Home / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 344. Sahabat Perempuan Exel

Share

Bab 344. Sahabat Perempuan Exel

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-11-25 16:41:26

"Sayang, jangan bermain di luar ya ... kalian di rumah saja, karena Paman James sedang pergi dengan Papa, kalian mengerti?"

Elizabeth menatap dua buah hatinya yang kini tengah berada di ruang tamu.

"Iya Mama, kita mengerti. Tapi nanti kalau Papa pulang, langsung main ke rumah Oma dan Opa ya, Ma," pinta Exel menatap sang Mama.

"Tentu saja. Mama sekarang mau ke belakang dulu," ujar Elizabeth pada mereka berdua.

Elizabeth berjalan ke belakang, meninggalkan dua anaknya di ruang tamu.

Sementara Exel, anak laki-laki itu berdiri di dekat jendela kaca rumahnya dan menatap ke arah luar.

"Kakak pasti ingin main ke luar, ya?" tanya Pauline mendekati sang Kakak.

"Bukan begitu, Pauline...."

"Terus?" Pauline mengerjapkan kedua matanya dan berdiri memegangi bagian belakang sweater yang Exel pakai.

Exel masih diam menatap ke arah luar, di mana hujan salju masih turun di sana.

Pauline bingung apa yang ditatap oleh Kakaknya, bahkan sejak kemarin Exel selalu menatap ke arah luar dengan pandanga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 345. Hadiah dari Exel, untuk Hauri

    "Papa, ayo antarkan Exel membeli sesuatu untuk Hauri! Exel mau memberikan dia hadiah yang paling indah!" Suara Exel membujuk rayu Papanya terdengar hingga di ruang makan belakang. Elizabeth yang mendengarnya pun tersenyum, ternyata benar apa yang Evan katakan kalau setelah bertemu Hauri, pasti ada saja yang Exel minta. "Papa, dengar tidak Exel minta apa? Boleh tidak? Kalau tidak boleh Exel bisa nekat tahu!" seru anak itu berdiri dengan raut wajah sedih. "Nekat bagaimana, Tuan Kecil?" tanya Jericho menggodanya. "Jangan bilang mau kabur?" "Exel kan sudah tahu jalan-jalan di Paris. Biar saja, kalau tidak boleh Exel mau pergi sendiri!" protes anak laki-laki itu. "Mau pergi ke mana memangnya, Sayang?" Suara Elizabeth membuat anak itu menoleh dan Exel langsung berbinar-binar saat Mamanya muncul. Exel membawa sebuah kotak kecil pemberian Hauri dan menunjukkan pada Mamanya. "Mama lihat ini, Hauri memberikan hadiah buat Exel. Lihat ini, Ma ... gelang jam berwarna biru tua, bagus sekal

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 1. Kembalinya Mantan Istri Suamiku

    "Tinggalkan Evan! Karena sebentar lagi dia akan rujuk dengan mantan istrinya!" Tubuh Elizabeth tersentak kaget, kedua matanya melebar tak percaya mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh ibu mertuanya. Elizabeth Lawrence, wanita berusia dua puluh tiga tahun itu meremas gaun pesta berwarna biru yang dia pakai. "A-apa maksud Mama mengatakan hal itu?" tanya Elizabeth dengan suara tercekat. "Apa kau tidak sadar? Sejak awal menikah hingga detik ini, Evan tidak pernah mencintaimu!” kata wanita paruh baya yang berpakaian glamor itu. “Karena cinta sejati Evan hanya Clarisa!” Elizabeth terdiam dengan perasaan campur aduk. Ia ingin menyanggah, tapi lidahnya terasa kelu sebab ia tahu ibu mertuanya benar. Suaminya tidak pernah mencintainya. "Kau lihat di sana!” ujar Melodi—ibu mertuanya—ke arah sepasang manusia yang tengah bercengkerama akrab di tengah pesta. “Bukankah mereka tampak sangat serasi? Apa Evan pernah sehangat itu denganmu?” Elizabeth menelan ludah. Kata-kata itu menohok

