menutup mulutnya. "Exel ... Exel tahu darimana dulu Mama sangat menginginkan rumah kaca?" tanya Elizabeth pada putranya. "Emm ... entahlah, tapi Papa yang tiba-tiba membangunnya. Papa bilang, Papa ingin membuat rumah kaca untuk Mama," jawab Exel menarik lengan Elizabeth dan mengajaknya ke tempat itu. Pintu rumah kaca dibuka oleh Exel, mereka masuk ke dalam sana. Beberapa bunga masih segar, beberapa juga nampak gugur daunnya, mungkin karena bunga itu tidak tahan cuaca dingin. "Indahnya," ucap Elizabeth lirih."Mama tunggu di sini sebentar ya, Exel mau panggil Paman James dulu! Ada ulat di sana, Exel geli...!" seru ana
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 342. Anakku, Aku Menginginkan Anakku Kembali

Suara detikan jarum jam berdetak pelan dan teratur. Elizabeth menutup pintu kamarnya dan wanita itu menatap seisi kamarnya yang begitu hangat. Elizabeth mengusap bantal dan ia duduk di atas ranjang, sebelum Elizabeth menatap ruang kosong di sampingnya. "Dia pasti tidur sendirian saat aku tidak ada di sampingnya dulu ... aku hampir tak percaya dia begitu setia padaku yang berbohong telah meninggal dunia," ucap Elizabeth lirih. Sampai akhirnya pintu kamar terbuka, Evan muncul dan ia berjalan masuk ke dalam kamar itu. "Aku pikir kau sudah tidur, Sayang..." "Belum. Aku belum mengantuk. Emm ... rasanya senang sekali kembali ke rumah ini," jawab Elizabeth tersenyum manis. "Aku pun merasakan hal yang sama, Sayang," jawab Evan, laki-laki yang berbaring di atas ranjang dan menjadikan pangkuan Elizabeth sebagai bantalnya. Elizabeth menyunggar rambut hitam Evan, sementara itu tidak ada percakapan di antara mereka. Raut wajah Evan tiba-tiba berubah menjadi sedikit cemas. Ekspresi itu lan
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 343. Penyesalan Membuatnya Seperti ini

"Selamat pagi, Tuan, Nyonya ... maaf kalau saya mengganggu. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan." Kepala pelayan itu berdiri di ambang pintu ruangan kerja Evan dengan wajah yang gugup. Elizabeth mengangguk dan ia langsung berdiri dari duduknya saat itu juga. "Ada apa, Bi?" tanya wanita itu. "Itu Nyonya ... sejak dua hari sebelum Nyonya dan Tuan datang ke sini, ada seorang wanita yang mondar-mandir di gerbang depan. Tadi waktu saya kembali dari supermarket, wanita itu juga bertanya pada saya, apakah Tuan sudah pulang? Dan saya jawab, sudah … tapi saya tidak tahu siapa wanita itu.” Penjelasan kepala pelayan itu membuat Elizabeth langsung memasang wajah curiga. Elizabeth menoleh pada Evan dengan tatapan yang tidak-tidak sebelum Evan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak punya simpanan, okay?" ujarnya, seolah bisa membaca pikiran istrinya. "Lalu, siapa wanita itu?" tanya Elizabeth. "Ayolah Sayang, aku juga tidak tahu," jawab Evan. Saat itu juga Elizabeth melangkah mendekati suam
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 344. Sahabat Perempuan Exel

"Sayang, jangan bermain di luar ya ... kalian di rumah saja, karena Paman James sedang pergi dengan Papa, kalian mengerti?" Elizabeth menatap dua buah hatinya yang kini tengah berada di ruang tamu. "Iya Mama, kita mengerti. Tapi nanti kalau Papa pulang, langsung main ke rumah Oma dan Opa ya, Ma," pinta Exel menatap sang Mama. "Tentu saja. Mama sekarang mau ke belakang dulu," ujar Elizabeth pada mereka berdua. Elizabeth berjalan ke belakang, meninggalkan dua anaknya di ruang tamu. Sementara Exel, anak laki-laki itu berdiri di dekat jendela kaca rumahnya dan menatap ke arah luar. "Kakak pasti ingin main ke luar, ya?" tanya Pauline mendekati sang Kakak. "Bukan begitu, Pauline...." "Terus?" Pauline mengerjapkan kedua matanya dan berdiri memegangi bagian belakang sweater yang Exel pakai.Exel masih diam menatap ke arah luar, di mana hujan salju masih turun di sana. Pauline bingung apa yang ditatap oleh Kakaknya, bahkan sejak kemarin Exel selalu menatap ke arah luar dengan pandanga
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 345. Hadiah dari Exel, untuk Hauri

