Semua Bab Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Bab 461 - Bab 470

516 Bab

Bab 461. (EXEL STORY) Kita Akan Menjadi Orang Tua

Pagi ini Hauri pergi ke rumah sakit ditemani oleh Exel. Tetapi, ia tidak pergi menemui Dokter William lagi, melainkan Hauri akan pergi ke dokter kandungan saat ini.Bersama dengan suaminya, Hauri baru saja menyelesaikan pemeriksaan. Mereka duduk menunggu hasil periksa dengan perasaan mendebarkan. "Nyonya pasti sering pusing dan mual akhir-akhir ini?" tanya dokter perempuan itu. Hauri mengangguk. "Iya dok, kemarin saat menghubungi Mama mertua saya, Mama meminta saya untuk langsung periksa," ujarnya. Dokter itu tersenyum. "Ya, memang seharusnya begitu, Nyonya," jawabnya. "Dan ... dari hasil pemeriksaan yang telah saya lakukan, Nyonya saat ini sudah mengandung berusia hampir lima minggu. Mungkin Nyonya tidak sadar saat Nyonya mengalami terlambat datang bulan." Hauri terdiam menggenggam erat tangan Exel. Laki-laki itu juga tercengang, tak percaya diselimuti kebahagiaan yang luar biasa. "Ja-jadi, istri saya hamil, dok?" tanya Exel dengan kedua mata berbinar-binar. "Benar, Tuan. Selam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Bab 462. (EXEL STORY) Apa yang Terjadi Dengan Pauline?

Kabar kehamilan Hauri sudah terdengar oleh semua keluarga, bahkan beberapa teman Exel juga mengucapkan selamat pada mereka. Termasuk sahabat dekatnya, Heiner yang malam ini datang berkunjung ke rumah mereka membawakan beberapa makanan dan buah-buahan. Sejak dulu hingga kini, memang Heiner yang jauh lebih dekat dan perhatian. "Sekarang tinggal kau saja yang belum menikah, Heiner. Mau sampai kapan kau terus menyendiri?" tanya Exel pada sahabatnya itu. Heiner terkekeh. "Entahlah, tapi aku benar-benar menikmati hidupku saat ini," jawabnya."Saat waktunya tiba, jodohmu pasti juga akan datang, Heiner," sahut Hauri mendekati dua laki-laki itu membawakan cemilan dan juga buah-buahan. "Benar, Hau. Aku malah berpikir kalau aku ingin mendekati Pauline ... supaya aku merasakan, sepertinya enak juga menjadi menantu Keluarga Collin," ujarnya dengan percaya diri, sebelum sebuah bantalan sofa mendarat di wajahnya. Exel menatap tajam dan kesal. "Kalau kau ingin mendekati adikku, kau harus melawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Bab 463. (EXEL STORY) Luka Hati Adikku

Hauri masuk ke dalam kamar Pauline. Di sana, ia melihat Pauline yang tengah sibuk dengan kanvas dan cat airnya. Entah sejak kapan gadis itu senang mengurung diri dan menyendiri. Pauline duduk di balkon kamarnya, hingga ia tidak tahu bila Hauri masuk ke dalam kamarnya. "Wahh ... cantik sekali gambaranmu, Pauline," puji Hauri tiba-tiba. Suaranya membuat Pauline sontak menoleh ke belakang di mana Hauri berdiri. Pauline tersenyum manis. "Kakak, sejak kapan Kakak di sana?" tanyanya. Hauri tersenyum tipis. "Sejak tadi. Pauline saja yang tidak tahu," jawabnya. "Sini, Kak." Perlahan Hauri melangkah mendekatinya. Ia duduk di samping Pauline yang masih meneruskan lukisannya. "Sejak kapan suka melukis? Kakak tidak pernah melihatmu suka melukis biasanya," ujar Hauri bertanya. Pauline tersenyum. "Sudah lama, Kak. Tapi memang tidak Pauline kasih tunjuk pada siapapun. Semua kanvasnya juga Pauline sembunyikan di dalam ruangan ganti," jawab gadis itu. Hauri terkekeh. "Pauline ... Pauline, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 464. (EXEL STORY) Peran Seorang Mama

