Semua Bab Menikahi Asisten Sang Presdir : Bab 11 - Bab 20

32 Bab

11 | Melipurkan Lara

“Bisa kita belok dulu ke drive thru? Aku mau beli makanan.”Rayyi membelokkan mobilnya menuju restoran cepat saji dekat apartemen. Dibiarkannya Luna memesan hingga membayar makanannya. Pria itu menahan dirinya agar tak membuka obrolan menilai dari suasana hati Luna yang belum membaik.Pertahanan itu sayangnya runtuh kala Rayyi terpaksa mengerem demi menghindari tabrakan dengan pengendara motor. Akibatnya, sebagian french fries milik Luna berhamburan mengenai kaki mereka."Luna, maaf.” Cepat-cepat, Rayyi menepikan mobilnya. “Biar saya belikan gantinya.”“Enggak perlu, masih bisa dimakan.” Luna memasukkan potongan kentang yang bersih ke kantung, sementara yang terinjak dipisahkan untuk dibuang ke tempat sampah. “Kamu harus muter jauh kalau kira balik ke restoran.”“Saya bisa pesankan online—”“Rayyi.” Luna menaruh makanannya di atas dasbor. “Aku capek. Kita pulang aja, ya?”Rayyi mengangguk dan membawa mobilnya ke jalan. Kenapa juga dia terkesan mendesak saat Luna sudah menolak? Apa gar
Baca selengkapnya

12 | Harus Sampai Kapan?

Dua pesan dari Rayyi masuk tepat saat Luna mengambil tasnya.Dipindainya bagian unit yang ditempati Rayyi. Sepi. Barangkali pria itu masuk ke kamar setelah memberitahu di mana tasnya ditaruh. Sebenarnya, Luna merasa bersalah karena seharian senewen pada Rayyi yang hanya mengikuti arahan Galuh.Uh, mengingat namanya saja serta-merta membuat Luna mual.Di ballroom tadi, sembari memegangi Naura, Galuh menebar senyum yang, mengutip seorang karyawati di depannya, cool dan cocok dengan figurnya yang gagah. Sementara wajah sang istri berseri-seri kala membahas acara yang akan diselenggarakan minggu depan.Sebuah pesta gender reveal anak kedua mereka.“Enak, ya, jadi Bu Naura. Hamil empat bulan masih kelihatan singset,” bisik Brenda. “Mau perawatan atau diet yang menunya mahal enggak perlu pusing mikirin bujet. Tinggal gesek kartu sana-sini, tagihan biar suami yang bayar.”“Aku juga kalau punya suami setajir sama seganteng Pak Galuh bakal milih resign buat fokus jadi ibu rumah tangga,” Dini m
Baca selengkapnya

13 | Salah Tingkah

Saat berhasil lepas dari pacarnya yang toxic, Brenda memberikan nasihat kepada Luna dan Dini: jangan buang-buang waktu dengan laki-laki yang lebih sering bikin perempuan menangis daripada tersenyum.Sekilas, petuah itu mudah dituruti. Namun, pada praktiknya, dibutuhkan niat dan kesungguhan meninggalkan sosok yang pernah dicintai sampai nyaris melepas logika.“Luna, ada apa?” Galuh terkejut kala mendapatinya pipunya yang basah. “Kenapa kamu tiba-tiba menangis? Apa aku menyakitimu?”‘Menurut kamu apa lagi, Mas?’ Kata-kata itu sayangnya tertahan di ujung lidah Luna.Setelah susah payah membangun pertahanan, Luna akhirnya luluh kala sentuhan Galuh merenggut kewarasannya. Jejak kecupan yang mulanya berada di jari-jari Luna perlahan pindah ke pergelangan tangan. Sedetik kemudian, saat jarak mereka menyempit, dia membiarkan Galuh menutupnya dengan ciuman di bibir.“Mas, jangan….” Perlahan, Luna mendorongnya kala pintu diketuk. Diam-diam, perempuan itu bersyukur seseorang menginterupsi mereka
Baca selengkapnya

