Home / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kakak Ipar Rasa Pacar : Chapter 51 - Chapter 60

167 Chapters

Chapter 51

Tania diambang kebuntuan, dia terus berpikir keras agar anaknya nanti dapat hidup dengan layak. Tania tidak akan membiarkan anaknya hidup menderita karena kekurangan harta. Tania menggigit bibirnya, tak kehabisan akal untuk terus berpikir sampai menemukan solusi. Ia berdecak kesal sembari meraup wajahnya dengan gusar. Tania buntu, meski ada beberapa ide, Tania tak yakin dengan idenya itu. "Kamu mikirin apa sih, Tania? Stress bisa mempengaruhi kandungan," kata Mella pada putrinya. Lamunan Tania buyar ketika Mella datang sambil mengguncang bahunya. Bagaimana Tania tidak stress jika keadaan sulit seperti ini. "Gimana aku gak stress, Bu, aku bener-bener pusing harus gimana sekarang," keluh Tania benar-benar kebingungan. Mella menghembuskan napas kasar, dia memijat pangkal hidungnya. Ia jadi ikut pening memikirkan putrinya. "Suruh saja si Raka tanggung jawab, enak banget pergi gitu saja setelah dapat enaknya. Jangan bego, dong, jadi wanita, Tania. Kamu harus tegas, lagian si Rak
Read more

Chapter 52

Toni berdehem pelan, membuat dua orang di ruangan pun langsung menengok ke arah sumber suara. Di ambang pintu ada Toni yang tengah berdiri, entah kapan pria paruh baya itu masuk. Mungkin karena saking asiknya berdua, keduanya tak menyadari ada kehadiran Toni di sini. "Ayah? Eh ... sini masuk, sejak kapan Ayah datang?" tanya Nadia sedikit salah tingkah melihat senyuman di bibir ayahnya. Dia menunduk, mungkinkah Toni memperhatikan perbincangan keduanya tadi? Ah, sepertinya iya. Nadia bisa melihat dari senyuman Toni yang seakan tengah menggodanya. "Baru saja, kok. Kirain kamu sendirian. Ayah ganggu kalian nggak?" tanya Toni. Rupanya dia datang di waktu yang tidak pas. Andai saja dia tahu jika Nadia bersama Darren, mungkin dia tidak akan masuk ke dalam. Toni merasa jadi merusak momen kebersamaan mereka. "Nggak kok, kami senang Ayah datang. Nadia rewel, dia tidak mau makan. Giliran ku paksa baru nurut," sahut Darren mengadu pada ayahnya. Toni menoleh pada putrinya, untung ada
Read more

Chapter 53

Setelah menginap di rumah sakit selama beberapa minggu, Tania diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah stabil. Kandungannya baik-baik saja setelah menjalani pengawasan ketat dari Dokter Raisa. "Kandungannya dijaga dengan baik, ya, Bu. Mulai sekarang setiap tiga minggu sekali Anda harus datang untuk kontrol, mengingat sempat ada masalah dan terancam keguguran," kata Dokter paruh baya itu. Tania memutar bola matanya malas, kemudian menyahut acuh, "kandunganku seperti ini juga karena Anda, Dok. Kalau saja Anda tidak menuruti ucapan suamiku waktu itu, maka kandunganku tidak akan komplikasi."Wanita itu menyambar resep obat dan vitamin, lantas bangkit dari duduk. "Tidak usah sok perhatian dengan saya, Dok. Kalau bukan ibu saya yang mau bawa ke sini, saya juga tidak mau bertemu dengan dokter. Setelah ini saya akan pindah dokter, saya tidak sudi diperiksa oleh dokter penipu seperti Anda!"Tania melenggang pergi keluar dari ruangan, menyisakan Dokter Raisa yang hanya mampu menatap nanar
Read more

