Semua Bab Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Bab 321 - Bab 330

343 Bab

Bab 321. Kali ini, Apa Lagi Rencanamu?

Di tempat lain, Tania kini tengah pusing bukan kepalang. Wanita itu tidak tahu bagaimana lagi sekarang ia harus berbuat apa. Tania hanya berhasil membawa mobil milik Kian, dan dua hari yang lalu, Tania juga menjauh butik yang berdiri atas nama miliknya tersebut. Wanita itu kini mondar-mandir di dalam apartemen miliknya sembari berusaha menghubungi seseorang. "Halo, kau di mana sekarang? Aku ingin bertemu sekarang juga!" seru Tania pada seseorang di balik panggilan tersebut. "Apa lagi? Ayolah ... aku sedang sibuk bekerja sekarang!" Suara laki-laki terdengar di balik panggilan itu. "Jangan konyol, Jeff! Ini penting!" pekik Tania marah. Dengusan kesal terdengar di balik panggilan itu. "Baiklah, aku tunggu kau di cafe di dekat perbatasan satu jam lagi!" "Okay, aku ke sana sekarang juga!" ucap Tania membalas. Wanita itu merapikan semua pakaiannya dan memasukkan ke dalam koper. Tania benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan di sana sendirian. Belum la
Baca selengkapnya

Bab 322. Ke Mana Anakku Exel?!

"Mama, hari ini Exel ada acara akhir tahun di sekolah. Tidak usah ditunggu, Exel dengan teman-teman juga..." Bocah laki-laki itu nampak memakai tas punggungnya, dan berjalan mendekati sang Mama yang tengah berada di dapur bersama Oma dan Adiknya. Elizabeth menoleh dan tersenyum tipis. "Kenapa tidak mau ditunggu? Exel tidak akan main jauh-jauh, kan?" tanya Elizabeth. "Tidak Ma. Acaranya sangat lama, kan Paman James juga sibuk," jawab anak itu. "Exel dan teman-teman hanya mendekorasi kelas saja, kita juga punya kejutan untuk Mrs. Gracia, Ma," ujar anak itu bersemangat. Melihat betapa antusiasnya sang putra, mau tidak mau Elizabeth pun setuju dengan permintaan Exel. "Baiklah, tapi janji ya, kalau sudah jamnya pulang, Exel telfon Paman James," ujar Elizabeth. "Iya Ma, siap." Exel mendekati Mamanya, anak itu tiba-tiba saja memeluk Elizabeth dengan erat. Entah kenapa, biasanya dia tidak pernah memeluknya begini, padahal hanya akan berangkat ke sekolah saja. Elizabe
Baca selengkapnya

Bab 323. Exel Diculik!

"Exel tidak ada di sekolahnya! Sekolah sudah bubar sejak pukul sebelas siang tadi! Sekarang tidak ada yang tahu ke mana dia pergi!" Seruan itu terucap dari bibir Evan yang kini panik, laki-laki itu ditemani oleh Papanya, dia menghubungi satu persatu teman Exel. Namun tak satupun dari mereka tahu di mana keberadaan Exel. Sementara Jericho sudah pergi dengan tugas yang Evan berikan, dia melacak keberadaan ponsel Exel saat ini. Dan Elizabeth menangis bersama dengan Melodi. Wanita itu mengusap wajahnya dan merasa hancur. 'Firasatku tidak salah, tapi kenapa harus anakku? Di mana dia sekarang? Exel-ku ada di mana?' Elizabeth menangis menutup wajahnya. "Bagaimana Evan?" tanya Arshen menatap Evan yang mencoba menghubungi satu teman Exel lagi. "Tidak ada Pa, mereka tidak tahu ke mana Exel pergi," ujar Evan dengan wajah paniknya. Evan terdiam menatap ke arah luar, pikirannya langsung tertuju pada satu orang yang rasanya kini ingin Evan habisi saat ini juga!Saat itu juga, Evan langsung m
Baca selengkapnya