"Papa, ayo antarkan Exel membeli sesuatu untuk Hauri! Exel mau memberikan dia hadiah yang paling indah!" Suara Exel membujuk rayu Papanya terdengar hingga di ruang makan belakang. Elizabeth yang mendengarnya pun tersenyum, ternyata benar apa yang Evan katakan kalau setelah bertemu Hauri, pasti ada saja yang Exel minta. "Papa, dengar tidak Exel minta apa? Boleh tidak? Kalau tidak boleh Exel bisa nekat tahu!" seru anak itu berdiri dengan raut wajah sedih. "Nekat bagaimana, Tuan Kecil?" tanya Jericho menggodanya. "Jangan bilang mau kabur?" "Exel kan sudah tahu jalan-jalan di Paris. Biar saja, kalau tidak boleh Exel mau pergi sendiri!" protes anak laki-laki itu. "Mau pergi ke mana memangnya, Sayang?" Suara Elizabeth membuat anak itu menoleh dan Exel langsung berbinar-binar saat Mamanya muncul. Exel membawa sebuah kotak kecil pemberian Hauri dan menunjukkan pada Mamanya. "Mama lihat ini, Hauri memberikan hadiah buat Exel. Lihat ini, Ma ... gelang jam berwarna biru tua, bagus sekal
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 346. Pertemuan yang Tak Terduga

Seorang wanita dengan balutan pakaian hangat, mantel berwarna merah marun kini baru saja keluar dari dalam sebuah toko boneka. Clarisa memeluk sebuah boneka koala berukuran besar. Dia tersenyum-senyum sendiri menatap boneka itu. "Apa dia pikir hanya Elizabeth yang bisa membelikan Exel boneka seperti ini? Aku juga bisa!" seru wanita itu tertawa senang, meskipun kedua matanya sembab setelah dia menangis dan mengamuk karena merindukan Exel. Clarisa berjalan kaki menuju ke rumah Evan. Dari pusat kota, hanya beberapa menit saja dia bisa sampai ke rumah Evan yang memang berada di perumahan kawasan Elit. Sepanjang perjalanan, Clarisa terus menerus tertawa dan berbicara sendiri. "Exel nanti akan datang memelukku dan berterima kasih padaku karena aku telah memberiku boneka ini padanya. Lalu ... Lalu dia akan berteriak untuk ikut denganku!" serunya sebelum wanita itu tertawa puas. Clarisa merapatkan mantelnya dan ia tertunduk, dari ia yang tertawa tiba-tiba berubah menjadi sedih. "Exel-k
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 347. Firasat yang Tidak Pernah Salah

"Wanita asing itu datang lagi, Tuan. Tapi Hauri datang lebih dulu, sepertinya orang itu marah pada Hauri dan mendorongnya sampai jatuh." Jericho menunjukkan rekaman CCTV pada Evan. Dan lagi-lagi wanita asing itu menggunakan penutup wajahnya hingga tidak diketahui siapa dia. "Beraninya dia mendorong temanku!" seru Exel cemberut. "Tenang Tuan Kecil, Hauri tidak papa," ujar Jericho tersenyum menatap Exel. “Panik sekali…” “Tentu saja! Dia itu teman sekaligus pacarnya Exel, Paman!” protes Exel yang membuat Jericho terkikik geli. Tapi lain dengan Evan, laki-laki itu mendengus pelan, dia beranjak dari duduknya. "Mungkin aku akan bertanya pada Hauri," ujar Evan. "Exel ikut, Pa!" "Tidak usah, di rumah saja dengan Paman Jericho," jawab Evan. "Ihh Papa, Hauri itu temannya Exel. Sekarang Exel sangat khawatir dan—""Diam di rumah atau Papa akan kembali memarahi Hauri seperti dulu!" seru Evan pada putranya itu. Barulah Exel terdiam, dia sangat kesal dengan Papanya. Mau tidak mau, anak itu
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 348. Si Kecil Kabur!