Chapter 54

Tania baru pulang dari mengambil obat pelemah saraf otak, wanita itu langsung memberikannya kepada Mella."Kata temenku paling bagus kasih di malam hari, Bu. Tapi kalau mau kasih di pagi juga, nggak papa. Mungkin ... lebih banyak lebih baik," kata Tania.Mella memperhatikan sebotol kaca kecil berisi beberapa kapsul obat, bibirnya tersenyum senang membayangkan rencana balas dendam."Tapi nggak bikin mati 'kan? Ibu takut kalau ayahmu overdosis, terus mati. Kita bisa gagal, dong, Tan." Mella mengerutkan kening, menatap bingung ke arah putrinya."Oh, iya, ya ... nanti malah bikin jantung berdebar-debar. Ya sudahlah, Bu. Dikasihin setiap malam saja," kata Tania."Iya, lebih baik begitu. Pokoknya kita harus membuat ayahmu mengubah sendiri surat wasiatnya. Ibu 'kan nggak bisa ubah ke kuasa hukum, kita masih membutuhkan ayahmu."Tania menarik tangan ibunya untuk duduk di sofa, kemudian berbisik lirih, "Ibu tenang saja. Semuanya akan berjalan baik sesuai keinginan kita."Mella mengangguk setuj
Read more

Chapter 55

[Pak Toni dibawa ke rumah sakit oleh Bu Mella, Pak. Saat ini saya sedang ada di lorong rumah sakit, mengawasi mereka dari jauh. Bu Mella membawa Pak Toni ke dokter umum, sepetinya Pak Toni lagi nggak sehat.]Darren mengerutkan kening membaca pesan dari orang suruhannya, dia merasa aneh dengan ayah mertuanya yang tiba-tiba sakit."Stamina Ayah sangat bagus, beliau jarang sakit meskipun sering lembur. Apa jangan-jangan ada salah makan, ya?" gumam Darren.Pria itu segera membalas pesan dan mengatakan untuk terus mengawasi Toni, sementara dirinya di sini harus fokus kepada Nadia."Kasihan Nadia kalau tahu ayahnya sakit, pasti dia bakal kepikiran." Darren berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, memikirkan alasan yang tepat saat Nadia bertanya tentang sang ayah.Hari ini ada jadwal meeting penting dengan Pak Anton, pria paruh baya itu jauh-jauh datang dari luar kota untuk menemuinya. Mustahil Darren membatalkan begitu saja. Darren berpamitan kepada Ara, dia berpesan kepada kekasih sahaba
Read more

Chapter 56

Tania pulang membawa kekesalan yang membuncah di dalam dadanya, wanita itu berteriak saat baru masuk rumah dan membuat ibunya panik."Ada apa, sih, Tan?! Ayahmu lagi tidur, bisa gawat kalau sampai bangun gara-gara mendengar suaramu.""Ibu sekarang lebih perhatian ke ayah dari pada aku?" tanya Tania, netranya membelalak tidak percaya."Kamu mikir apa, sih? Kita 'kan memang berencana membuat ayahmu sakit. Jadi kamu tahan dulu kalau marah-marah, nanti ayahmu kaget dan malah jantungan," kata Mella.Wanita hamil itu mendengus kesal. "Aku lagi kesel, Bu!" ketusnya seraya mendudukkan diri di sofa ruang tamu."Kenapa?"Mella ikut duduk di samping putrinya, menatap lekat wajah yang sangat mirip dengannya itu dan mendengarkan cerita Tania dengan saksama."Terus sekarang gimana? Nggak mungkin kalau dilahirkan paksa," sahut Mella setelah Tania selesai mengeluarkan semua uneg-unegnya."Ya nggak mungkin, Bu. Aku bisa mati kalau begitu caranya. Kalau aku mati, aku juga yang rugi. Raka masih bisa car
Read more

Chapter 57

"Siapa, sih, telepon-telepon terus?!" ketus Tania.Wanita itu sedang maskeran, tetapi gendang telinganya merasa terganggu dengan ponsel yang terus berdering."Loh, Raka? Mau ngapain dia?" gumamnya saat baru saja mengambil ponsel.Tania menggeser icon hijau lantas menempelkan benda pipih itu ke daun telinganya. "Halo, Rak?""Tan, kamu sudah lihat akun palsu yang mengatasnamakan aku di media sosial? Akun itu juga memakai fotoku untuk foto profil, dan aku lihat dia mengikutimu," jelas Raka yang sontak membuat Tania terperanjat kaget.Dia belum sempat membuka media sosial karena fokus maskeran sejak tadi. "Aku belum lihat apa-apa, Rak. Sebentar!" Tania membuka semua akun media sosialnya, saat itu juga kedua matanya melotot hampir keluar lantaran mendapati foto Raka bersama wanita lain. "Wanita ini siapa? Dia wanita berbeda dari yang kulihat saat melakukan video call bersama Raka dulu," gumamnya.Tania menghela napas panjang dan menghembuskannya kasar, kemudian berkata, "oh ... kamu mau
Read more