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 2. Dia Berusaha Mengambil Suamiku

    Keesokan paginya... "Pakaikan baju baru untuk Exel, aku dan Clarisa akan mengajaknya pergi." Suara bariton berat dari Evander terdengar tegas pada Elizabeth yang tengah mendandani Exel pagi ini. Setelah semalaman tidak tidur di rumah, sekalinya pulang Evander kembali bersama Clarisa yang kini tengah menunggu di lantai satu. "Iya. Apa kau akan pulang di sore hari?" tanya Elizabeth sang suami. Sambil memakai tuxedo hitamnya, Evan menjawab, "Ya, agar Clarisa bisa puas bermain dengan Exel seharian." Elizabeth terdiam sejenak, merasa kini hari-harinya menjadi sangat menekan. Selain berkurangnya waktu bersama sang suami, Elizabeth mungkin akan sering kesepian karena Exel juga akan sering menghabiskan waktu dengan Clarisa. "Ma... ini Exel mau ke mana? Kok pakai baju baru?" Mungil suara Exel membuat Elizabeth tersenyum lembut, apalagi anak laki-lakinya itu cemberut menatapnya. "Exel hari ini ikut dengan Papa ya, Sayang. Ingat... tidak boleh nakal, tidak boleh nangis, dan tidak boleh

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 3. Kebersamaan Mereka yang Menyakitiku

    Pasca pingsan beberapa hari yang lalu, keadaan Elizabeth tidak kunjung membaik. Dia merasa tubuhnya semakin lemah, membuatnya bertanya-tanya apa yang terjadi karena tidak biasanya ia seperti ini. Dengan wajah yang tampak pucat, Elizabeth menopang tubuhnya dengan tangan yang bertumpu pada wastafel karena ingin muntah beberapa menit yang lalu. Namun, tidak ada yang keluar dari mulutnya. Setelah mencuci wajahnya dengan air dingin, gadis itu keluar dari kamar mandi dan mendapati suaminya yang sudah tampak rapi. Elizabeth mendekati Evan yang tengah berdiri bercermin sembari memasang arlojinya. "Evan, apa hari ini kau ada waktu luang?" tanya Elizabeth mendongak menatapnya. "Tidak, hari ini jadwalku sangat padat," jawab Evan dingin seperti biasa. Elizabeth meraih tuxedo hitam milik Evan di tepian ranjang dan menyerahkannya dengan sangat perhatian. "Tadinya aku ingin meminta waktumu sebentar saja untuk menemaniku—" Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, terdengar dengusan pelan dar

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 4. Aku Istrimu, Namun Bukan Prioritasmu

    Sesampainya di rumah, Elizabeth berdiam diri di dalam ruangan pribadinya. Berjam-jam dia tenggelam dalam kesedihan yang menyesakkan. "Ternyata kehadiranku sama sekali tak berarti untuk suamiku. Apa ini yang disebut cinta lama adalah pemenang yang sesungguhnya?" ucap Elizabeth lirih dan sedih. Air mata Elizabeth menetes, namun ia menyekanya cepat. Situasi menyedihkan ini membuat Elizabeth merindukan sosok Nenek dan Bibi yang merawatnya, dan mereka kini jauh berada di Vienna. Tak lama setelah itu terdengar suara klakson mobil yang cukup keras. "Dia sudah pulang." Elizabeth membuka gorden dan mengintip ke bawah sana. Rupanya benar, itu suara dari mobil Evan. Dengan perlahan-lahan, Elizabeth beranjak berdiri meninggalkan ruangan itu dan bergegas menemui sang suami di kamarnya. Elizabeth menarik gagang pintu kamar dan melangkah ke dalam, ia melihat Evan yang tengah melepaskan tuxedo hitamnya. "Kau sudah pulang? Tumben sekali sampai larut malam…" kata Elizabeth sambil berjalan ke ar