14 | Bertemu Naura

Kesibukan yang berlangsung beberapa hari berikutnya berhasil mengalihkan perhatian Luna dari Galuh. Dia berangkat lebih pagi daripada Rayyi, lalu pulang hampir tengah malam. Gara-gara padatnya pekerjaan pula perempuan itu tak sempat memenuhi ajakan suaminya untuk mencari pakaian sesuai dress code.Akhirnya, Luna memesan pakaian mereka di toko online langganannya.Pagi itu, sehari sebelum pesta gender reveal, Luna ditugaskan bermalam di hotel untuk mengurus kamar para tamu. Artinya, dia juga tak bakal bertemu Rayyi sampai paling tidak di ballroom saat acara berlangsung.“Rayyi, paket yang kupesan bakal sampai hari ini.”Rayyi berhenti menyantap sarapan. “Ke alamat mana kamu kirim?”“Ke apartemen,” ujarnya sambil mengecek tracking barang. “Umh, kalau kamu enggak terlalu sibuk, apa kamu bisa ambil dan antar pakaianku ke hotel?”Luna ragu Rayyi bakal menyanggupi permintaan itu. Pekerjaannya pasti bakal sama-sama padat, apalagi dia bertugas menemani yang punya hajat.“Pukul berapa paketmu
Baca selengkapnya

15 | Malam Menjelang Pesta

Rayyi perlu membaca dua kali notifikasi tersebut saat masuk ke akun media sosialnya sembari menunggu Galuh dan Naura. Kemudian, dibukanya profil laman itu untuk memastikan bila sosok yang mengirimnya adalah orang yang dia kenal. ‘Benar memang Luna,’ batinnya. Sama seperti miliknya, akun perempuan itu juga terkunci. Tak ada pilihan selain menerima permintaan tadi dan balik mengikutinya. Akan tetapi, Rayyi harus menunda penelusuran kala pasutri yang ditunggu keluar dari restoran. “Tolong antar Naura dulu ke hotel. Aku ada urusan sebentar,” pesan Galuh sembari membukakan pintu untuk istrinya. “Nanti kukabari di mana kamu menjemputku.” Setelah memastikan pintu terkunci, Rayyi membawa mobil meluncur ke perjalanan. Diliriknya Naura dari kaca spion tengah. Seperti biasa, sang atasan bertekur menatapi ponsel. Galuh memang memegang posisi sebagai presdir, tetapi Naura tetap punya kendali atas bisnis perhotelan yang membuatnya tak kalah sibuk. “By the way,” tiba-tiba, Naura membuka pembi
Baca selengkapnya

16 | Kemeriahan yang Semu

Demi menjaga kenyamanan, lantai tempat pesta gender reveal digelar ditutup. Hanya tamu-tamu undangan pihak keluarga yang dipersilakan masuk, itu pun harus memperlihatkan surat yang Naura kirimkan. Staf yang bertugas pun menerima ID card yang wajib mereka kalungkan memakai lanyard.Rayyi, yang berjaga di sekitar pintu masuk ballroom, mencuri pandang pada pintu kaca di seberang ruangan. Setelan yang dikenakannya untuk acara ini adalah sepasang kemeja baby blue dan celana putih. Outer berupa sweter pastel pink menjadi pelengkap; sesuai dress code yang diarahkan Naura.“Ternyata bagus begitu kamu pakai.” Rayyi segera berbalik ke belakang saat mendengar komentar Luna. Mengenakan dress biru berpotongan selutut, penampilannya terlihat manis dengan aksen pita pink yang dijadikan ikat rambut. “Untung high heels putihku masih muat.”‘Cantik,’ gumam Rayyi dalam hati. “Pakaianmu juga cocok untukmu.”Namun, senyum yang terkembang di wajah Luna tampak hambar. Rayyi memahami dilema yang dirasakan is
Baca selengkapnya

17 | Kebetulan demi Kebetulan

Saat pesta gender reveal berakhir, Luna bergegas meninggalkan venue untuk berganti pakaian. Sesungguhnya, Luna ingin langsung menemui Rayyi dan pulang untuk beristirahat. Tubuhnya memang lelah gara-gara tenaga yang terkuras, tetapi emosinya lebih kacau setelah dua hari nelangsa menghadapi Galuh dan Naura. Benaknya memutar ulang momen pertemuan bersama Naura. Sulit membenci sosoknya yang elegan sekaligus supel. Pantas banyak yang lebih segan padanya walau Galuh yang kini menjadi salah satu pemimpin bisnis keluarga Argadana. ‘Kalau enggak pernah pacaran denganku, apa Mas Galuh bakal jatuh cinta sama Naura?’ batinnya. ‘Dia punya segalanya dibandingkan aku.’ Luna bersandar sejenak dekat pintu lift sebelum berbelok menuju koridor. Langkahnya yang diseret seketika terhenti kala menangkap sosok berpunggung tegap berdiri di samping kamarnya. Dia sedang mengobrol dengan Brenda, tetapi posisinya membelakangi perempuan itu. “Panjang umur, tuh orangnya dateng.” Brenda menunjuk ke arah Luna. “
Baca selengkapnya

