Semua Bab Di Balik Asmara Sang Aktris: Bab 101 - Bab 110

120 Bab

101. SEGALA YANG TAK TERPREDIKSI

"Hari ini pihak KPK memeriksa keterlibatan Mahaka Andromeda Gunawan dalam kasus tambang batu bara ilegal di Kalimantan Timur. Kasus ini mencuat saat Gubernur Kalimantan Timur, James Panjaitan menyebutkan nama Mahaka Gunawan sebagai gembong terciptanya beberapa tambang batu bara ilegal di Kalimantan Timur yang diprediksi merugikan negara hingga 135 Triliun."Jelas saja Rana tak menduga kalau lima hari semenjak kasusnya viral, ada berita yang lebih kontroversial lagi di negara ini. Berita yang menyangkut nama Mahaka Gunawan, orang paling kaya di Indonesia saat ini, tentu saja berhasil mencuri lebih banyak perhatian. Entah disengaja, atau tidak, tapi berkat Tanaya, dan ayahnya, kasus Rana seakan tertimbun begitu saja. Ia bahkan tak benar-benar terlihat jelek di mata masyarakat, saat foto Tanaya di rumah sakit bersama dengan Edward muncul tiba-tiba di halaman sebuah portal berita online.Bahkan banyak netizen yang mulai menghujat keluarga Gunawan sebagai keluarga serakah, dan bermasalah.
Baca selengkapnya

102. MEMINTA MAAF DARI BENTALA

"Keterangan anda sangat membantu dalam penyidikan kasus ini. Kami benar-benar berterima kasih kepada Pak Bentala, karena dengan baik mau memenuhi panggilan kami. Kami juga berterima kasih, karena kerja sama dari anda, kasus ini bisa berjalan dengan lancar. Kami berharap nomor kontak anda tetap aktif selama kasus ini berjalan."Hanya sebuah anggukan yang Bentala bisa berikan pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi. Bentala pun tersenyum tipis, mengulurkan tangannya dengan profesional, dan langsung disambut oleh pihak penyidik bernama Pak Adnan Dimitri tersebut. Ia pun bersama-sama dengan pengacara, dan juga Fahmi memilih untuk undur diri dari sana. Pak Adnan pun mempersilahkan tanpa berniat menunda, atau menghalangi tim Bentala."Jawaban Bapak benar-benar bagus, dan efisien." Ucapan itu terlontar dari pengacara Bentala di sepanjang koridor menuju lift. Bentala hanya mengangguk, mendengarkan, dan tak menanggapi. "Mereka hampir menerima semua jawaban yang Bapak berikan. Mudah-mudahan
Baca selengkapnya

103. MAKHLUK MUNGIL YANG CANTIK

"Tidak apa-apa memangnya kalau kita berada di ruang publik bersama-sama? Belum ada satu Minggu, dan kita terang-terangan jalan bersama di satu tempat. Rasanya agak kurang nyaman, ya."Mau dikatakan apa lagi, bagi Bentala kenyamanan Rana adalah yang nomor satu. Ia akan melakukan apa pun yang menurut gadis itu baik, dan membuat dirinya bahagia. Jadi, daripada berdebat akan sesuatu yang tak penting, maka Bentala memilih mengangguk, dan memberikan sebuah ide. Ia akan mencari jalan demi terciptanya keharmonisan hubungan yang menurut Rana masih tanpa nama."Pergilah lebih dulu," pinta Bentala tenang. Rana menoleh ke arah pria tersebut, dan Bentala terang saja langsung mengangguk. "Aku akan menyusul kamu. Kalau kamu sudah sampai di ruang rawat Tanaya, kamu bisa menghubungiku. Aku akan dengan cepat sampai di sana. Jadi, pergilah lebih dulu.""Apa ini akan baik-baik saja?""Untuk saat ini kenyamanan kamu lebih utama, Rana. Bila kamu merasa kita enggak seharusnya berada di satu ruang publik ber
Baca selengkapnya