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 5. Mereka Merenggut Kebahagiaanku

    Hari berganti, tapi kondisi Elizabeth masih belum kunjung membaik. Wanita itu baru saja terbangun dari tidurnya dengan keadaan panik. Elizabeth ketiduran selama dua jam setelah meminum obat, sampai ia lupa menjemput Exel di sekolah. "Ya Tuhan, sudah pukul berapa ini?!" Elizabeth menatap jam dinding di kamarnya. "Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Exel pasti menangis menungguku!" Buru-buru Elizabeth keluar dari dalam kamar. Meskipun tubuhnya terasa lemas dan tidak bertenaga, tapi ia tetap memaksakan diri. Langkahnya yang berat dipaksa menuruni anak tangga. Namun, saat Elizabeth belum menapaki lantai satu, pintu rumahnya pun terbuka lebar. Terdengar suara tangisan Exel yang membuat Elizabeth panik seketika. "Elizabeth!" teriakan seorang wanita memanggilnya dengan keras. "Mama..." Elizabeth menatap Mama mertuanya yang datang bersama Clarisa. Wanita itu kini tengah menggendong Exel yang memberontak dalam pelukannya. Sejenak Elizabeth terdiam. Bukankah kemarin Evan berkata kalau

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 6. Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini

    “Apakah Nyonya sudah yakin?” Elizabeth mengangguk pasti. "Aku tidak akan menyesali keputusanku," katanya serius. Wanita itu duduk di teras belakang rumahnya bersama seorang laki-laki tua berambut putih yang meletakkan sebuah berkas. Pengacara Clinton, orang kepercayaan Elizabeth yang dua hari lalu ia hubungi untuk meminta bantuan mengurus berkas penting. "Baiklah, saya harap Nyonya baik-baik saja." Anggukan pelan Elizabeth berikan. "Ya, aku pun berharap seperti itu. Terima kasih sudah membantuku, pengacara Clinton." "Sama-sama Nyonya. Kalau begitu saya permisi." Laki-laki berbalut tuxedo abu-abu itu berdiri dari duduknya, meraih tas kulit yang kini dia bawa pergi. Sedangkan Elizabeth masih duduk di kursi teras menatap sebuah dokumen yang ia usap dengan jemari kurusnya. Kedua mata Elizabeth terpejam merasakan sejuknya semilir angin pagi yang menyapu wajah pucatnya. Ia tidak mau menimbang-nimbang lagi keputusannya, mengingat mungkin usianya juga tidak akan panjang. "Permisi

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 7. Sampai Kapanpun, Tidak ada Kata Cerai!

    Elizabeth tertegun, tidak menyangka Evan akan semarah itu dengan permintaan cerai darinya. Bukankah seharusnya Evan senang karena ia bisa rujuk bersama mantan istrinya? Tapi mengapa… Evan justru tidak terima? Elizabeth berusaha menenangkan diri, lalu menatap Evan lekat. "Tapi aku ingin mengakhiri pernikahan ini, Evan." Ekspresi Evan tidak berubah, masih terlihat marah dan tak puas sekalipun berkas perceraian itu telah dirobek kecil-kecil hingga menjadi sampah. Sorot tajam mata hitam Evan tertuju pada Elizabeth yang berdiri teguh di hadapannya. Istrinya tidak pernah seperti ini sebelumnya. "Apa alasanmu menginginkan perceraian dariku?" Suara rendah Evander terdengar jelas. Elizabeth menggelengkan kepalanya, tak ingin menunjukkan air matanya di hadapan laki-laki ini. "Katakan Elizabeth," seru Evan lebih menekan. "Apakah alasanku bisa membuat hatimu berubah?" Elizabeth bertanya balik padanya. Evan mendengus lalu tawa sumbangnya kembali terdengar. Ia mengusap waj

