Home / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Chapter 311 - Chapter 320

343 Chapters

Bab 311. Kau Jual, Aku Beli!

"Sayang, hari ini butik buka untuk pertama kalinya setelah libur. Anak-anak juga tidak bersekolah. Jadi, nanti saat kau kembali dari kantor, langsung ke butik saja, ya..."Elizabeth menoleh pada suaminya yang duduk di sampingnya di dalam mobil."Heem. Mungkin aku akan menjemput kalian sore, karena aku ada pertemuan dengan beberapa orang hari ini, Sayang," jawab Evan. "Baiklah. Tidak papa," balas Elizabeth tersenyum. Pagi ini, Elizabeth dan Evan berangkat bersama. Evan harus mengantarkan istrinya ke butik sebelum ia pergi ke kantor. Begitu mereka tiba di depan butik, tempat itu sangat ramai dan sudah didatangi oleh banyak pengunjung. "Astaga, padahal ini masih pagi, tapi mereka antusias sekali," ucap Elizabeth menatap ke arah butiknya. Evan pun tersenyum, ia mengusap pucuk kepala Elizabeth. "Kerja bagus, Sayang!" Elizabeth membalas senyuman manis di bibir suaminya. "Kalau begitu aku dan anak-anak masuk dulu, sampai berjumpa nanti sore, Sayang..." "Papa hati-hati, ya," ucap Exel
Read more

Bab 312. Kejutan untuk Para Pecundang!

Evan datang acara pertemuan penting yang diadakan di sebuah gedung besar, perusahaan milik rekannya, Fredrik. Pertemuannya siang ini mencakup banyak pimpinan-pimpinan dari petinggi beberapa perusahaan besar. Termasuk, ada Kian di sana yang tengah bersama dengan beberapa rekannya. "Tuan Evander," sapa Fredrik, dia mendekati Evan yang baru saja datang, dan menjabat tangan rekannya tersebut. "Musuh terbesarmu sudah datang sejak tadi," ujar Fredrik terkekeh. Evan menoleh pada Kian yang kini tengah berbincang dengan banyak orang, dan seperti biasa, dia masih saja berlagak sombong. Saat Evan menatapnya, tanpa sengaja Kian juga menatapnya dan laki-laki itu mengangkat tangan kanannya menyapa Evan. Namun Evan hanya tersenyum tipis dan mengangguk sekali."Kau siap mempermalukannya, Bung!" Fredrik merangkul pundak Evan. "Tidak Fred, dia yang akan malu sendiri," jawab Evan. Di sana, acara pun dimulai. Dan meeting itu dilaksanakan rutin setiap tahunnya. Tampilan-tampilan grafik kenaikan kua
Read more

Bab 313. Berdamai Dengan Evander? Apa Kau Mimpi?!

"Sayang, akhir tahun ini bagaimana kalau kita mengadakan acara makan-makan di rumah? Nanti kita udang Mama dan Papa, juga nanti Nenek dan Bibi aku ajak ke sini, boleh kan?" Elizabeth mendekati Evan yang tengah duduk di sebuah sofa di rumah keluarga. Laki-laki tampan itu hanya mengangguk tanpa memperhatikan Elizabeth, dia masih fokus pada layar laptopnya. "Sayang, kau tidak memperhatikan aku?" Elizabeth menatapnya dari dekat. "Aku sudah mendengarmu, Sayang," jawab Evan santai. Elizabeth mendengus pelan, dia kembali duduk bersandar dan mengabaikan Evan. Elizabeth beralih menatap televisi yang menyala dan anak-anak yang asik bermain di depannya. Merasa istrinya diam, Evan pun menatapnya dan laki-laki tersenyum. Dia meraih satu tangan Elizabeth dan menggenggamnya. "Kau marah, Eli?" tanya Evan terkekeh."Pikir saja sendiri. Kau memang tidak jera aku tinggal pergi!" jawab Elizabeth dengan wajah kesal. Hal itu membuat Evan tertawa. Tak bisa Evan melihat istrinya merajuk, laki-laki itu
Read more

Bab 314. Kau Tidak Akan Bisa Mempermainkan Aku!