104. JATUH CINTA PADA YANG LAIN

"Hei, Rana Diatmika Husada, kamu sedang memikirkan apa sih?"Hanya sebuah senyuman yang mampir di wajah Rana saat ia menjawab pertanyaan Bentala. Mereka baru saja menyelesaikan makan siang mereka. Rana meminta Bentala untuk makan siang di apartemen saja. Entah mengapa, gadis itu ingin sekali memasak untuk Bentala sebelum dirinya menghabiskan banyak waktu untuk berlibur ke luar negeri.Rana sendiri tak sadar bahwa ia telah termenung sejak tadi. Namun selama Bentala mencuci segala alat makan yang mereka pakai, Rana justru mengenang segala hal yang terjadi ke belakang. Ia tak pernah menyangka sebelumnya kalau pada akhirnya ia bersama dengan Bentala di saat pria itu bahkan masih berstatus suami orang tadinya. Sekarang ia juga harus merelakan pekerjaannya sebagai aktris setelah kedekatannya dengan Bentala tercium oleh netizen."Hanya memikirkan banyak hal," jawab Rana pelan. "Belum ada satu tahun, tapi telah terjadi banyak hal yang bahkan enggak aku terpikirkan sebelumnya. Aku enggak perna
Baca selengkapnya

105. HIDUP BARU INDIRA

"Aku pasti akan merindukanmu. Pergilah sekarang, kamu akan terlambat. Perjalanan dari sini menuju bandara belum tentu aman, dan lancar lho! Ayo, lepaskan pelukanmu, dan pergi cepat!"Tentu saja Rana terkekeh geli saat Bentala menyuruhnya pergi. Ia ingin sekali melepaskan pelukannya, dan berlalu meninggalkan laki-laki kesayangannya. Tapi, apalah daya, Bentala seperti memiliki lem yang tak bisa ia lepaskan. Rana tak ingin pergi, ia tak ingin melepas kebersamaannya dengan Bentala, entah untuk alasan apa.Bentala sendiri sejak pagi menyimpan sebuah kegelisahannya. Hatinya seperti menolak membiarkan Rana pergi, tapi pikirannya lebih menolak untuk membiarkan gadis tersebut di sini bersamanya. Ia lebih tak tega melihat Rana hanya terdiam di negara ini tanpa melakukan apa-apa, karena terlalu takut keluar rumah, dan mendengar gunjingan jahat orang lain yang jelas-jelas salah besar."Entah mengapa, tubuh kamu seperti lem sekarang," ungkap Rana dengan suara pelan. "Aku bahkan enggak bisa ke mana
Baca selengkapnya

106. SELESAI SATU PERSATU

"Segalanya berjalan dengan sangat lancar. Saya tidak tahu kalau akab berakhir seperti ini. Di sisi lain, saya merasa sangat lega. Namun di sisi lainnya ada perasaan tidak enak, karena saya bahagia di atas penderitaan calon mertua saya."Sebuah gelengan jelas langsung mampir di kepala Bentala, saat Edward merasa bahwa ia bahagia di atas penderitaan Mahaka Gunawan. Sujujurnya, Bentala sangat tidak terima dengan konsep apa pun yang berhubungan dengan rasa tidak enak. Kesalahan Mahaka jelas tidak ada campur tangan Edward maupum Tanaya, jadi rasanya tak perlu tak enak pada orang yang jelas-jelas menghambat kebahagiaan mereka berdua.Apalagi keduanya akan segera menikah, rasanya bagi Bentala rasa tak enak itu harus segera dimusnahkan. Mahaka bukan sejenis mertua yang akan memaklumi keadaan kamu. Jadi, bagi Bentala tak perlu juga repot-repot berempati pada pria yang jelas-jelas egois seperti Mahaka."Menikah saja," celetuk Bentala cepat. "Kamu tidak perlu memusingkan pria tua itu. Biarkan di
Baca selengkapnya

107. TERUS MENERUS SIAL

"Na, lo tahu enggak, bos gue sudah dua kali nanyain lo. Gue jawab saja kalau lo sudah punya suami. Karena enggak percaya, ya gue tunjuk ke dia, foto lo sama Bentala yang kemarin viral di Indonesia. Gue rasa enggak cuma dia doang deh, yang terkesima sama kecantikan lo. Lihat tuh, Andreas. Dia lagi curi-curi pandang ke kita. Gila, jadi artis di sini, laku juga kali lo, Na!"Merasa kesal dengan candaan Indira, Rana pun mencubit kecil tangan gadis tersebut. Hanya kecil, jadi rasanya tidak akan terasa sakit. Tapi, dengan sengaja Indira justru mengaduh dengan suara yang lumayan kencang, membuat beberapa orang di sekitar mereka, menengok sebentar. Karena tingkahnya tersebut, Rana reflek menepuk paha sahabatnya tersebut tentu saja.Alih-alih marah, atau pun merasa kekesalan yang sama, Indira justru memilih untuk tertawa dengan puas. Indira tahu kalau Rana sedang anti menjadi pusat perhatian. Tampaknya Rana masih menyembuhkan rasa traumanya dari segala masalah yang terjadi belakangan ini."Tap
Baca selengkapnya

