Semua Bab Kakak Ipar Rasa Pacar : Bab 71 - Bab 80

167 Bab

71 || Perubahan Rencana

Darren mendorong kursi roda Nadia dan membawanya ke ruang kerja, tangannya langsung mengunci pintu dan menyalakan alat kedap suara. Membuat Nadia semakin bingung."Gimana maksudnya, Kak?" tanya Gadis itu langsung. "Kakak tahu sendiri kondisiku masih seperti ini, jalan saja harus pakai kursi roda."Darren mendudukkan dirinya di sofa, sementara Nadia masih diam di kursi rodanya dengan tatapan bingung."Kau bisa melakukannya dari sini, Nad. Rumah peninggalan mendiang Ibumu yang sekarang sertifikatmya sudah atas namamu. Kalau kau minta kuasa hukum untuk mengusir Ibu dan Tania, kuasa hukum bisa dengan mudah melakukannya," jelas Darren.Nadia masih terdiam dengan tatapan bingung, otaknya belum mengerti maksud Darren."Apa kau tidak membenci mereka berdua? Ibu dan saudara tirimu?" tanya Darren dengan sebelah alis terangkat naik.Nadia menunduk. Mana mungkin tidak membenci? Tania adalah penyebabnya gagal menikah. Mella selalu menghinanya dan juga mendiang ibunya."Balaskan rasa sakit hatimu,
Baca selengkapnya

72 || Penangkapan

Raka pulang dari Jakarta dan langsung mampir menemui Tania karena wanita itu terus merengek sejak semalam."Papa hilang, Rak. Tadi sore aku sudah lapor polisi, tapi baru bisa dilakukan pencarian besok. Malam ini mereka bilang akan menyebar pamflet, aku sebenarnya kesel banget karena polisi kerjanya lelet!" gerutu Tania.Dia ingin ayahnya segera ditemukan keberadaannya, tetapi polisi tidak bisa langsung bergerak."Sabar dulu, Tan. Besok aku bantu cari. Lagian nggak mungkin ayah pergi jauh, ayah saja lagi sakit. Pasti masih di sekitar sini," kata Raka.Tubuhnya lelah sekali, pria itu agak menyesal telah menuruti ucapan Tania untuk mampir."Kamu jangan pulang dulu, ya. Janji, deh, nanti aku temenin tidur. Mama lagi nyari di luar sekarang, aku takut sendirian di rumah." Tania menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh itu.Membuat Raka semakin mendengus kasar.Pria itu hanya bisa mengangguk tanpa dapat melakukan apa-apa, kunci mobilnya saja dipegang Tania.Sebenarnya dia bisa merampas dan seg
Baca selengkapnya

73 || Sosok Masa Lalu

Pak Hikam memutar rekaman yang dikirimkan oleh Nadia, di depan petugas interogasi dua wanita itu hanya bisa diam terpaku. Wajah mereka memucat, menunduk diam dengan tangan gemetar.Tania yang paling tidak menyangka, dari mana mendapatkan rekaman itu? Setahunya hanya Darren yang tahu, karena mantan suaminya yang memasang kamera tersembunyi di kamarnya."Nggak mungkin 'kan Mas Darren? Tadi Pak Hikam bilang yang bikin laporannya Nadia," batinnya.Dua wanita itu tidak bisa berkutik di hadapan petugas interogasi, mereka dimasukkan ke dalam sel sambil menunggu persidangan guna penetapan hukuman. Karena Pak Hikam menuntut atas kasus pembunuhan berencana.***Di sisi lain, Nadia mengucap syukur saat ibu dan kakak tirinya telah ditangkap. Dia menceritakannya kepada Darren, membuat pria itu tidak kalah bahagia. "Sekarang kita fokus pada penyembuhan Ayah, Nad. Ayah butuh support," kata Darren."Iya, Kak. Sebelumnya ... terima kasih banyak."Darren menggeleng. "Ini belum selesai, jadi jangan be
Baca selengkapnya

