Home / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kakak Ipar Rasa Pacar : Chapter 61 - Chapter 70

167 Chapters

61 || Bertemu

Setelah memastikan Nadia menghabiskan makanannya, Darren langsung kembali ke unitnya karena Ara sudah datang. Pria itu langsung menelepon Anton untuk mendapatkan informasi tentang tujuan Raka ke Jakarta. "Selamat malam, Pak Anton. Maaf mengganggu waktunya," ucap Darren setelah teleponnya tersambung. "Sama sekali tidak mengganggu, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Anton dari seberang telepon. "Oh, iya ... apa Anda sekarang bersama Raka? Saya tadi menelepon Raka, tapi tidak terjawab." Pria itu berkacak pinggang, memikirkan kata yang pas agar Anton tidak curiga. "Setelah makan malam tadi Raka berangkat ke Jakarta, Pak. Memangnya ada apa? Apa Raka melakukan kesalahan?!" Nada pria paruh baya itu mulai terdengar panik. "Tidak, Pak. Saya ingin menawarkan proyek kerjasama. Tapi ternyata Raka tidak ada di rumah, ya?" "Benar, Pak Darren. Raka ke Jakarta, ada yang harus dia selesaikan di sana. Dia datang sendirian, kalau urusannya sudah selesai, saya akan meminta Raka berkunjung
Read more

62 || Kembali Bertemu

"Hei! Cepat kembali ke ruangan anakku, Dokter sudah datang kamu harus tanggung jawab." Bu Mita datang dan langsung menepuk bahu Raka, membuat pria itu mencebik kesal."Sebentar, Bibi. Aku nggak akan kabur, tapi aku juga ada keperluan di sini. Bibi duluan saja, aku akan menyusul!" pekik Raka."Bibi-bibi! Sejak kapan aku jadi bibimu?" Wanita paruh baya itu melotot, membuat Raka semakin kesal apalagi saat tiba-tiba tangannya ditarik paksa. "Ayo! Kamu ini tipe laki-laki yang suka berbohong, terlihat jelas di wajahmu kalau playboy. Makanya aku nggak percaya."Raka berusaha melepaskan cekalan tangan itu, tetapi tenaganya kalah. Dia juga heran, bagaimana seorang wanita paruh baya bisa menggelandangnya dengan kuat?Bu Mita membawa Raka masuk, wanita yang ia tabrak sudah sadar. Kepala dan beberapa anggota tubuh lain diperban, dokter masih di sana sambil membantu pasiennya makan."Siapa walinya?" tanya Dokter."Saya ibunya, Dok."Wanita muda dalam balutan jas putih itu mengangguk sambil tersen
Read more

63 || Ulang Tahun

"Hei, ngapain berhenti di tengah jalan? Ayo masuk!" perintah Bu Mella.Raka gelagapan, ia segera berjalan menggandeng Embun. Niatnya ingin duduk di sebelah meja Nadia, tetapi sudah penuh semua.Meja mereka berjarak sepuluh meter, tidak sekalipun Raka melepaskan tatapannya. Pria itu tidak sadar kalau sejak tadi Embun memandangnya, wanita itu memakai masker dan kacamata hitam karena tidak ingin ketahuan oleh Raka.Ara dan Nadia sudah selesai makan, Raka langsung berdiri hendak mengejar, tetapi tangannya langsung ditarik oleh Bu Mita."Ada apa, sih, Bu?!" pekik Raka dengan suara tertahan."Kamu yang ada apa. Mau ke mana, hah? Kita belum selesai, kok, mau kabur."Raka melongo saat lagi-lagi dituduh. "Anda ini suka sekali menuduh orang, ya, Bu. Dari kemari saya diam, tapi mulut Anda tidak bisa dijaga. Saya datang ke Jakarta ingin menemui seseorang, dan barusan saya melihat orang itu, makanya saya ingin mengejar!"Embun mengisyaratkan ibunya untuk diam, tidak tega melihat wajah Raka yang su
Read more

64 || Dijodohkan?