108. HARAPAN SANG ASISTEN

"Kamu bisa langsung pulang, Danish. Nanti saya akan menyetir sendiri ke restoran. Kamu jangan khawatir. Oh, ya, jangan lupa untuk menyiapkan segala akomodasi saya selama berlibur ke Australia. Satu lagi, semua pekerjaan yang harus saya baca malam ini, sudah kamu kirim kan, ke email saya?""Sudah Pak, Anda bisa langsung melihatnya nanti sesampainya di rumah."Alih-alih menjawab, Bentala hanya mengangguk. Tubuhnya sedang tidak baik-baik saja. Entah apa yang terjadi, tapi sejak sore jantungnya berdegup dengan cepat. Pikirannya juga melayang pada pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bisa ditanyakan seorang ayah kepada calon menantunya. Bentala bahkan sampai mencari di mesin pencarian apa saja pertanyaan yang mungkin diajukan oleh seorang ayah mertua.Sayang semua jawaban yang Bentala dapatkan terasa absurd. Jujur saja, di saat seperti ini ia butuh seorang ayah untuk sekadar bertukar pendapat. Dulu saat mengenal, dan akhirnya bertunangan dengan Tanaya, ayahnya yang mengurus. Tak ada rasa teg
Baca selengkapnya

109. BERTEMU CALON MERTUA

"Atas nama Bentala Pradaya Byakta. Apakah orangnya sudah datang?"Tatapan si pelayan langsung terarah pada tablet kerjanya. Ia langsung mengangguk dengan senyum termanis saat dirinya telah mendapatkan jawabannya. Emir tentu saja dengan profesional membalas senyum gadis muda tersebut. Akhir-akhir ini ia memang berhenti bersikap genit pada gadis-gadis muda yang menarik hatinya. Bukan karena kehabisan gairah, tapi ia belajar banyak dari masalah gilanya kemarin.Si pelayan pun langsung menunjukkan jalan menuju kursi yang telah Bentala pesan. Setelah menunggu sekian lama, Bentala akhirnya menghubunginya sekembalinya ia dari Thailand. Emir pun dengan cepat memenuhi permintaan pria yang dicintai putrinya tersebut."Selamat datang, Profesor." Bentala berdiri dari kursinya saat melihat kedatangan Emir. Ia tersenyum formal seraya mengulurkan tangannya, Emir pun dengan sopan membalas uluran tersebut. "Silakan duduk, Prof.""Jangan terlalu kaku, Bentala. Om saja," pinta Emir sembari duduk di kurs
Baca selengkapnya

110. BERITA BURUK

"Ya Tuhan, akhirnya diangkat juga! Bang Zahir, aku enggak bisa menghubungi Bentala, dan aku enggak mungkin menelepon ayahmu. Aku enggak tahu harus menghubungi siapa, dan kebetulan hanya nomormu yang aku miliki. Maafkan aku, aku benar-benar enggak tahu. Kejadiannya begitu cepat. Aku enggak tahu kalau ini bisa terjadi. Ya Tuhan, jam berapa sekarang di Indonesia? Apa kamu sudah bangun? Halo, Bang Zahir? Jawab aku! Rana kecelakaan. Adikmu kecelakaan di Sydney."Jelas saja berita buruk yang dibawa oleh Indira membuat mata Zahir terbuka sempurna. Ia menengok ke arah jam dinding, dan mulai menghitung perbedaan jam antara Denpasar - Sydney. Ia pun menyadari kalau Indira sedang khawatir, dan ia tidak tahu dengan siapa gadis itu sekarang. Jadi, Zahir pun bangun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya."Tolong, tenanglah, Indira." Permintaan itu membuat Indira terdiam di ujung telepon. Zahir pun bersyukur, karena Indira tak lagi berbicara. "Saya membasuh muka terlebih dah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status