Home / Romansa / Di Balik Asmara Sang Aktris / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Di Balik Asmara Sang Aktris: Chapter 91 - Chapter 100

120 Chapters

91. JAMINAN KEBAHAGIAAN

"Segalanya sudah berjalan dengan sangat lancar, Pak. Semua laporan sudah disiapkan dengan baik oleh tim. Untuk Rapat akhir tahun ini semua pasti akan berjalan dengan baik, Pak. Bapak tenang saja. Semua pemegang saham pasti akan memuji anda."Hanya anggukan yang menjadi jawaban Danish. Bentala sendiri tampak sibuk menggulir layar ponselnya. Tak ada satu pun kabar dari Rana. Ia tak memposting foto liburannya, ia juga tak mengabari Bentala, dan ia juga tak melakukan apa pun selama dua puluh empat jam ke belakang.Jadi, Bentala pun memutuskan untuk menanyai Rana terlebih dahulu. Ia berharap Rana akan menjawab pertanyaannya. Dengan begitu, Bentala pun bisa dengan tenang melakukan segala aktifitas. Sejujurnya eksistensi Rana kini berada dalam takhta tertinggi prioritas hidupnya yang datar-datar saja."Pak, anda mendengar saya?"Bentala segera mengangguk, dan memandangi asistennya. "Ya, saya mendengar kamu, Danish. Kalau semuanya sudah berjalan dengan baik, maka kita bisa tenang, kan? Oh, ya
Read more

92. AKHIR DARI PERTIMBANGAN

"Mas Ben, sadar enggak sih, kalau perempuan di belakang Mas Ben melihat ke arah kita terus. Dia enggak biasanya lho, begitu. Selalu fokus, dan on time tiga puluh menit gym. Tapi, sudah empat puluh menit, dia belum pulang juga."Bukannya tidak peduli dengan informasi yang diberikan personal trainer-nya, tapi Bentala benar-benar tidak tertarik. Jadi, ia hanya menggeleng kepada personal trainer-nya yang bernama Raja tersebut. Raja sendiri yang memang sudah tahu tabiat bos-nya cuma terkekeh geli. Raja ini adalah salah satu orang sudah lama mengenal Bentala lama, jadi ia pun juga tahu kalau pernikahan pria itu dengan Tanaya jelas-jelas bukan yang sebenarnya."Jangan coba-coba mengecoh gue," ucap Bentala seraya melirik Raja dengan tajam. "Lo belum mengirim ke gue laporan bulanan. Gue ingat ya, Raja. Lo jangan mengalihkan perhatian gue dengan ngomongin pengunjung lain."Alih-alih kesal, Raja justru tertawa kecil. "Masih tanggal 21 sih, Mas. Santai aja kali. Tapi, serius sih, apa yang gue bil
Read more

93. ANTISIPASI TERBAIK

"Akhirnya kamu meneleponku juga. Maaf, aku baru sampai di apartemen. Tadi, aku makan malam bersama Pak Gandhi. Jadi, aku baru bisa menjawab teleponmu sekarang. Ada apa Rana? Apa kekhawatiran kamu, dan manajer kamu terbukti? Apa asisten kamu memang menyimpan sesuatu?"Bukannya menjawab, Rana justru menghela napasnya dengan sangat kuat. Ia membatalkan semua rencananya. Ia tak akan pergi berlibur ke Padang, tapi ia akan pulang ke Jakarta, dan menyiapkan segalanya untuk mengunjungi Indira di Canberra. Bila memang berita yang akan dirinya, dan Latisha takutkan terkuak, ia akan melarikan diri untuk sementara.Mungkin ini terdengar kelakuan yang cenderung tak bertanggung jawab, tapi Rana tipe manusia yang mudah cemas. Ia harus menyendiri saat semua pemberitaan tertuju padanya. Apalagi pemberitaan yang jelas-jelas tak enak di dengar. Jadi, seharian ia membereskan segalanya, dan menyiapkan apa pun untuk konsekuensi terburuk yang kemungkinan bisa terjadi."Ya," jawab Rana pada akhirnya. "Ben, m
Read more

