Home / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Kakak Ipar Rasa Pacar : Chapter 41 - Chapter 50

167 Chapters

Chapter 41

Berbeda dengan Darren yang hampir kehilangan kewarasannya, Tania malah asyik berbincang di telepon bersama Raka. Wanita itu bermanja, hatinya berbunga-bunga apalagi Raka baru saja mengirimi uang. "Lusa aku ulang tahun, Sayang. Kira-kira ... hadiah apa yang aku dapatkan darimu?" tanya Tania. "Kamu mau minta apa, Tan? Aku sudah mendapatkan semua fasilitas di sini, uangku juga banyak. Kakek ternyata baik, nggak sejahat yang ku kira saat mengajakku ke Jerman," sahut Raka dari seberang telepon. Tania berbinar bahagia mendengarnya, itu artinya jatah bulanannya akan bertambah semakin banyak. "Kemarin aku lihat kalung berlian keluaran terbaru, Sayang. Sepertinya aku akan cantik memakainya," kata Tania. "Nanti kamu pesan, ya. Aku transfer." Tania tersenyum lebar. "Terima kasih, Sayang." Sambungan telepon terputus, Tania kembali membuka salah satu situs jual beli resmi yang sering dikunjungi oleh beberapa hari ini. "Berliannya cantik sekali," gumam Tania. Tangannya bergerak meraba leher
Read more

Chapter 42

Darren tiba di kediaman Toni dan langsung masuk ke rumah, pria itu memaksakan senyum saat berhadapan dengan Tania.Padahal kebenciannya sangat membumbung tinggi saat mengingat obrolan Tania dengan Raka di telepon kemarin malam. Namun, Darren belum ingin masuk ke permainan inti, dia masih ingin membuka dengan sesuatu yang manis."Makasih, ya, Mas. Aku kira kamu nggak akan pulang, aku sudah khawatir akan merayakan ulang tahun sendirian," kata Tania."Aku sudah berjanji, Tan. Tentu aku akan menepatinya," sahut Darren.Tania memeluk tubuh kekar itu, menyandarkan kepala pada dada bidang Darren. Ia sangat senang, dengan begini dia bisa mendengar detak jantung Darren.Namun, tidak dengan Darren. Pria itu malah semakin geram, tetapi belum mau gegabah."Aku nggak sabar ingin periksa kandungan dan mendengarkan detak jantung anak kita, Mas. Pasti rasanya bahagia sekali, kita sudah menunggunya sejak lama 'kan? Pasti anak kita juga tidak sabar untuk segera lahir ke dunia," bisik Tania yang hanya d
Read more

Chapter 43

"Maafkan aku, Sayang," rintih Tania seraya berusaha menyentuh tangan Darren, tetapi pria itu segera menarik tangannya."Aku sudah tidak sudi mendengar panggilan menjijikkan itu lagi. Kau juga memanggil Raka dengan panggilan itu, dan aku tidak mau kau menyamakanku dengan selingkuhanmu!" Darren menunjuk tepat di depan wajah Tania, membuat wanita itu semakin merasa sesak.Tania menggeleng dengan bibir bergetar lantaran isak tangis yang terdengar semakin menyayat. Hatinya perih sekali, tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini.Darren mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya, kemudian menyerahkan kepada Tania."Lihat! Aku sudah melakukan tes DNA janinmu, dan hasilnya cocok dengan DNA Raka," bisik Darren.Tania menerima amplop itu, tangannya gemetar membuka amplop berwarna putih berlogo sebuah rumah sakit.Pandangannya semakin kabur saat membaca tulisan di kertas itu, kenyataan ini begitu menyentak relung hatinya."Kamu mau mengelak seperti apa lagi, Tania? Semua bukti sudah ada,
Read more