Bab 324. Seribu Rasa Sedih Menjadi Satu

Mobil hitam milik Evan membelah jalanan malam yang sepi di musim dingin. Sepanjang jalan yang sepi membuat mobil itu melaju dengan kecepatan penuh. Bersama dengan Jasper yang mengemudi mobil itu, Evan nampak begitu cemas. Ia berharap Jericho benar-benar menemukan keberadaan Exel di tempat alamat ponsel yang berhasil dilacak oleh Jericho. "Itu mobil Jericho ada di depan, Tuan," ujar Jasper. "Apa yang dia lakukan di sini? Bukannya dia menunggu kita di lokasi?" tanya Evan bingung. "Entahlah, Tuan. Mari kita turun," ajaknya. Seketika, Evan dan Jasper pun langsung turun dari dalam mobilnya saat mereka berdua melihat mobil milik Jericho yang berhenti di tepian jalan. Nampak Jericho berdiri di depan mobilnya dan menatap Evan yang berlari ke arahnya. "Jer, kenapa kau malah berhenti di sini? Tempat apa ini?!" seru Evan menatap beberapa pohon-pohon tinggi di tepian jalan yang ditutupi oleh salju yang tipis. Jalanan itu menuju ke arah kota sebelah dengan jalur cepatnya. "Tuan, alamat po
Baca selengkapnya

Bab 325. Sampai Kapanpun, Mamaku Tetap Mama Elizabeth!

Udara yang sangat hangat menyelimuti Exel. Anak laki-laki berusia sembilan tahun itu tidur meringkuk memeluk boneka beruang yang terasa lembut dan hangat bulu boneka tersebut. Namun, aroma wangi kamar itu membuat Exel terbangun ketika dia sadar, itu bukan aroma kamarnya. Exel membuka kedua matanya lebar dan mengedar. Dia terduduk dengan napas naik turun mengingat siang tadi seseorang menyeretnya dengan paksa ke dalam mobil dan membawanya entah ke mana. "Mama, Papa..." Exel langsung menyibak selimutnya cepat. Anak laki-laki itu berlari ke arah jendela kamar, Exel membuka gorden dan anak itu nampak kebingungan.Pemandangan kota yang sangat ramai diselimuti salju dan meriahnya perayaan menjalang natal. "Ini di mana?" lirih Exel takut, tubuhnya seketika gemetar hebat dan berkaca-kaca seketika. "Ini bukan di Berlin..." Exel yang tengah menatap ke arah jendela, anak itu tersentak saat tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Sontak, Exel menoleh ke belakang. Dia terkejut melihat Tania yang
Baca selengkapnya

Bab 326. Ma, Pa, Exel Kangen

Sudah beberapa hari lamanya tidak ada kabar apapun tentang Exel yang kini keberadaannya entah di mana. Elizabeth pun stress dan wanita itu hanya bisa diam melamun setiap hari memikirkan anaknya. Seperti pagi ini, Elizabeth bangun pagi-pagi sekali, dia hanya diam duduk di dalam kamar Exel yang sejak awal sudah dihias oleh gambar-gambaran dinding yang anak itu inginkan. Elizabeth terenyuh mengusap bantal yang terletak tapi di atas ranjang. "Exel ... apa sekarang kau sudah bangun, Nak? Bagaimana keadaan Exel sekarang? Apakah Exel kedinginan atau bagaimana?" lirih Elizabeth menundukkan kepalanya. Wanita itu terdiam sejenak. "Mama Elizabeth-mu ini memang bukan seorang Mama yang baik untuk Exel. Mama tidak bisa menjagamu," ucap Elizabeth berputus asa menyalahkan dirinya sendiri. Pintu kamar itu terbuka, muncul Evan yang kini berdiri di ambang pintu menatapnya. Elizabeth dengan cepat mengusap air matanya. Wanita itu terdiam saat Evan mendekat dan duduk di sampingnya, Evan menatap lekat
Baca selengkapnya

Bab 327. Rindu ini Pasti Akan Terobati

"Ma, Pa, Kakak ke mana? Kenapa tidak pulang-pulang? Pauline kangen sama Kakak Exel, Ma..." Pauline merengek dalam pangkuan Elizabeth saat ini, anak empat tahun itu menyandarkan kepalanya di dada sang Mama. Sejak kemarin-kemarin, Pauline terus mencari-cari sang Kakak dan dia juga merasa kesepian karena tidak punya teman bermain lagi. "Kakak masih pergi, Sayang. Nanti kalau Kakak sudah pulang, kita main sama Kakak lagi ya, Nak," jawab Elizabeth berusaha tersenyum. Pauline mengangguk lemah. Anak perempuan itu kembali memeluk Mamanya dengan wajah sedih.Elizabeth menoleh ke arah ruangan samping di mana nampak Evan dan Arshen berbincang dengan beberapa orang yang bertugas mencari Exel hingga kini jatuh sampai berhari-hari lamanya. Bahkan Evan baru saja pulang dua jam yang lalu mencari keberadaan Tania, dia mencari ke seluruh tempat, hingga Evan mendesak Kian dan semua orang-orang yang dikenali Tania. Namun semua itu, hasilnya pun nihil. Tak ada yang tahu di mana Tania berada, jelasnya
Baca selengkapnya