74 || Membuat Perjanjian

Pagi ini Darren sudah rapi dengan setelan jasnya, pria itu berencana datang ke rumah kakeknya untuk memberi penjelasan. "Kakak mau kerja? Nggak sarapan dulu?" tanya Nadia yang baru jalan-jalan bersama perawatnya. Darren memang menyewakan perawat khusus, tidak mungkin terus-terusan merepotkan Arabella karena pernikahannya dengan Renaldy tinggal beberapa minggu lagi. "Ada sesuatu yang harus ku urus. Aku pergi dulu." Pria itu melenggang pergi, tidak memberi penjelasan lebih kepada Nadia dan meninggalkan tanda tanya besar di dalam benak gadisnya. Nadia merasa sikap cuek Darren telah kembali. Rasa perhatian yang biasanya dia dapatkan, pagi ini tidak diterimanya. Helaan napasnya terdengar kasar, Nadia mencoba memahami dan memilih masuk rumah untuk menemui Ayahnya. Di sisi lain, mobil mewah Darren sudah berhenti di halaman luas kediaman kakeknya setelah menempuh perjalanan yang tidak seberapa lama. "Kakek ada di dalam?" tanyanya kepada salah satu penjaga. "Ada, Tuan Muda. Tuan Besar b
Baca selengkapnya

75 || Raka dan Embun — Masih Mencintaimu

Kediaman Toni | Ruang Keluarga Semua orang duduk melingkar di sofa panjang mengitari meja oval yang terletak tepat di tengah-tengah ruang keluarga, lampu kristal yang tergantung di atas membuat suasana semakin mewah. "Tinggal di sini saja, Mita. Paman sudah mengembalikan hak Leon kepada kalian, maaf kalau sebelumnya paman malah menjadikan rumahnya Leon sebagai panti sosial," jelas Gilbert.Rumah megah milik Leon yang sebelumnya ditinggali oleh Mita dan Embun memang dijadikan panti sosial, semua itu Bukan tanpa alasan. Gilbert takut rumah itu terbengkalai dan kotor karena tidak kunjung menemukan Mita dan Embun, mangkanya memanfaatkan agar pahala juga mengalir untuk almarhum Leon."Aku sama sekali tidak masalah, Paman. Aku malah senang rumah suamiku bermanfaat untuk orang lain, itu artinya pahalanya juga akan mengalir untuk suamiku," jawab Mita.Wanita paruh baya berhati lembut itu terus menampilkan senyum, bersyukur akhirnya takdir mempertemukan kembali dengan keluarga mendiang sua
Baca selengkapnya

76 || Kehidupan di Penjara

Berbeda dengan Raka yang telah kembali kepada cinta pertamanya, kini Tania harus merasakan kesengsaraan karena mendekam di penjara. "Aku semalaman nggak bisa tidur, Ma. Banyak nyamuk di sini, terus kita cuma pakai tikar tipis yang sudah bolong-bolong!" gerutu Tania.Satu sel diisi enam orang, tidak semuanya tidur dengan tenang. Ada yang mendengkur dan kaki ke mana-mana, hingga Tania harus dilindungi oleh mamanya agar tidak terkena kaki orang lain. Takut bayi dalam kandungannya kenapa-napa. "Mau gimana lagi, Tan? Kalau kamu ngomel Mama jadi makin stres. Mama juga nggak mau di sini, tapi sudah nasib kita."Tania mendorong kasar nampan berisi nasi sayur bening dan tempe goreng, dia tidak selera melihat sarapan seperti itu. "Makanan kayak gini nggak ada gizinya, Ma. Yang ada anakku nggak bisa tumbuh dengan baik di dalam perut. Aaargh ...!""Diam!" sentak seorang wanita berambut panjang berwajah kumal yang sudah muak mendengar keluhan Tania sejak semalam. Empat tahanan lain cukup baik
Baca selengkapnya

77 || Mengungkapkan Perasaan

"Nggak mungkin!" pekik Tania.Tidak! Raka tidak mungkin meninggalkannya. Raka memang tidak menginginkan anak dalam kandungannya, dan saat ini dia juga dipenjara sehingga tidak bisa melayani Raka.Namun, bagaimana bisa tiba-tiba Raka dijodohkan. Ini terlalu mendadak, Tania hampir tidak percaya."Aku sudah dijodohkan, kedatanganku ke sini sekaligus untuk memutuskan hubungan kita." Ucapan Raka langsung menyentak relung hari terdalam Tania.Apa ini? Apa dia dibuang?"Aku mengandung anakmu, Raka. Bisa-bisanya kamu mau menikah sama wanita lain!" desis Tania sambil melirik Embun, berharap Embun mundur setelah tahu.Namun, Embun terlihat biasa saja. Juga Raka yang hanya mampu tersenyum tipis. "Lahirkan anakmu, aku dan Embun yang akan merawatnya." Pria itu menatap calon istrinya. "Dia ... Embun, sudah bilang akan merawat anakmu. Itu lebih baik daripada kamu titipkan ke panti asuhan."Tania terpaku di tempatnya, kilatan matanya memerah memancarkan kemarahan.Sungguh! Menurutnya dunia sangat ti
Baca selengkapnya