94. DAYU YANG BERSALAH

"Tish, gue rasa, gue enggak akan bisa sampai pagi deh. Kemungkinan gue benar-benar sampai unit setelah makan siang. Gue harap lo sama Dayu sudah ada di unit gue. Gue mau ngomong sama dia. Oh, ya, maaf ya, kalau permintaan gue merepotkan lo, Tish!"Alih-alih menjawabnya dengan perkataan, Latisha lebih memilih berdeham. Latisha tengah marah pada Rana. Bukannya menghukum Dayu dengan sadis, bosnya tersebut justru melakukan hal sebaliknya yang membuat Latisha tercengang. Ia tak habis pikir dengan isi kepala, dan isi hati Rana yang sebaik malaikat.Rana sendiri tahu, Latisha pasti sangat kesal, saat dirinya menelepon pagi-pagi, dan menjelaskan segala hal yang akan ia lakukan pada Dayu. Awalnya dengan semangat, Latisha pikir Rana akan melakukan tindakan pidana. Tak tahunya Rana justru membantu Dayu keluar dari masalah yang kemungkinan akan muncul secara lebih besar pada kehidupan Dayu."Lo marah ya, sama gue?" tanya Rana saat mendengar Latisha hanya berdeham. "Gue kan, sudah mi
Read more

95. PERGILAH BILA MENGINGINKANNYA

"Hai, aku pikir kamu enggak di rumah. Aku mengirimi kamu pesan, tapi kamu tampak tak berniat melihat ponsel kamu. Apa yang sedang kamu pikirkan, Rana? Kamu tampak asyik terbengong-bengong di situ."Alih-alih menjawab pertanyaan Bentala yang baru saja memasuki unitnya, Rana hanya memberi senyuman tipis. Seraya menggeleng, ia pun menyandarkan tubuhnya dengan pasrah ke kursi malas yang berada di ruang tengah unit apartemennya. Bentala yang melihat Rana tampak tak bergairah hidup langsung menghampiri gadis itu. Ia duduk di dekat Rana, dan mencium pipi gadis itu dengan lembut.Rana pun membalas perlakuan lembut Bentala dengan senyuman termanis. Ia mengulurkan tangannya, menggapai lengan Bentala, dan menariknya agar bergabung di kursi malas yang sebenarnya hanya cukup untuk satu orang. Namun, Bentala selalu punya cara, ia bawa Rana ke atas tubuhnya, dan ia peluk erat agar tubuh gadis kesayangannya tak terjatuh."Jadi, ada apa? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Bentala pelan, seperti sebuah bis
Read more

96. TIBA JUGA WAKTUNYA

"Dengan pernyataan dewan pembina partai Gerakan Maju, maka menegaskan bahwa mereka tidak akan mengusung Bentala Pradaya Byakta sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta. Ini sangatlah tiba-tiba, mengingat selama pemilu presiden dan wakil presiden, Bentala digadang-gadang menjadi calon kuat yang akan diusung beberapa partai yang menjadi pendukung presiden, dan wakil presiden Pranata-Gandhi di pilkada DKI tahun ini."Sesungguhnya selama Rana hidup, ia tak pernah benar-benar peduli dengan dunia politik. Namun akhir-akhir ini sejak Bentala berencana mencalonkan diri sebagai gubernur Jakarta, membuat Rana awas soal berbagai macam polemik soal kekuasaan. Begitu pun saat ia memasuki ruang tengah rumah ayahnya yang mewah. Perhatiannya langsung tertuju pada televisi yang sengaja disetel oleh ayahnya."Tumben nonton tv," celetuk Rana seraya duduk di samping sang Ayah, Emir. Emir langsung tersenyum sumringah saat melihat putrinya datang, menyalami tangannya, dan memeluknya singkat. "Aku pikir Pap
Read more

97. FOTO YANG MENGGEMPARKAN

"Na, fotonya sudah keluar. Gue mesti klarifikasi enggak, Na? Apa ke rencana awal, kalau kita diam aja? Padahal gue sudah mempersiapkan diri, tapi kenapa akhirnya kalang kabut juga ya? Bagaimana nih, Na?"Tak cuma Latisha, Rana pun juga kalang kabut. Ia bahkan melarikan diri dari pertanyaan ayahnya tadi, dan berjanji akan menjawab segalanya setelah ia menghubungi sang manajer. Dia pikir Latisha belum tahu, tapi gadis itu jelas sudah berjaga-jaga kalau-kalau fotonya dipublish oleh salah satu media gosip. Kini ia pun memutar otak, memilih jawaban yang paling dirasa benar."Gue rasa diam saja adalah jalan terbaik deh, Tish.""Kalau beritanya makin liar, bagaimana?" tanya Latisha tak yakin. "Lo dituduh sebagai pelakor, Na. Sumpah gue pengin banget deh, sumpel mulut orang yang bikin tagline begitu. Gila banget sih!""Ya, kalau sekiranya perlu nantinya, baru kita buka mulut. Biarkan deh, berita ini berkembang. Seperti yang sudah kita bicarakan di awal, mungkin akan ramai di satu atau dua min
Read more