Chapter 44 | Permintaan Terakhir

Bidan Eva datang dan langsung memeriksa Tania, wanita itu baik-baik saja dan tidak ada masalah dengan janinnya. Membuat Darren geram karena ia merasa dibohongi."Pikirkan sekali lagi, Nak. Wanita yang hamil tidak boleh dicerai, haram hukumnya. Apa kamu mau mendapatkan azab? Setidaknya tunggu dulu sampai bayinya lahir," ucap Mella.Darren mengurungkan niatnya memarahi Tania, ia kembali fokus pada wanita paruh baya itu.Mella menatapnya tajam, tetapi tidak membuatnya gentar. "Itu kalau Tania hamil anakku, Bu. Tapi dia hamil anaknya Raka, dan aku yakin ibu tahu masalah ini," sahut Darren."Apa ...?!" teriak Toni yang baru saja masuk kamar Tania.Toni baru saja pulang dari rumah rekannya, melihat Bidan Eva keluar dari kamar Tania tentu membuatnya khawatir. Namun, tak menyangka kalau ia malah mendengar kabar mengejutkan ini.Mella meneguk salivanya dengan susah, demikian juga Tania yang langsung bangkit. Matanya membelalak, pandangannya dipenuhi ketakutan melihat Toni berjalan mendekati D
Read more

Chapter 45

Darren menghela napas lirih, kakinya maju beberapa langkah dan membawa Tania ke dalam pelukannya. Wanita itu langsung melingkarkan tangannya pada perut Darren, air mata kembali menetes saat menghirup aroma parfum maskulin yang menjadi favoritnya.Ini terkahir kalinya ia bisa memeluk tubuh kekar itu, membuat perasaannya tiba-tiba sakit.Tania memang berselingkuh, tetapi apakah seorang istri tidak sakit saat berpisah dengan suaminya? Tentu Tania merasa nelangsa."Jaga diri baik-baik, Tan. Untukmu dan anak yang kau kandung, semoga kalian selalu dalam lindungan Tuhan," bisik Darren.Tangannya membelai rambut Tania, menenangkan isak tangis wanita itu dalam bekapan dadanya.Toni dan Mella turut meneteskan air mata mereka. Namun, berbeda, kalau Toni menangis meratapi keluarganya yang hancur, sementara Mella bersedih karena gagal mempertahankan Darren.Darren melepaskan pelukan, ia mendorong tubuh Tania sedikit kuat."Aku akan kembali ke Jakarta, aku akan melakukan hidup di sana," ucapnya. "A
Read more

Chapter 46

"Tunggu, Mas. Kamu tidak bisa pergi begitu saja sebelum kita selesai bicara!" pekik Mella.Wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya, ia segera mengejar sang suami yang berjalan cepat memasuki rumah."Mas Toni!" teriak Mella.Deru napasnya terengah-engah, langkahnya berhenti di ruang tamu saat Toni membalik badan menghadap ke arahnya."Mau bicara apa lagi, Bu? Membahas masalah ini hanya akan menambah kekesalanku kepadamu dan Tania. Kalian berdua sudah sangat memalukan, tapi kalian tetap tidak sadar diri!" ketus Toni.Mella masih tidak bergeming, sementara di belakangnya ada Tania yang menatap kedua orang tuanya dengan pandangan sedih. "Kau hanya bisa membela anakmu tanpa mengajarinya tata krama. Semua yang dia dapatkan hari ini, adalah buah yang kau ajarkan, Bu. Dan nasib putrimu, adalah karma atas perbuatan jahatnya kepada putriku," jelas pria paruh baya itu.Kilatan matanya memancarkan amarah, pupil mata itu melotot sempurna menatap Tania dengan nyalang."Silakan lindungi putrimu
Read more

Chapter 47

Darren tiba di rumah sakit dan langsung berlari menuju UGD, terlihat Renaldy dan Ara duduk di kursi tunggu. "Ren," panggil Darren.Renaldy mengangkat kepala, lantas bangkit dan menepuk bahu sahabatnya dengan pelan."Dokter belum keluar, sebaiknya kamu duduk dulu," kata Reinaldy.Darren menggeleng, kakinya melangkah mendekat ke pintu. Netra elang itu mengintip dari kaca kecil yang ada di pintu, hatinya semakin sesak melihat Nadia terbaring tak berdaya di ranjang pesakitan.Renaldy sudah menyuruh untuk duduk, tetapi mana bisa Darren tenang kalau Nadia sedang mempertaruhkan nyawa?"Apa aku meninggalkanmu terlalu lama, Nad? Seharusnya aku melihat senyummu saat kembali ke sini, tapi malah melihat tubuhmu penuh perban," batin pria itu.Tidak peduli sudah berapa menit jarum jam berputar, Darren tidak mempedulikan kakinya yang mulai terasa pegal.Sampai akhirnya dokter keluar ruangan, Darren langsung memberondong banyak pertanyaan tentang keadaan Nadia."Pasien kehilangan banyak darah, Pak.
Read more