Latest chapter

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 345. Hadiah dari Exel, untuk Hauri

    "Papa, ayo antarkan Exel membeli sesuatu untuk Hauri! Exel mau memberikan dia hadiah yang paling indah!" Suara Exel membujuk rayu Papanya terdengar hingga di ruang makan belakang. Elizabeth yang mendengarnya pun tersenyum, ternyata benar apa yang Evan katakan kalau setelah bertemu Hauri, pasti ada saja yang Exel minta. "Papa, dengar tidak Exel minta apa? Boleh tidak? Kalau tidak boleh Exel bisa nekat tahu!" seru anak itu berdiri dengan raut wajah sedih. "Nekat bagaimana, Tuan Kecil?" tanya Jericho menggodanya. "Jangan bilang mau kabur?" "Exel kan sudah tahu jalan-jalan di Paris. Biar saja, kalau tidak boleh Exel mau pergi sendiri!" protes anak laki-laki itu. "Mau pergi ke mana memangnya, Sayang?" Suara Elizabeth membuat anak itu menoleh dan Exel langsung berbinar-binar saat Mamanya muncul. Exel membawa sebuah kotak kecil pemberian Hauri dan menunjukkan pada Mamanya. "Mama lihat ini, Hauri memberikan hadiah buat Exel. Lihat ini, Ma ... gelang jam berwarna biru tua, bagus sekal

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 344. Sahabat Perempuan Exel

    "Sayang, jangan bermain di luar ya ... kalian di rumah saja, karena Paman James sedang pergi dengan Papa, kalian mengerti?" Elizabeth menatap dua buah hatinya yang kini tengah berada di ruang tamu. "Iya Mama, kita mengerti. Tapi nanti kalau Papa pulang, langsung main ke rumah Oma dan Opa ya, Ma," pinta Exel menatap sang Mama. "Tentu saja. Mama sekarang mau ke belakang dulu," ujar Elizabeth pada mereka berdua. Elizabeth berjalan ke belakang, meninggalkan dua anaknya di ruang tamu. Sementara Exel, anak laki-laki itu berdiri di dekat jendela kaca rumahnya dan menatap ke arah luar. "Kakak pasti ingin main ke luar, ya?" tanya Pauline mendekati sang Kakak. "Bukan begitu, Pauline...." "Terus?" Pauline mengerjapkan kedua matanya dan berdiri memegangi bagian belakang sweater yang Exel pakai.Exel masih diam menatap ke arah luar, di mana hujan salju masih turun di sana. Pauline bingung apa yang ditatap oleh Kakaknya, bahkan sejak kemarin Exel selalu menatap ke arah luar dengan pandanga

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 343. Penyesalan Membuatnya Seperti ini

    "Selamat pagi, Tuan, Nyonya ... maaf kalau saya mengganggu. Ada sesuatu yang ingin saya sampaikan." Kepala pelayan itu berdiri di ambang pintu ruangan kerja Evan dengan wajah yang gugup. Elizabeth mengangguk dan ia langsung berdiri dari duduknya saat itu juga. "Ada apa, Bi?" tanya wanita itu. "Itu Nyonya ... sejak dua hari sebelum Nyonya dan Tuan datang ke sini, ada seorang wanita yang mondar-mandir di gerbang depan. Tadi waktu saya kembali dari supermarket, wanita itu juga bertanya pada saya, apakah Tuan sudah pulang? Dan saya jawab, sudah … tapi saya tidak tahu siapa wanita itu.” Penjelasan kepala pelayan itu membuat Elizabeth langsung memasang wajah curiga. Elizabeth menoleh pada Evan dengan tatapan yang tidak-tidak sebelum Evan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak punya simpanan, okay?" ujarnya, seolah bisa membaca pikiran istrinya. "Lalu, siapa wanita itu?" tanya Elizabeth. "Ayolah Sayang, aku juga tidak tahu," jawab Evan. Saat itu juga Elizabeth melangkah mendekati suam