Darren tiba di kediaman megah itu, ia langsung disambut oleh bodyguard dan diantarkan masuk. Ternyata sudah banyak keluarga yang berkumpul di sana, Darren langsung menyalami satu-persatu sambil menunggu Kakek Brata yang katanya masih ganti baju."Darren ... cucu kesayanganku!" panggil pria senja itu.Satu perawat membantunya berjalan, di usia yang ke seratus dua ini Kakek Brata masih bisa berjalan memakai tongkatnya."Bagaimana kabarnya, Kek?" tanya Darren seraya mengecup kedua pipi kakeknya."Kakek baik-baik saja, Nak. Kamu juga sehat 'kan?" Pria senja itu sudah kehilangan sedikit penglihatannya, tetapi ia masih mengenali wajah Darren.Pendengarannya sudah tidak berfungsi dan kini harus menggunakan alat bantu dengar, tetapi suaranya masih terdengar lantang."Aku baik-baik saja, Kek. Tidak menyangka kakek akan mengundang banyak orang."Kakek Brata tersenyum simpul. "Ini semua untuk merayakan ulang tahunmu, Nak."Keduanya terkekeh, Brata membawa cucunya berkeliling menemui beberapa sau
Read more

65 || Pergilah

"Pergi ...!" teriak Nadia, tangannya menunjuk ke arah Raka. "Aku nggak mau dekat-dekat lagi sama kamu, Raka! Kenapa kamu muncul lagi di hadapanku, hah?!""Nad, tolong dengerkan penjelasanku. Aku datang ke sini untuk mencarimu, aku mau minta maaf karena sudah membuatmu kecewa," kata Raka.Raka semakin mendekat, membuat Nadia langsung membuang pandangan. Ulu hatinya terasa nyeri. Perih tak terperi saat takdir membawanya kembali berhadapan dengan Raka. Demi apapun, Nadia ingin pingsan saja daripada menahan sakit.Seluruh badan gemetaran, pikiran kacau serasa darah berhenti mengalir. Nadia membawa tangannya menekan dada, menahan hatinya yang sudah hancur lebur karena luka batin yang kembali menganga."Aku mohon ... izinkan aku menjelaskannya dulu. Aku memang salah, Nad. Tapi tolong beri kesempatan." Raka terus membujuk Nadia, tidak peduli meskipun gadis itu menutup telinga dengan kedua tangan.Nadia tidak mau mendengarkan apapun, trauma masa lalunya masih membekas. Ia menyaksikan bagaima
Read more

66 || Menolak Perjodohan

Ara datang dan terkejut melihat Nadia tengah berbincang dengan pria asing, dia tidak pernah melihat Raka sebelumya."Kamu ngobrol sama siapa, Nad?" tanyanya sambil memegang bahu Nadia."Kak ...." Nadia menoleh ke arah Ara, menunjukkan air mata yang masih mengalir deras di wajah cantik itu. "Dia Raka, Kak. Dia orang yang sudah membuatku hancur."Kedua netra Ara membelalak, menatap ke arah Raka dan memperhatikan garis wajah pria itu."Berani-beraninya kau menemui Nadia!" teriak Ara.Wanita itu langsung memanggil bodyguard dan meminta untuk membawa Raka pergi. Awalnya Raka memberontak, tetapi akhirnya menurut saat Ara mengancam akan melaporkan ke polisi atas tuduhan tindakan tidak menyenangkan.Ara mendorong kursi roda Nadia untuk kembali ke unit, sepanjang perjalanan gadis itu masih sesenggukan. Seakan sulit sekali menghentikan tangisannya."Nadia ... kamu denger aku?" tanya Ara, mereka baru saja tiba di unit tempat tinggal Nadia, Ara sudah memastikan aman karena ada dua bodyguard yang
Read more

67 || Mengaku Kalah

Darren tiba di apartemen dan langsung menuju unit Nadia, pria itu membuka pintu setelah menempelkan kartu akses. "Nadia ...!" teriaknya.Ara keluar dari kamar, netranya menatap sayu. "Nadia baru saja tidur, Darren. Dia terlalu syok tadi.""Gimana bisa kecolongan, Ra? Aku sudah menempatkan bodyguard di beberapa sisi. Kalau Raka masuk ke area apartemen, seharusnya bodyguardku melihatnya," keluh pria itu.Ara menggeleng sambil mendudukkan dirinya di sofa. "Bodyguardmu tadi sudah menanyai Raka, katanya Raka menginap di unit temannya yang ada di apartemen ini. Dia tadi lagi joging, dan nggak sengaja melihat Nadia."Wanita itu meraup napas dalam, kemudian kembali menjelaskan, "bodyguardmu tadi juga sudah menekan Raka, bahkan sampai melakukan beberapa kekerasan. Akhirnya Raka ngaku kalau dia mendapatkan nomor Nadia dari kakaknya, lalu melacak keberadaan Nadia dan akhirnya bisa sampai di sini.""Kakaknya ... maksudnya kakaknya Nadia?! Berarti Tania yang memberikan nomornya Nadia kepada Raka,
Read more