Tak ada yang bisa membujuk Pauline sama sekali. Baik Exel maupun kedua orang tuanya, hingga mereka semua menyerah dan membiarkan Pauline melakukan apapun yang dia sukai. Exel juga berpesan pada Mama dan Papanya untuk tidak memarahi adiknya bila terjadi sesuatu. Karena malam ini, Exel kembali pulang ke rumahnya. "Kasihan sekali Pauline ... aku memintanya besok untuk datang ke rumah kita. Siapa tahu dia mau," ujar Hauri. Exel mengangguk. "Aku rasa juga begitu. Semoga saja dia mau," jawabnya. Sepanjang perjalanan, Hauri bercerita ini dan itu. Gadis itu juga tidak henti-hentinya mengatakan kalau ia sangat mencemaskan adik iparnya. Exel pun memahami perasaan itu. Namun ia menganggap kalau Pauline sudah besar, pasti dia bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri. Jadi, Exel lebih fokus pada Istrinya dan juga pada rumah tangga mereka berdua. "Sayang, kau ingin membeli sesuatu?" tawar Exel menoleh pada istrinya. "Tidak, aku tidak ingin membeli apapun," jawab gadis itu. "Mama tadi memb
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Bab 465. (EXEL STORY) Waktu Berjalan Cepat, dan Calon Bayi Kembarku

Beberapa Bulan Kemudian...Hari-hari berlalu dengan sangat baik. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan sangat mengesankan tiap harinya.Tak lama lagi, Hauri dan Exel akan menjadi orang tua. Mereka sangat bahagia saat tahu kalau anak yang sedang Hauri kandung ternyata ada dua bayi. Meskipun telah dinyatakan sembuh sejak beberapa bulan lalu, tapi Exel menjadi suami siaga untuk Hauri yang sebentar lagi akan melahirkan, hingga tinggal menghitung hari demi hari. "Jangan jalan jauh-jauh, Sayang ... nanti kau bisa kelelahan! Ingat kata Dokter Lilian, kau harus banyak istirahat," ujar Exel pada istrinya. "Iya. Masa jalan dari ruang tamu ke dapur saja kau mengomeliku," protes wanita cantik yang kini berdiri di belakang Exel sembari memegang perut besarnya. Exel terkekeh. Laki-laki itu kini tengah membuatkan susu untuk Hauri, sementara semua urusan rumah yang lainnya, pembantu mereka yang menangani. "Sudah, ini susunya. Cepat diminum dan dihabiskan," bujuk Exel menyerahkan segera susu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Bab 466. (EXEL STORY) Peran Istimewa Exel Sebagai Seorang Suami dan Kakak yang Istimewa

Hari ini Exel mendapatkan amanat dari sang Papa untuk menjaga Pauline di rumah. Bersama dengan Hauri, mereka berdua datang ke kediaman orang tuanya. Saat mereka baru saja datang, Hauri berjalan masuk lebih dulu. Ia tersenyum melihat seorang gadis cantik dengan perutnya yang besar, kini yang tengah berdiri di ruang makan tampak sedang membuat roti selai. "Selamat pagi," sapa Hauri tersenyum manis. Pauline menoleh dengan wajah piasnya, sebelum gadis cantik itu tersenyum. "Kakak ... Kakak datang dengan siapa?" tanya gadis itu. "Dengan Kak Exel," jawab Hauri sambil meletakkan paper bag besar berisi makanan dan buah-buahan di atas meja makan. "Pauline buat apa?" "Roti selai, Kak," jawab gadis itu. Dari arah depan, tampak Exel yang kini berjalan dan ia tersenyum melihat adiknya yang terlihat sibuk di ruang makan. "Pauline ... Kakak sudah belikan buah peach yang kemarin kau inginkan. Itu ada di dalam tas belanjaan Kak Hauri," ujar Exel mendekati sang adik dan mengecup pipinya. "Iya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 467. (PAULINE STORY) Malam Kelam Penuh Dendam

Beberapa Bulan yang Lalu..."Kau pantas mendapatkan ini semua, Putri Evander," bisik seorang laki-laki dengan suara dalamnya memberikan jejak di sepanjang leher jenjang Pauline. Selain kecupan dan ciuman panas yang bertubi-tubi, sentuhan tangan laki-laki itu menyusuri lekuk tubuh polos gadis cantik yang kini menangis tak kuasa melawannya. Aroma alkohol yang menguat dari laki-laki itu membuat Pauline sangat ketakutan. "Ja-jangan, Arthur..." Pauline memejamkan kedua matanya kuat-kuat. "A-aku salah apa?Laki-laki itu tidak menyahutinya sedikitpun. Di dalam kamar yang temaram, Pauline terbaring atas ranjang di bawah kungkungan laki-laki tampan ini, Arthur Rowand, bodyguard setianya. Pauline tidak berdaya saat kedua lengannya dicengkeram kuat. Arthur mabuk berat dan mendatangi Pauline di kamar hotel, tempat Pauline menginap setelah acara ulang tahun temannya di luar kota. Laki-laki itu datang, langsung menciumnya dan mendorong Pauline ke atas ranjang, tak hanya itu, Arthur juga tak se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 468. (PAULINE STORY) Pauline, Kau Kenapa, Nak?