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 342. Anakku, Aku Menginginkan Anakku Kembali

    Suara detikan jarum jam berdetak pelan dan teratur. Elizabeth menutup pintu kamarnya dan wanita itu menatap seisi kamarnya yang begitu hangat. Elizabeth mengusap bantal dan ia duduk di atas ranjang, sebelum Elizabeth menatap ruang kosong di sampingnya. "Dia pasti tidur sendirian saat aku tidak ada di sampingnya dulu ... aku hampir tak percaya dia begitu setia padaku yang berbohong telah meninggal dunia," ucap Elizabeth lirih. Sampai akhirnya pintu kamar terbuka, Evan muncul dan ia berjalan masuk ke dalam kamar itu. "Aku pikir kau sudah tidur, Sayang..." "Belum. Aku belum mengantuk. Emm ... rasanya senang sekali kembali ke rumah ini," jawab Elizabeth tersenyum manis. "Aku pun merasakan hal yang sama, Sayang," jawab Evan, laki-laki yang berbaring di atas ranjang dan menjadikan pangkuan Elizabeth sebagai bantalnya. Elizabeth menyunggar rambut hitam Evan, sementara itu tidak ada percakapan di antara mereka. Raut wajah Evan tiba-tiba berubah menjadi sedikit cemas. Ekspresi itu lan

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 341. Aku Masih, Seperti yang Dulu

    Tempat yang Exel berikan sebagai tanda hadiah atas kembalinya ia ke sini. Tempat itu adalah tempat yang sangat Elizabeth impi-impikan sejak dulu, bagaimana bisa tempat itu dibangun di pekarangan belakang dengan megahnya?!Exel mendongak menatap sang Mama yang melihat ke arah sebuah rumah kaca besar di depan sana. "Bagaimana, Ma? Mama suka?" tanya anak itu. Elizabeth menutup mulutnya. "Exel ... Exel tahu darimana dulu Mama sangat menginginkan rumah kaca?" tanya Elizabeth pada putranya. "Emm ... entahlah, tapi Papa yang tiba-tiba membangunnya. Papa bilang, Papa ingin membuat rumah kaca untuk Mama," jawab Exel menarik lengan Elizabeth dan mengajaknya ke tempat itu. Pintu rumah kaca dibuka oleh Exel, mereka masuk ke dalam sana. Beberapa bunga masih segar, beberapa juga nampak gugur daunnya, mungkin karena bunga itu tidak tahan cuaca dingin. "Indahnya," ucap Elizabeth lirih."Mama tunggu di sini sebentar ya, Exel mau panggil Paman James dulu! Ada ulat di sana, Exel geli...!" seru ana

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 340. Tak Ada yang Berubah Selama Kau Pergi

    Setelah menunggu dengan rasa tak sabar untuk liburan kembali ke Prancis, akhirnya hari yang dinanti-nantikan pun datang. Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Elizabeth kembali memijak tanah negara yang dulu sempat ia sumpahi tidak akan kembali ke sini lagi. Tapi sekarang, keadaan telah berubah..."Akhirnya, kita sampai ... Heum, kangen sekali!" seru Exel heboh. "Hemmm, sampai di mana? Capek sekali, ingin tidur lagi," gumam Pauline dalam gendongan Evan. Evan pun tersenyum mengusap pucuk kepala Pauline. Ia mengecup pipi gemas putri kecilnya. "Sabar ya, Sayang, sebentar lagi kita akan sampai di rumah," ujar Evan. "Iya Papa." Pauline pun kembali menyandarkan kepala di pundak Evan, anak itu kembali memejamkan kedua matanya. Sementara Exel bersama Jericho dan James berjalan lebih dulu keluar dari area bandara. Musim dingin di Paris yang tak kalah indah dari di Berlin. Elizabeth berjalan sedikit di belakang Evan, wanita itu meremas kuat syal abu-abu yang ia pakai saat sudah sa