68 || Pemeriksaan Mata

Darren mengabaikan pesan dari kakeknya, dia meneruskan kegiatan membuat kopi. Tidak peduli banyak pesan teks yang dikirimkan, dia tidak mau memikirkan, toh memang tidak ada waktu memikirkan hal lain selain Nadia.Setelah kopinya jadi, pria itu segera meminta beberapa bodyguardnya untuk ke Surabaya, sekitar lima orang berangkat naik mobil besar hari ini.Sementara di sana, Toni hanya mampu bersandar di ranjang. Tangannya mengucek mata lantaran pandangannya yang mulai kabur."Makan dulu, Pa," kata Mella yang baru saja masuk kamar.Pria paruh baya itu mengangguk, lantas menerima suapan dari istrinya. Dia juga bingung bagaimana bisa penglihatannya jadi tidak jelas seperti ini? Padahal beberapa hari lalu semuanya masih normal. Yang dia ingat, saat bangun pagi selalu pusing dan kesemutan. Lalu tiba-tiba, penglihatannya mulai buram. Toni bahkan harus dituntun saat ke kamar mandi."Semakin lama mataku semakin buram, Ma. Tolong bawa aku ke dokter mata, aku mau periksa," katanya."Iya, Pa. Set
Read more

69 || Membawa Pergi

Orang yang ditugaskan Darren telah tiba di rumah yang disewa oleh Ryan, pria itu langsung membagi tugas seperti yang telah direncanakan bersama Darren kemarin."Aku sudah berkoordinasi dengan perangkat desa. Jadi, ini seratus persen aman," kata Ryan yang langsung diangguki oleh semua teman-temannya.Setelah paham dengan arahan Ryan, mereka langsung berganti pakaian dan membawa peralatan. Mereka akan berpura-pura sebagai petugas survei rumah, Ryan meminta dua rekannya yang bertugas untuk membawa Mella dan Tania keluar rumah.Tidak lama kemudian, mobil sudah tiba di kediaman Toni. Dua orang pria turun, mengetuk pintu dan mengatakan mereka adalah petugas survei.Beruntung Tania dan Mella langsung percaya, apalagi bodyguard yang ditugaskan Ryan memang mempunyai tampang rupawan. Jelas saja Tania langsung menuruti semua ucapan, hingga dia percaya begitu saja saat bodyguard itu mengajak ke halaman belakang."Ayo, kita harus langsung masuk!" perintah Ryan.Dua rekannya mengangguk dan segera m
Read more

70 || Membocorkan Kejahatan

Toni tidak banyak bicara, dia menurut saat Darren membawanya ke kamar mandi. Malam ini, pria paruh baya itu tidur di kamar tamu. Darren berjanji akan menceritakannya besok, katanya sekalian menunggu Nadia. Toni hanya bisa mengangguk pasrah, dia bergegas memejamkan mata berharap agar segera pagi.•Keesokan paginya.Darren menyewa perawat khusus yang ditugaskan untuk merawat Toni, perawat itu yang akan mendampingi ayah mertuanya selama dia tinggalkan bekerja."Makan yang banyak, Yah. Semua ini makanan kesukaan Ayah," ucap Darren.Semua sudah berkumpul untuk sarapan di meja makan, Nadia tidak melepaskan genggaman tangannya. Sejak bertemu dengan ayahnya pagi tadi, dia seolah tidak mau jauh-jauh."Kapan hari aku minta Ryan dan Dokter Erlan, dokter spesialis saraf, untuk ke rumah menyamar sebagai pegawai kesehatan dari desa. Ryan mengatakan ke Ibu kalau mereka ada program pemeriksaan gratis, jadi Dokter Erlan diizinkan masuk ke kamar Ayah. Saat itu Dokter Erlan langsung ambil sampel darah
Read more
PREV
1
...
56789
...
17
DMCA.com Protection Status