All Chapters of Paman Mafia, Mari Kita Bercerai : Chapter 81 - Chapter 90

112 Chapters

Bab_81

"Julius, tolong mampir ke toko kue dan juga boneka." Luke memerintah. Julius yang tengah menyetir mengerutkan dahi. Mimpi apa tuannya ingin ke toko boneka? Jangan katakan jika tuan mulai gila karena tidak pernah mendapatkan belaian dari nyonya muda Berlian. "Julius! Apa kamu mendengarkanku?" Julius tersentak. Dia dengan cepat mengangguk. "Iya, Tuan. Maaf, saya kaget. Boneka dan kue?" tanya Julius, memastikan dia tidak salah mendengar.Luke hanya mengangguk, memandang keluar jendela dengan wajah yang tampak sedikit lembut. "Ya, boneka dan kue. Dan satu lagi, mampir ke toko perhiasan. Aku juga ingin membeli kalung untuk Berlian."Julius semakin terkejut mendengar itu. Biasanya, Luke lebih fokus pada pekerjaan dan jarang menunjukkan sisi romantisnya. Namun, dia segera mengendalikan ekspresinya dan berkata, "Baik, Tuan."Setelah beberapa saat, mereka tiba di toko kue. Luke memilih kue kecil dengan hiasan sederhana namun elegan. Tidak lama kemudian, mereka mampir ke toko boneka, dan Lu
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab_82

"Heh ... Paman, untuk apa kamu masuk?" kaget Berlian, dia mencoba menutupi tubuhnya di dalam bathtub. Luke yang berdiri di ambang pintu hanya tersenyum nakal. Handuk putih, masih melingkar di pinggang pria itu. "Aku pikir, kamu tidak bisa mandi sendiri. Jadi aku kemari ingin membantumu mandi." Berlian memberikan senyum canggung pada suaminya itu. Selesai makan malam di Gazebo, Berlian memutuskan untuk mandi dan tidur. Sebab besok ia berencana ingin pergi menemui Sarah. Sudah lama Berlian tidak masuk kampus. Entah, dia harus remedial berapa mata kuliah agar dapat mengajukan syarat wisuda. Berlian merapatkan tubuhnya ke sisi bathtub, air yang hangat membelai kulitnya, tapi kehadiran Luke membuatnya sedikit canggung."Paman, aku bisa mandi sendiri. Paman keluarlah." Berlian mencoba menyembunyikan rasa gugup dengan senyum kecil, sambil tetap berusaha menutupi tubuhnya dengan busa sabun.Luke berjalan mendekat, menyingkirkan handuk dari pinggangnya dan melemparkannya ke kursi terdekat
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Bab_83_21++

Sepasang manusia itu tengah bergumul panas di atas ranjang king size. Setelah selesai mandi, Luke dan Berlian memutuskan untuk melanjutkan aktivitas mereka yang sempat tertunda di dalam kamar tadi.Di ranjang yang sudah berantakan, Luke tengah sibuk mengulum puncak dada Berlian. Mulut Luke dengan rakus menyusu di salah satu bukit Berlian. "Ouhh ... Paman ... Do Not Stop Doing This ...," racau Berlian, sementara tangan kanan Berlian berulang kali menggaruk-garuk punggung Luke.Luke semakin liar, tak henti menyusu. Sementara tubuh Luke bergerak maju-mundur, menggempur bagian bawah Berlian, basoka itu mengepak-ngepak dengan liar di dalam sana yang terasa sempit dan sudah sangat basah. "Aaa ... Aaa ... Lian, kamu sungguh mengigit...," leguh Luke.Di bawah kungkungan Luke, dengan napas tersengal disertai kenikmatan yang menjalar, Berlian pun menjawab, "Apanya ... yang ... mengigit, Paman?" goda Berlian. "Lubangmu ... Ahh ... Aku ingin lebih!" jawab Luke terus memompa basokanya. Berlia
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Bab_84