98. PENUH KEMARAHAN

"Kamu tahu enggak apa yang kamu lakukan, Rana Diatmika Husada? Kamu berhubungan dengan seorang pria yang sudah beristri? Apa yang ada di dalam pikiranmu, Nak? Kamu seorang princess Husada. Siapa yang enggak mau sama kamu? Kenapa harus suami orang lain? Kenapa, Rana? Jawab, Papa!"Jelas Rana tak bisa berkata-kata. Setelah ia mengakui bahwa apa yang ada di dalam foto tersebut adalah kebenaran, sang ayah jelas sangat marah. Rana tahu di kaca mata siapa pun apa yang dilakukannya adalah salah, tapi sungguh mereka tidak mengerti kejadian yang sebenarnya. Jadi, tugas Rana di sana untuk memberi pengertian pada ayahnya akan apa yang terjadi selama ini.Sayangnya nyali Rana perlahan ciut saat melihat ekspresi Emir yang penuh kemarahan. Ia sudah menyangka hal ini akan terjadi. Tapi, tak pernah terpikirkan di kepalanya bahwa ekspresi marah itu bercampur dengan kecewa."Papa harus mengerti kalau ini bukan seperti yang Papa pikirkan," ucap Rana dengan suara yang sangat pelan. Namun Emir cukup mende
Read more

99. AKHIR DARI KELUARGA GUNAWAN

"MINGGIR KAMU! SAYA MAU BERTEMU DENGAN BOS KAMU! MANA DIA! BENTALA, KELUAR KAMU!"Siapa saja jelas mulai teralihkan perhatiannya saat seorang Mahaka Gunawan berteriak kesal, karena tidak diperbolehkan masuk oleh Danish, asisten pribadi Bentala. Bukan karena Bentala tak ingin bertemu Mahaka, tapi lebih dikarenakan ada seorang investor penting yang tengah bosnya tersebut temui. Namun sayangnya Mahaka tak percaya, dan menganggap kalau Danish hanya membual. Dalam pikiran Mahaka yang sedang diliputi emosi, Bentala hanya tengah menghindari untuk bertemu dengannya."Ada apa, Pak Mahaka?" tanya Bentala yang ternyata berdiri di belakang Mahaka beserta asistennya. Kebetulan ruang rapat yang digunakan Bentala satu lantai terpisah dari ruang kerjanya. "Saya rasa akan tidak pantas bagi seorang Mahaka Andromeda Gunawan untuk berteriak-teriak seperti itu di ruang publik. Ya, meskipun ini ruang publik dengan lingkup kecil, tapi direksi saya yang lain bisa terganggu, karena sikap bapak ini."Mahaka mu
Read more

100. TERIMA KASIH TANAYA

"Pantas saja, Bentala memilih mengejar cinta seorang Rana Diatmika Husada. Ternyata pernikahannya dengan Dr. Tanaya Gunawan memang tidak baik-baik saja. Bahkan dengan tidak tahu malu, dia mengandung anak dari pria lain, dan dengan cepat memutuskan hubungan pernikahan mereka. Sungguh, keempat orang ini benar-benar berada di dalam hubungan yang mengerikan. Apakah realita asmara manusia sekarang serumit, dan gila seperti saat ini?"Jelas saja komentar itu membuat Latisha geleng-geleng kepala. Semenjak keluarnya foto-foto Tanaya dengan seorang pria bule di rumah sakit, ada banyak komentar yang justru tertuju pada pernikahan Tanaya, dan Bentala. Alih-alih menyebut Rana sebagai perusak rumah tangga orang lain, kini netizen Indonesia lebih suka menyebut talent-nya sebagai korban dari hubungan toxic antara Tanaya, dan Bentala. Jujur bukannya merasa senang, Latisha justru merasa miris.Latisha lalu menoleh, memandangi Rana yang tengah membereskan berbagai macam keperluannya untuk berlibur di A
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status