Bab 328. Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya

Malam ini, Exel tidur ditemani Tania. Anak laki-laki itu sudah menolaknya, namun Tania tetap kukuh berkata ingin menjaganya. Bahkan Tania tidak memberikan ruang bagi Exel untuk bermain sendirian, hingga anak itu tidak punya kesempatan bebas. Tania kini menyelimuti Exel dengan hangat, berbaring di sampingnya dan bercerita tentang hal-hal yang menyenangkan. "Dulu, saat Exel masih bayi, Papa membelikan kalung untuk kita berdua. Exel tahu, kan?" tanya Tania pada Exel. "Tahu," jawab Exel singkat dan malas. "Tapi saat itu Mama harus pergi karena Mama ingin melanjutkan belajar, dan—""Tidak usah bercerita. Aku sudah tahu semuanya." Exel membalikkan badannya menatap Tania. "Terima kasih sudah pergi, karena dengan Tante Jahat pergi, aku bisa mengenal Mama Elizabeth yang mau merawatku sejak aku masih bayi, mau menemaniku bermain, dan mau menjadi Mama yang baik untukku!" Exel menarik napasnya panjang dan cepat sebelum anak itu kembali memunggungi Tania dan menutup sekujur tubuhnya dengan se
Baca selengkapnya

Bab 329. Telepon dari Exel

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Exel sudah bangun dari tidurnya yang lelap. Hari ini adalah tepat datangnya perayaan hari natal.Anak laki-laki itu perlahan melepaskan tangan Tania yang memeluknya. Ia menoleh ke belakang pada Tania yang memeluknya. Exel terdiam menatap wanita itu dengan lekat. Setiap hari, Tania sabar menjaga Exel sekalipun Exel kadang marah-marah, menuruti apapun yang Exel mau, dan dia selalu memeluk Exel setiap Exel tertidur. "Eumm ... Mama," lirih Exel sedih mengucapkan kata itu, nadanya pun sedikit ragu. Ia ingin menyentuh wajah Tania dengan jemarinya, namun Exel menarik kembali tangannya. 'Mamaku hanya Mama Elizabeth,' batin Exel menguatkan dirinya. Anak itu bergegas menyibakkan selimutnya dan turun dari atas ranjang. Exel berjalan membuka pintu balkon kamar itu dan berjalan keluar melihat seisi kota yang sangat meriah pagi ini. "Wahhh ... ramainya," lirih Exel berbinar-binar. "Bagus sekali..." Exel berdiri memperhatikan sekitar, banyak sekali anak-anak
Baca selengkapnya

Bab 330. Kami Akan Menjemputmu, Exel

Pagi di hari natal tahun ini, tidak seperti tahun natal kemarin-kemarin. Semua terasa hampa bagi Evan dan Elizabeth. Apalagi Elizabeth yang sekarang berdiam diri merenung sedih memikirkan putranya yang hilang. Bahkan semua orang di rumah itu, tidak ada yang menunjukkan ekspresi bahagianya. "Ini sudah minggu kedua, ke mana kau, Nak?" Arshen berdiri di depan jendela menatap ke arah luar. "Exel, Cucuku..." Evan yang duduk di sofa, dia merangkul istrinya yang memeluk boneka koala milik Exel. Elizabeth benar-benar stress memikirkan putranya dan ia selalu menghabiskan hari-harinya dengan menangis dan melamun. Namun, wanita itu juga masih mengurus Pauline dengan baik. "Apa tidak ada kabar dari luar kota?" tanya Melodi pada Evan. "Tidak ada, Ma. Setelah natal, aku akan mencoba melakukan penelusuran lagi di Munich," ujar Evan dengan wajah lelah. "Mendengar dari salah satu mantan karyawan di butik Tania, wanita itu bilang Tania sering berhubungan dengan seseorang yang tinggal di Munich."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status