18 | Mengurus Cuti Bulan Madu

“Kita harus kasih ucapan terima kasih buat Bu Naura.”“Apa mengirimkan pesan menurutmu cukup?”“Kayaknya enggak. Kita harus terlihat meyakinkan, Rayyi.”Masih memandangi hadiah-hadiah menakjubkan dari Naura, Luna dan Rayyi mulai mencocokkan jadwal demi perjalanan ke Bali. Perginya Galuh ke Belanda memberikan keleluasaan pada Rayyi untuk bergerak. Sementara Luna perlu memastikan ada rekan supervisor yang dapat dipercaya mengurus sebagian tugasnya.“Bagaimana kalau kita video call?” Ide tersebut mengejutkan Rayyi yang tengah memeriksa voucher hotel. Melihat reaksi tersebut, Luna sadar sepertinya sang suami tak nyaman pura-pura bermesraan dengannya. “Umh, oke, selfie udah cukup.”“Untuk yang itu, saya bisa menyanggupi.” Rayyi beranjak dan mengambil voucher dan tiket yang tersebar di meja. “Pencahayaan dekat jendela sepertinya bagus.”Luna mengecek pencahayaan di area tersebut memakai ponselnya. Kemudian, dia mengarahkan Rayyi agar berdiri di dekat standing lamp sambil memegangi hadiah Na
Baca selengkapnya

19 | Selamat Datang di Bali

“Kalau aku udah punya uang banyak, kamu bebas mau menentukan konsep pernikahan sampai tempat bulan madu kita.”“Kalau aku minta jalan-jalan keliling Eropa, emangnya kamu sanggup membiayai semuanya, Mas?”“Keyword-nya di ‘uang banyak’, Sayang. Enggak ada kata sulit menyanggupi selama kamu yang minta.”Luna tersentak dari tidur, bersamaan dengan pesawat yang berguncang. Terdengar bisik-bisik cemas di sekitarnya saat peringatan turbulensi diumumkan. Sementara di sampingnya, Rayyi fokus menyimak informasi yang tengah disampaikan.“Kamu terbangun.” Pernyataan itu terdengar seperti konfirmasi dari Rayyi. “Setengah jam lagi kita sampai di Bandara Ngurah Rai. Apa kamu mau makan atau minum dulu?”“Enggak perlu—” Suara serak gara-gara kurang minum membuat Luna berdeham. “Mungkin air mineral cukup.”Rayyi menyetop pramugari yang lewat dan memesankan minuman itu. Sambil menunggu, Luna melepas bantal leher dan mengamati para penumpang di sekitarnya. Wajah-wajah yang terlihat sangat mewakili penghu
Baca selengkapnya

20 | Candle Light Dinner

Rayyi perlu mengingatkan diri bahwa kunjungannya ke Bali hanya untuk menghargai pemberian Naura. Bulan madu pun jadi sekadar label pemanis mengingat statusnya adalah suami (sementara) untuk Luna. Tak ada yang perlu dia cemaskan, bukan?Pertanyaan itu terngiang dalam benak Rayyi saat mengikuti karyawan yang mengantarnya bersama Luna ke restoran. Mereka melewati area depan yang dipenuhi wisatawan, lalu berjalan menuju bagian belakang yang lebih tenang.Sampai kemudian, keduanya berhenti di depan jembatan yang mengarah ke gazebo yang telah dihias sedemikan rupa untuk memperlihatkan kesan romantis. Meja dengan lilin di tengah, bunga-bunga yang dipasang di tiang-tiang penyangga. Belum lagi pilihan lagunya yang lembut dan manis untuk mendukung candle light dinner.“Sesuai permintaan Pak Jo, saya akan menjadi pelayan kalian malam ini.” Karyawan bernama Wati itu mempersilakan Rayyi dan Luna duduk di meja. “Full-course dinner akan segera dihidangkan. Selamat menikmati malam romantis kalian.”B
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status