"Paman, aku pergi ke kampus!" Berlian menuruni tangga sambil berteriak. Luke yang baru selesai mengambil beberapa berkas di ruang kerjanya buru-buru mengejar Berlian. "Lian, tunggu!" Berlian berhenti, dia mendongak. "Ada apa?" "Sarapan dulu. Nanti aku yang antar. Tidak boleh pergi sendirian!" Luke melangkah menghampiri istrinya itu. Dua alis Berlian bertautan, tidak biasanya Luke seperti ini. "Aku bisa sendiri. Lagipula, Sarah juga sudah menunggu. Kalau Paman ikut, Paman akan jadi pusat perhatian," ujar Berlian, setengah merengut wajah.Luke mencubit ujung hidung Berlian saat bertatap. "Kamu itu masih kurang sehat. Kenapa? Kamu takut ada yang tertarik denganku?" Berlian mengerucutkan bibirnya seperti cocor bebek. Meski sudah kepala tiga, pesona paman angkatnya itu memang tidak bisa anggap remeh. "Ish ... Kan orang-orang tidak tahu aku sudah menikah—""Mulai sekarang, mereka harus tahu. Ingat, melawan suami nanti dikutuk. Katanya mau berubah." potong Luke. Berlian mengerlingkan
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Bab_85

"Dasar, perempuan sialan!" Eliona mengumpat sambil menendang kursi di kamarnya. "Selalu saja dia mengacaukan rencanaku!" Suaranya terdengar marah dan frustrasi, bergema di seluruh ruangan yang sunyi. Eliona menghempaskan tubuhnya ke kasur, menatap langit-langit dengan mata yang penuh kebencian."Kenapa selalu dia? Kenapa selalu Berlian yang menang?" gumamnya sambil meremas botol kecil berisi cairan yang tadi gagal ia gunakan untuk meracuni jus Berlian. "Dia pikir bisa menang terus-terusan? Tidak akan, aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"Eliona bangkit, berjalan dengan langkah cepat ke arah cermin, menatap bayangannya sendiri dengan mata penuh tekad. "Berlian boleh punya Luke, tapi aku akan pastikan hidupnya jadi neraka. Dan Luke... cepat atau lambat, kamu akan jadi milikku," ujarnya sambil tersenyum licik.Eliona membuka ponselnya, memeriksa pesan dari Juju yang sudah lama ia abaikan. Ada satu pesan baru yang singkat namun jelas, "Kita harus bicara. Ada sesuatu yang bisa kita man
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more

Bab_86

"Paman, aku ingin Paman tahu sesuatu," Berlian membuka obrolan. Saat ini mereka berdua sudah berada di dalam mobil setelah urusan di kampus sudah selesai. Mobil itu melaju ke arah pemakaman Kenneth untuk berziarah."Apa itu?" tanya Luke saat ia tengah menyetir. "Hmm ... Apakah Paman pernah menyuruh Eliona pergi ke ruang bawah?" Luke tampak terkejut mendengar pernyataan istrinya. Selama menikah, ia tidak pernah memberi tahu mengenai ruangan penyekapan itu. "Kamu pergi ke ruang yang tidak sehat itu? Siapa yang memberi izin? Ruang itu adalah penjara orang-orang berbahaya, Lian.""Termaksud ayahnya Eliona?""Iya, dia pamanku. Namanya Galen yang menjadi kunci keberadaan Juju."Berlian tampak berpikir. Apakah ini berhubungan dengan Eliona? Paman dari tadi tidak menjawab. Ia lebih memilih mengalihkan pembicaraan. "Paman, sepertinya Eliona punya niat tidak baik."Luke yang tengah menyetir itu mengerutkan alis. "Eliona tidak seperti ayahnya, Lian. Dia hanya mencari pekerjaan. Karena orang
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

Bab_87

Luke dan Berlian berdiri di depan makam keluarga Kenneth, tempat peristirahatan terakhir dari generasi yang telah lama berlalu. Angin sejuk sore hari menyapu lembut wajah mereka, seakan menyampaikan salam sunyi dari masa lalu yang tak terlupakan. Berlian memandang deretan nama yang terpahat di batu nisan, berusaha menyelami kenangan pahit yang melekat pada setiap sosok yang dimakamkan di sana. Nama-nama itu tidak hanya mewakili leluhur mereka, tetapi juga sejarah kelam yang penuh dengan pengkhianatan, konflik, dan penebusan. Vannet Kenneth, Daniel Wilson, Alaric Kenneth, Nayla Kendrick, Matteo Kenneth, Xavier Kendrick, dan Celine Kendrick—semua orang yang meninggalkan jejak dalam kehidupan Luke dan Berlian, baik leluhur, orang tua, dan paman. Berlian menatap nisan Vannet Kenneth dan Daniel Wilson, seketika air matanya berlinang mengalir di pipinya. Ia Berjongkok, menaburi bunga yang baru saja ia beli. "Ibu, ayah, apakah aku sudah membuat kalian bangga?" suara Berlian bergetar, pe
last updateLast Updated : 2024-09-10
Read more