Dengan langkah gontai Pauline sampai di rumah. Taksi yang ia pegang pun berhenti tepat di depan rumahnya. Wajah gadis itu tampak pucat dan layu. Kepala Pauline terasa kosong tak mampu memikirkan apapun saat ini. Bahkan saat ia masuk ke dalam rumahnya. "Loh ... Sayang, sudah pulang?" Suara Elizabeth menyambut kedatangannya. "Pauline bilang mau pulang sore bersama dengan Belle dan Glads?" tanya sang Mama lagi. Pauline menggeleng pelan. "Tidak, Ma," jawabnya lemas. "Ehh..." Elizabeth mengerjapkan kedua matanya saat Pauline yang tidak bersemangat sama dan lesu melewatinya begitu saja tanpa banyak cakap seperti biasanya. Wanita itu memperhatikan tatapan kosong Pauline yang begitu terpukul."Apa yang terjadi? Apa dia bertengkar dengan temannya lagi?" gumam Elizabeth bingung. "Dan ... kenapa juga Pauline pulang dengan taksi? Di mana Arthur?" Elizabeth tampak sangat kebingungan dan berpikir-pikir. "Ada apa, Sayang?" Suara Evander membuyarkan lamunannya. Elizabeth menatapnya. "Tidak p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 469. (PAULINE STORY) Papa, Mama, Maafkan Pauline...

Beberapa hari berlalu, Elizabeth dan Evan semakin cemas dengan kondisi Pauline yang semakin tertutup dan putrinya sama sekali tidak mau melakukan apapun. Bahkan pagi ini, Elizabeth berusaha meminta Pauline untuk kembali kuliah, tapi seperti biasa, tak mudah membujuk anaknya. "Sayang, Pauline ini kenapa? Kalau ada apa-apa bilang ke Mama dan Papa! Pauline dibully lagi? Sama siapa? Bilang pada Mama, Nak!" pekik Elizabeth menatap putrinya yang kini duduk di tepi ranjang memeluk bonekanya. "Bukan, Ma. Pauline hanya tidak mau kuliah, tidak mau ke mana-mana," jawab gadis itu. "Kenapa? Kenapa tidak mau ke mana-mana? Keluar rumah tidak mau, kuliah tidak mau. Lalu bagaimana masa depanmu nanti, Sayang?" Elizabeth mengusap pucuk kepala Pauline. "Pauline mau sendirian. Mama jangan ganggu!" pekik gadis itu mendorong Elizabeth. Elizabeth menyergah napasnya panjang. Wanita itu mengusap wajahnya kasar sebelum menatap ke arah pintu di mana Evan berdiri di sana. Laki-laki itu berjala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Bab 470. (PAULINE STORY) Kembalikan Senyumku Putriku

"Di mana bajingan itu berada sekarang?! Aku sendiri yang akan menghabisinya!" Teriakan itu menggema di dalam ruang keluarga di kediaman Evan. Suara Exel yang berteriak penuh emosi. Amarah tak keluar darinya setelah Papanya bercerita apa yang terjadi pada adik kesayangannya. Exel benar-benar naik pitam dan ia tidak akan segan menghabisi Arthur. "Sudah, Exel ... biar Papa yang mengurus ini semua," sahut Evan. "Ini semua salah Papa." "Tidak bisa, Pa! Dia haru mati!" teriak Exel. "Exel..." Hauri menarik lengan suaminya. Exel mengusap wajahnya kasar. Ia menatap Mamanya yang diam dan wajahnya sembab karena lelah menangis. "Kita tidak punya bukti apapun, Pauline juga tidak mempunyai bukti rekaman atau apapun, bahkan CCTV hotel itu juga tidak terdeteksi saat Arthur masuk ke dalam kamar Pauline ... bila kita menuduh tanpa bukti dan bersikeras, Arthur mengancam akan menyebarkan berita ini ke media." Evan menatap putranya. "Di sisi lain kita tidak punya bukti, di sisi lain nama besar kelu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4546474849
...
52
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status