78 || Tidak Sengaja Bertemu

"Aku menerimanya," ucap Nadia yang membuat Darren menganga bahagia."Kamu menerimaku?" tanya Darren, menyakinkan.Sebuah anggukan kepala membuat Darren semakin bahagia tak terkira. Ketakutannya langsung sirna, penolakan yang dibayangkannya tadi hanyalah semu dan kini dia diterima masuk ke dalam hati Nadia."Aku memang menerimamu, Kak. Tapi ... aku belum siap nikah dalam waktu dekat. Aku masih ingin mendampingi Ayah meraih kesembuhannya," ucap Nadia.Darren tidak masalah, kepalanya mengangguk mengiyakan persyaratan gadisnya."Aku akan menunggumu sampai kamu siap, Nad. Tidak masalah, katakan saja kalau kamu sudah siap, aku jamin perasaanku tidak akan berubah sampai kapanpun," tutur Darren.Nadia tersenyum tipis, mungkin inilah saatnya dia membuka hati. Sebenarnya gadis itu sudah tahu sejak lama, hatinya menebak kalau Darren punya perasaan lebih jika dilihat dari perhatian dan tatapan yang berbeda. Namun, Nadia selalu menahan karena takut hatinya kembali jatuh kepada orang yang salah.
Baca selengkapnya

Chapter 79

Nadia mengantarkan Brata ke ruang dokter, di sana perawat terkejut melihat Tuan besarnya datang bersamaan seorang gadis. "Tuan? Apa ada masalah? Kenapa Anda datang ke sini dan tidak menunggu saya?" tanya perawat yang takut Tuan besarnya mengalami masalah.Dia sudah menemani Brata selama beberapa tahun, baru kali ini berada datang sendiri ke ruang dokter tanpa dijemput. "Nggak ada masalah. Aku tadi bosan menunggu di mobil, dan gadis ini yang membantuku ke sini," jawab Brata, lantas mengalihkan pandangannya kepada Nadia. "Sekali lagi makasih banyak, Nak. Kamu nggak hanya cantik, tapi juga berhati baik.""Kakek bisa saja, tolong jangan berlebihan. Sudah selayaknya kita menolong sesama manusia," sahut Nadia yang langsung diangguki oleh Brata."Ngomong-ngomong kakimu kenapa bisa sampai begini?" Pria senja itu menelisik kaki Nadia yang digantung ke atas."Ah, ini ... ini gara-gara aku ngejar anak kucing ke jalan raya, nggak tahunya ada truk yang lewat. Akhirnya aku ketabrak, Kek. Tapi ngg
Baca selengkapnya

80 || Datang ke Persidangan

Hari berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah tiga hari Nadia menemani Ayahnya di rumah sakit. Siang ini gadis itu berencana ke kantin bersama Ara, tetapi langkahnya terhenti saat ponsel ayahnya berdering."Sebentar, Kak. Pak Hikam telepon." Ara kembali duduk sambil menunggu Nadia menerima telepon."Halo, Pak?" sapa Nadia setelah mengangkat sambungan telepon tersebut. "Selamat siang, Mbak Nadia. Saya mengabari bahwa besok jam sembilan pagi akan dilakukan jadwal sidang, apakah Mbak Nadia bisa datang? Sidang ini penting sekali untuk memutuskan hukuman yang tepat bagi pelaku, tapi kalaupun Mbak Nadia belum bisa datang, saya bisa mengatur jadwal lagi. Tapi, mungkin perlu waktu sedikit lama. Sekitar dua atau tiga minggu lagi," jelas Pak Hikam dari seberang telepon. Nadia tidak langsung menjawab, dia butuh berdiskusi dulu dengan Darren."Saya akan mendiskusikannya dulu dengan Pak Darren, karena beliau yang akan mengantarkan saya. Secepat mungkin saya akan memberikan jawaban, Pak.""Baik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status