58 || Sama-sama Menipu

Nadia baru sadar dari pingsan, netra cantiknya masih berusaha beradaptasi dengan cahaya yang masuk. Hingga dia mendapati Darren merebahkan kepala di ranjangnya. "Semuanya ada di sini?" gumamnya saat mendapati Renaldy dan Ara tidur di sofa. Nadia menggerakkan tangannya karena pegal, tanpa sengaja malah membangunkan Darren. "Kamu sudah bangun, Nad? Bagaimana rasanya sekarang? Apa masih pusing?" Darren memberondong banyak pertanyaan, sedangkan Nadia hanya bisa bengong karena bingung. Apa yang telah terjadi padanya? "Masih sedikit pusing, Kak," bisiknya. "Mau makan? Perutmu belum terisi sejak tadi. Gadis itu menggeleng. "Aku tidak selera makan, Kak. Aku ... kangen ayah." "Aku janji akan bawa Ayah ke sini, tapi kamu harus makan dulu. Jangan sampai saat Ayah datang malah mendapati kamu sakit, ayah bisa sedih," kata Darren. Hening! Nadia tidak bergeming. "Baiklah, Kak. Tapi makan buah saja, aku benar-benar nggak selera." Darren mengangguk sambil mengusung senyum hanga
Read more

59 || Tujuan Raka

Tania sedang duduk di sebuah restoran, berhadapan dengan Raka yang masih menghabiskan makanannya.Wanita itu yang mengajak bertemu. Apalagi tujuannya selain untuk meminta jatah uang? Lumayan juga karena Raka pasti membungkuskan makanan untuk dibawa pulang."Ada yang mau aku katakan, Rak. Ini ... tentang Nadia," bisik Tania yang sontak membuat Raka mendongak.Raka menatap tajam ke arah Tania, seakan meminta Tania untuk segera melanjutkan ucapannya."Ternyata Ayah menyimpan nomor Nadia yang baru, kemarin aku sudah kirim pesan lewat ponsel ayah, dan katanya dia tinggal di apartemen," kata Tania."Apartemen?" Pria dalam balutan kaos putih itu mengernyit, berpikir keras apartemen mana yang menjadi tempat tinggal Nadia."Aku nggak tahu apartemen mana, soalnya dia nggak balas," sambung Tania.Raka menggeser piring yang ada di depannya. "Mana nomornya, Tan? Kalau hanya melacak lokasi saja, aku bisa," ujarnya dengan tatapan serius.Tania mengeluarkan ponsel, setelah menemukan nomor Nadia ia la
Read more

60 || Mengakui

Kondisi Nadia sudah semakin stabil, gadis itu bisa makan banyak tanpa masalah setelah Darren menjanjikan akan membawa Toni ke Jakarta lusa. Entah bagaimana caranya, yang jelas Darren akan mengusahakan. "Besok jadwal kita terapi, Nad. Kamu harus siap dan yakin kalau bakal sembuh," kata Darren. "Patah tulang bisa disembuhkan 'kan, Kak?" "Bisa, dong. Asalkan ada niat, semuanya bisa. Aku akan selalu menemani kamu, jadi kamu jangan merasa takut." Nadia mengulum senyum, masih tidak menyangka kakak iparnya itu yang akan menemani di saat-saat terpuruk, hingga bisa bangkit. "Aku jadi inget mendiang ibuku, Kak. Kalau aku down, pasti ada ibu yang menyemangati. Dulu keluarga kami sangat harmonis, setelah ibu meninggal ... a-aku jadi kehilangan senyum. Apalagi saat awal-awal kedatangan Ibu Mella, Ayah lebih berpihak kepada Kak Tania dari pada kepadaku," ujar Nadia, dengan kepala tertunduk. Darren tidak menyahut, ia membiarkan Nadia mengeluarkan semua uneg-unegnya. "Tapi semua sudah
Read more
PREV
1
...
45678
...
17
DMCA.com Protection Status