Pagi ini Evan berada di kantornya, seperti yang Jericho katakan kalau Tania akan menemuinya pagi ini. Evan tidak bodoh dengan membiarkan wanita itu berlalu lalang bebas dalam kehidupannya. Ia yakin ada maksud di balik semua yang Tania lakukan. "Tuan, Nyonya Tania sudah datang," ujar Jericho mengetuk pintu ruangan Evan. "Katakan padanya untuk menungguku," ujar Evan. "Baik Tuan." Jericho keluar lebih dulu, sedangkan Evan masih duduk diam di kursi kerjanya. Laki-laki itu mengingat apa yang Joshua ucapkan pagi tadi saat asisten Kian itu menghubunginya. Dia mengatakan Tania dan Kian ribut besar, Tania menyerahkan kartu kredit milik Kian, dan wanita itu pasti mencari cara untuk mendapatkan uang saat ini.Evan terkekeh pelan dan ia beranjak dari duduknya saat itu juga. "Mari kita lihat, drama apa lagi yang akan wanita itu tunjukkan!" desis Evan lirih. Laki-laki dengan balutan tuxedo hitam berwarna navy itu pun keluar dari dalam ruangannya dan berjalan menuju lift. Sesampainya di la
Read more

Bab 315. Jangan Meremehkan Elizabeth

Sore ini, setelah pulang dari butik, Elizabeth mengajak kedua anaknya untuk berbelanja di sebuah supermarket. Pauline dan Exel memilih beberapa makanan favorit mereka, dan Elizabeth membawa kereta belanjaan di belakang kedua anaknya. "Mama sudah menghubungi Oma dan Opa?" tanya Exel mendongak menatap sang Mama. "Belum Sayang, kita tunggu beberapa hari lagi. Opa masih sibuk di kantor, kita hubungi Opa di dekat-dekat saat hari libur saja," ujar Elizabeth pada anaknya tersebut. "Heem, baiklah." Exel tersenyum, anak itu sangat senang mendengar Mama dan Papanya akan mengundang Oma dan Opa untuk datang merayakan acara tahun baru di rumahnya. Pauline yang berjalan paling depan, anak perempuan kecil itu tiba-tiba berputar balik dan berlari ke arah Elizabeth. "Hemm? Kenapa?" tanya Exel menatap sang adik. "Kenapa, Sayang?" tanya Elizabeth membungkukkan badannya mengusap pucuk kepala Pauline. "Itu Ma, ada dia..." Pauline menunjuk ke arah lorong sebelah. Elizabeth dan Exel berjalan perlah
Read more

Bab 316. Perangkap Evan yang Mematikan

Keesokan harinya, Elizabeth nampak sibuk di rumah. Wanita itu menata ruangan dan menghias beberapa ruangan di rumahnya. Ditemani oleh dua buah hatinya, mereka tidak pergi ke mana-mana hari ini, karena di luar sangat dingin dan salju tipis-tipis mulai turun. "Ma, Papa di mana?" tanya Exel berlari dari arah ruang tamu. "Ada, Papa ada di ruang kerjanya, Sayang," jawab Elizabeth menatap sang putra. "Ada apa?" "Itu ... di luar ada yang mencari Papa," jawab Exel. Elizabeth hendak berjalan ke depan, namun pintu rumahnya terbuka dan muncul Jericho bersama dua orang berbadan tinggi besar dan berpakaian hangat berwarna gelap, mereka memiliki wajah menyeramkan hingga Exel dan Pauline nampak menciut menatap dua orang itu. "Tuan di mana, Nyonya?" tanya Jericho. "Ada di ruang kerjanya," cicit Elizabeth menatap mereka ngeri. Dua orang itu menundukkan kepalanya memberi hormat pada Elizabeth. "Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka."I-iya, selamat pagi." Elizabeth membalasnya dengan sopan. Mere
Read more

Bab 317. Evan Mempermainkan Kedua Pecundang itu!

Tania panik luar biasa saat dirinya dicari-cari oleh polisi. Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah saat ia mendengar berita kalau Kian kini tengah berada di kantor polisi. Tania kesal bukan main, wanita itu menduga-duga kalau Kian pasti membawa-bawa atau ikut menyeretnya dalam masalah ini. Kini, Tania tengah berada di kantor polisi usai ia didatangi oleh dua polisi untuk ikut bersamanya. "Saya tidak tahu apapun, Pak ... astaga! Kenapa saya ikut dibawa-bawa?!" pekik Tania saat polisi membawanya ke belakang. "Tenang Nyonya, nanti saja Nyonya bisa jelaskan," jawab salah satu polisi itu. "Iya. Tapi saya—"Ucapan Tania terhenti saat sebuah pintu terbuka, dan Tania melihat ada Kian di dalam sana dengan tangan diborgol dan laki-laki tua menyedihkan itu menoleh ke arahnya. "Kau..." Tania meradang menatap Kian. Wanita itu berjalan dengan cepat mendekati Kian dan menatap dengan tatapan tajam penuh amarah. "Apa maksud semua ini, hah?! Kau melakukan kesalahan dan kenapa kau memba
Read more