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 339. Keluarga Elizabeth

    Setelah Mama dan Papa mertuanya pulang siang tadi, Elizabeth pun mengajak Pauline dan Exel untuk mengunjungi Nenek dan Bibinya di rumahnya. Elizabeth membawakan banyak roti, kue, dan juga makanan yang lainnya. Kedatangannya disambut dengan penuh kehangatan oleh Bibi Meria dan Nenek Berta. "Akhirnya, kalian ke sini juga ... Ya ampun Nak, Exel!" Bibi Meria memeluk Exel saat tahu anak laki-laki itu ikut. "Syukurlah kalau Exel baik-baik saja," ujar Berta mengusap kepala anak laki-laki bersama Elizabeth tersebut. Setelah mendengar kabar Exel diculik, mereka pun juga ikut kebingungan. Hingga kini dua wanita tua itu begitu bahagia melihat Exel baik-baik saja. "Exel tidak papa, Nek. Lihat ... Exel baik-baik saja, kan?!" seru anak itu. "Syukurlah, Sayang," ucap Bibi Meria. "Nenek kok tidak menyapa Pauline? Sudah tidak sayang lagi, ya?" seru Pauline tiba-tiba. Anak perempuan kecil dengan balutan jaket tebal bulu-bulu berwarna biru muda itu duduk di atas meja kayu memeluk boneka beruang

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 338. Merindukan Prancis

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Elizabeth meminta pembantunya untuk membersihkan teras belakang. Elizabeth juga meminta pada Bibi untuk menyiapkan teh hangat dan kue kering di sana. Wanita muda itu sangat menyukai momen sendirian di awal pagi, Elizabeth membaca banyak buku dan memperhatikan salju tipis yang turun. "Elizabeth, sedang apa? Di luar sangat dingin..." Suara Melodi membuat Elizabeth menoleh cepat. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak Ma, Bibi sudah menyiapkan perapian," jawab Elizabeth menunjuk ke arah depan di mana ada sebuah tempat berisi potongan kayu yang dibakar dan tampak sangat hangat. "Ya ampun, Mama tidak memperhatikannya," jawab Melodi. Wanita itu berjalan mendekati Elizabeth dan duduk di sampingnya. "Oh iya, Nak ... suamimu bilang pada Mama dan Papa, setelah tahun baru nanti kau mau ikut ke Prancis?" tanya Melodi menatapnya lekat. "Iya Ma. Elizabeth sangat merindukan suasana di sana. Pauline kan belum pernah ke Prancis sama sekali," ujar El

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 337. Sebuah Permintaan dari Elizabeth

    Bersama dengan kedua anaknya, Evan dan Elizabeth pergi berjalan-jalan malam di kota yang kini sedang sangat ramai dengan perayaan natal dan menjelang tahun baru. Evan dan Elizabeth duduk di sebuah bangku kayu, mereka berdua memperhatikan Pauline dan Exel yang kini tengah bermain di depan sana. Anak-anak itu asik bermain kembang api kecil yang mereka beli. "Huhhh ... ini seperti mimpi," ujar Evan mendongak menatap langit malam yang gelap. Elizabeth menoleh saat ia mendengar apa yang suaminya katakan barusan. "Apanya yang seperti mimpi, Sayang?" tanya Elizabeth. Senyuman terlukis indah di bibir Evan. "Malam ini, situasi ini, dan dengan seseorang yang aku sayangi, bersama anak-anakku." Elizabeth hanya tersenyum, wanita itu tertunduk menatap telapak tangannya yang digenggam oleh Evan, sarung tangan berwarna putih yang Elizabeth pakai, terasa semakin hangat saat genggam tangan Evan mengerat. "Tahun-tahun sebelumnya, saat kau pergi, adalah tahun paling mengerikan yang pernah aku alam

DMCA.com Protection Status