Chapter 48

"Kak Darren," bisik Nadia. Darren langsung berlari menghambur ke ranjang, tangannya mengelus lembut rambut hitam Nadia. Mata elangnya menyiratkan kekhawatiran, cukup lama ia bertatapan dengan Nadia. "Kakiku sakit, Kak. Nggak bisa digerakin," ucap gadis itu dengan suara yang sangat lirih. Darren bingung harus menjawab apa, takut Nadia akan kecewa mendapati kakinya patah. "Aku panggilkan Dokter, ya." Darren memencet tombol khusus yang terletak di sisi ranjang, tidak lama kemudian Dokter dan perawat masuk. Dokter langsung memeriksa kondisi Nadia, seutas senyum tipis terbit di bibir yang membuat Darren penasaran. "Bagaimana kondisi Nadia, Dok? Apa sudah membaik?" tanya pria tampan itu. "Syukurlah, Pak. Semuanya sudah baik, tinggal kita lakukan operasi saja." "Operasi?" timpal Nadia. Dua pria berbeda usia itu menoleh bersaman, menatapnya dengan sedikit terkejut. Membuat Nadia kembali bertanya, "operasi apa?" Hening! Darren tidak langsung menjawab, sementara Dokter jug
Read more

Chapter 49

Nadia dibawa ke ruang operasi, Darren menunggu dengan cemas di luar bersama Toni. Toni baru saja tiba setelah Darren meneleponnya tadi, pria paruh baya itu dijemput oleh orang suruhan Darren tanpa sepengetahuan Mella dan Tania.Dua pria berbeda usia itu sama-sama tidak bisa tenang, mereka tidak duduk dan terus menatap pintu ruang operasi dengan perasaan gusar. "Nak Darren, Nadia tidak kesakitan 'kan di dalam?" tanya Toni dengan suara lirih."Tidak, Yah. Ada dokter anestesi yang bertanggung jawab di sana. Kalaupun kesakitan ... aku yang merasakannya."Toni menoleh, menepuk lembut bahu kekar Darren."Kau menangisi Nadia? Tapi kau tidak menangisi Tania, Nak."Darren menggeleng. "Aku hanya tidak menunjukkannya di hadapanmu, Ayah. Kalau soal Nadia ... aku memang tidak dapat menahannya."Kepalanya menunduk, tidak mau Toni melihat air matanya yang semakin menetes deras. "Ayo duduk dulu," ajam Toni.Darren menurut, kakinya gemetar menahan bobot tubuhnya sendiri. Khawatir ikut tumbang kalau
Read more

Chapter 50

"Gimana?" tanya Mella, wanita paruh baya itu sedari tadi menunggui putrinya.Tania menggeleng, ia sendiri juga bingung. "Aku nggak tahu Raka bisa diharapakan atau nggak, Bu. Dia kayak santai saja tadi, bahkan nggak tanya gimana kondisiku. Raka malah menyalahkanku!"Tania berteriak tanpa takut karena alat penyadap yang ada di kamarnya sudah dibuang, ia yakin Darren tidak akan tahu kelakuannya.Mella tidak kalah gusar. Wajahnya merah padam dengan kedua tangan terkepal. "Semuanya hancur! Padahal tinggal beberapa bulan lagi, tapi malah gagal."Tania tidak menyahut, kakinya mondar-mandir di dalam kamar sambil memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang.Kalau hanya mengandalkan black card pemberian Darren, jelas kurang. Ia ingin foya-foya dan menikmati hidup, sementara kebutuhan anaknya nanti pasti banyak."Aku nggak mungkin minta Mas Darren, Bu. Nomorku saja diblokir, aku nggak bisa menghubunginya. Aku juga nggak bisa menuntut apa-apa, ini bukan anaknya dan aku nggak mendapatkan bagian har
Read more
PREV
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status