Bab_88

"Lian, sayang... Akhirnya kamu datang berkunjung!" Vania menyambut kedatangan cucunya dengan kedua tangan terbuka lebar, senyum wanita sepuh itu merekah. Tak ada yang lebih bahagia daripada melihat generasi yang tersisa sehat seperti saat ini. "Nenek, aku rindu!" Berlian memeluk erat tubuh Vania. "Kamu sehat, 'kan, sayang? Kepalanya sudah tidak sakit lagi?" Vania mengelus rambut sang cucu dengan sayang. Lama sekali Berlian tak merasakan perasaan ini. Kebenciannya dan kecurigaan sudah menghapus perasaan lembut Berlian. Merasakan usapan tulus dari sang Nenek, Berlian akhirnya menjatuhkan air mata. "Nek, maafkan Lian, Nek. Aku jahat, aku tidak sopan, dan pernah membentak Nenek," ucap Berlian mulai terisak dalam pelukan Vania. Luke tersenyum, melihat momen hangat antara Berlian dan neneknya. Luke berdiri sedikit di belakang, memberi ruang bagi Berlian untuk merasakan kedekatan yang begitu ia rindukan. Ethan melangkah ke arah Luke, ia langsung memeluk cucu menantunya. "Terima kasih,
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

Bab_89

"Ada apa David?" tanya Ethan, melihat asistennya itu masuk membuka pintu."Tuan, Andrew datang ingin bertemu dengan Tuan Luke," jawab David. Ethan mengerlingkan mata, melirik ke arah Vania. "Dari zaman Firaun pakai popok, sampai bangkit lagi, keluargamu sepertinya tidak pernah melihat keluarga kita tenang, Vani," ujar Ethan, menyindir. Vania mendesah pelan, mengusap tangan Ethan dengan lembut. "Keluarga ini memang selalu penuh dengan drama dan intrik, Ethan. Tapi, mungkin Andrew datang kali ini untuk sesuatu yang penting. Kita tidak tahu niat sebenarnya sampai kita menemuinya, bukan?"Berlian memandang Ethan dan Vania dengan cemas, lalu menoleh ke Luke. "Paman, kamu mau bertemu Andrew? Setelah semua yang terjadi?"Luke berpikir sejenak. "Aku rasa aku harus menemuinya, Lian. Kita tidak bisa terus menghindar. Mungkin ada informasi yang bisa kita dapatkan darinya, atau mungkin ada kesempatan untuk meredakan ketegangan di antara kita."Ethan mengangguk setuju. "Benar, Luk. Terkadang, un
last updateLast Updated : 2024-09-12
Read more

Bab_90

"Aku ... Aku hanya ingin memberikan makanan kepada tawanan atas perintah tuan Luke," jawab Eliona tergagap. Fiona, mengangkat satu alisnya, bersendekap dada, melangkah ke arah Eliona. "Eliona, gerak-gerikmu sudah terbaca. Untuk apa kau harus berpura-pura lagi, hah?!" suara Sofia terdengar menekan. Fiona selama ini hanya berpura-pura. Ia diperintahkan oleh Berlian untuk mengawasi gerak-gerik Eliona. Fiona pun mulai memasang beberapa kamera pengawas yang kiranya Eliona sering melakukan aktivitas. Dan Fiona pun dapat melihat bagaimana Eliona sering memberikan obat tidur pada setiap pelayan yang berada di paviliun. Termasuk juga dengan makanan Fiona. Dan juga beberapa kali Eliona kedapatan melakukan telepon entah dengan siapa. Eliona, merasa terpojok, tidak lagi berpura-pura. Dengan gerakan cepat, dia merogoh saku dan mengeluarkan belati yang berkilau tajam di bawah cahaya lampu. “Oh ... Jadi kamu akhirnya sudah tahu apa niatku datang ke sini, hah?!” ujar Eliona, kedua sudut bibir t
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status