"Ma, bagaimana temanku? Hauri tidak papa, kan?" Exel mengekori Elizabeth yang baru saja masuk ke dalam rumah. Wanita itu tersenyum tipis menatap ekspresi Exel yang begitu sedih dan cemas. Elizabeth menekuk kedua lututnya di hadapan sang putra dan ia mengusap lembut pipi Exel. "Hauri tidak papa, Sayang. Jangan khawatir," jawab Elizabeth. "Dia menangis tidak, Ma?" tanya anak itu lagi. "Menangis. Karena Hauri sudah menunggu lama, terus Exel tidak kunjung datang," ujar Elizabeth menjelaskan. "Heemmm ... tahu begitu aku tadi tidak ikut ke rumah Oma. Kasihan Hauri, pasti sedih..." Exel mencebikkan bibirnya dan anak itu begitu sedih. Elizabeth terus memperhatikan putra kecilnya, sebelum wanita itu teringat kalau Hauri menitipkan sesuatu padanya untuk diberikan pada Exel. "Oh ya Sayang, ini ... Hauri menitipkan ini pada Mama untuk diberikan pada Exel." Elizabeth menyerahkan sebuah kertas berwarna merah muda. "Hemm?" Exel menerima surat itu. "Sudah, jangan menangis lagi. Mama ke kam
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 349. Exel, Berjanjilah Pada Hauri

Elizabeth baru saja menata hidangan untuk makan malam, wanita itu kini berjalan ke lantai dua bersiap membangunkan anak-anaknya. "Sayang, ayo bangun, Nak ... Mama siapkan air hangat untuk man—"Ucapan Elizabeth terhenti saat ia membuka pintu kamar Pauline dan anaknya tidak ada. "Loh, bukannya tadi Pauline masih tidur?" gumam lirih Elizabeth. Segera wanita itu bergegas menuju kamar Exel, dan Elizabeth membuka pintu kamar putranya, namun Exel juga tidak ada. "Ke mana mereka?!" Elizabeth buru-buru kembali turun ke lantai satu. Wanita itu berlari kecil menuruni anak tangga dan mencari anaknya di lantai satu. Elizabeth melangkah cepat ke arah ruangan kerja suaminya, siapa tahu putra dan putrinya ada di sana bersama Evan. "Sayang...!" Elizabeth membuka pintu dengan kedua matanya melebar tiba-tiba. Anaknya tidak ada!"Ada apa, Eli?" tanya Evan beranjak dari duduknya. "Anak-anak di mana?" tanya Elizabeth dengan wajah paniknya. "Loh, bukannya tadi denganmu? Aku sejak tadi di sini," j
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 350. Mama Clarisa, Kenapa Sekarang Menjadi Begini?

Clarisa yang tak sengaja berjalan hendak menunju rumah Evan, namun wanita itu justru melihat Exel berada di taman saat ini. Seperti kesempatan emas baginya yang berniat mengajak Exel untuk ikut pergi bersamanya. Namun, rasa marah merasukinya saat dia melihat ada dua anak perempuan bersama Exel saat ini. Bahkan, Clarisa kini seperti tak lagi mengenali Pauline. Karena di dalam otaknya hanya ada Exel!"Exel ... anakku," lirihnya. Senyuman terukir di bibir Clarisa. "Aku tidak perlu datang dan menunggu lagi di depan gerbang rumah laki-laki sialan itu! Anakku sudah menungguku di sana!" Saking senangnya, Clarisa sampai lompat-lompat kesenangan di tepi jalan dan wanita itu menepuk-nepuk pipinya tertawa-tawa senang. Namun, saat Clarisa hendak mendekat, wanita itu wajahnya menjadi sangat marah dalam hitungan detik. Dia melihat Exel memeluk Pauline dan menggendongnya. Lalu berlari-lari bersama teman perempuannya hingga Exel tak jatuh di tengah salju karena tak sengaja Hauri mendorongnya.
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
1
...
3334353637
...
47
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status