Bab 318. Kedatangan Mama dan Papa Mertua

"Ma, hari ini kan hari libur, kenapa Papa pergi dari pagi belum kembali?" Exel bertanya pada sang Mama, anak laki-laki itu berdiri di ambang pintu dan menanti-nanti. Sedangkan Elizabeth, wanita itu duduk di sofa ruang tamu menatap Exel dan tersenyum manis pada sang putra. "Papa sedang ada urusan, Sayang. Sebentar lagi Papa juga akan pulang," jawab Elizabeth. "Heemm, begitu ya?" Exel cemberut. "Exel padahal mau jalan-jalan sama Mama dan Papa, Adik Pauline sepertinya juga ingin jalan-jalan, iya kan, Adik Pauline?" Exel menatap sang adik yang asik sendiri. Pauline menoleh dan menggeleng. "Dingin," jawab anak itu. Elizabeth tertawa pelan, rupanya Exel ingin ingin mencari teman untuk merayu Mamanya. Hingga akhirnya, pintu gerbang tinggi di depan terbuka, sebuah mobil hitam milik Evan masuk ke dalam pekarangan rumah. "Papa!" pekik Exel bersemangat. "Papaku...!" Pauline berlari ke teras depan. Evan tersenyum begitu ia disambut dengan sangat hangat oleh anak-anaknya. Laki-laki itu
Read more

Bab 319. Menantu Kesayangan Keluarga Collin

Kedatangan Arshen dan Melodi membuat Elizabeth merasa senang. Mama dan Papa mertuanya itu membawakan banyak oleh-oleh untuk Cucu mereka. Di ruang keluarga, Pauline dan Exel bermanja-manja pada Oma dan Opanya. Mereka juga memeluk kedua anak itu dengan penuh kerinduan. "Oma kangen tidak, dengan Pauline?" tanya Pauline duduk dipangkuan Melodi sambil memeluk boneka beruang yang Melodi belikan. "Tentu saja, Sayang ... Oma kangen sekali dengan Pauline dan Exel," jawab Melodi berkaca-kaca mengusap pipi Pauline. Wanita tua itu menoleh pada Elizabeth dan Evan yang tersenyum memperhatikannya. "Evan, sepertinya Pauline tidak akan mirip denganmu, Pauline sangat mirip dengan Elizabeth," ujar Melodi, ia tersenyum mengecupi pipi Pauline. "Tidak papa Oma, Exel mirip sekali sama Papa," sahut Exel dengan bangga. "Tentu saja, malah Exel jauh lebih tampan!" seru Arshen memeluk erat cucu laki-lakinya itu. Evan terkekeh gemas, laki-laki itu merangkul pundak sang istri dan mengecup pipi Elizabeth de
Read more

Bab 320. Seribu Kasih dan Sayang yang Elizabeth Berikan

Setelah acara minum teh sore tadi, malamnya Elizabeth mengajak mertua, Nenek dan Bibinya untuk makan malam bersama di rumahnya. Dan sekarang, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, Elizabeth nampak tengah membujuk Pauline yang tidak mau tidur sendirian. "Pauline mau tidur sama Oma dan Opa, Ma," protes Pauline memeluk Elizabeth."Besok saja, Sayang. Gantian, sekarang Oma kan tidur dengan Kakak Exel. Nanti kalau kalian tidur ramai-ramai yang lain akan jatuh, Pauline kan tidurnya nakal," ujar Elizabeth mengusap punggung kecil Pauline. "Pauline tidur sama Mama dan Papa saja, bagaimana?" Awalnya anak itu menolak, namun mau tidak mau akhirnya Pauline pun ikut dengan apa yang Elizabeth katakan. Pauline menyandarkan kepalanya di pundak sang Mama dan diam memejamkan kedua mata indahnya dengan pelan. "Loh, kok gendong? Kenapa?" Suara Evan membuat Elizabeth menoleh ke belakang. "Pauline marah, dia ingin tidur dengan Mama dan Papa, tapi kan Exel sekarang bersama mereka," jawab Elizabet
Read more
PREV
1
...
303132333435
DMCA.com Protection Status