All Chapters of Terpaksa Menikahi Pacar Adikku: Chapter 41 - Chapter 50

97 Chapters

41 : Kerusakan dan Kepalsuan

"Apa maksudmu ninggalin Freya sendirian di rumah sakit, huh?!" Begitu tiba di rumah ia melihat Sky tengah menikmati kopi di tangannya. Pria itu duduk memangku kaki dan menyulut rokok bak tanpa beban dan dosa. Sean mencengkeram kerah baju adiknya. Menatap netra Sky dengan tatapan tajam menghunus. Dengan gerakan santai, Sky menepis kedua tangan Sean. Ia bahkan meniupkan asap rokoknya di wajah sang kakak. "Terus, lo minta gue ngapain? Menurut lo, gue bakalan bener-bener bertanggung jawab atas apa yang nggak pernah gue lakuin?" ucapnya enteng. "Bajingan!" Sean melayangkan pukulan pada wajah Sky. Sampai gelas yang di pegang pembalap dunia itu terpelanting dan terburai. Pecahan kaca semburat ke segala arah. Bercak kopi hitam mengenai pakaian Sean dan Sky secara bersamaan. Amarah Sean memuncak. Dia tidak lagi menahan diri jika sudah berhubungan dengan Freya. Sky justru tersenyum miring. "Lo yang bajingan! Lo kira gue pantes sama wanita jalang seperti dia?! Lo kira gue mau sama wanita
Read more

42 : Ibu Susu

Setelah menunggu tiga menit lamanya, Arzeta dipersilakan masuk oleh Zia. Gadis itu meniti penampilan wanita yang berdiri dengan memberikan senyum ayu ke arah sang empu rumah. "Cari siapa?" tanya Zia tidak ramah. Dia menyesal menerima semua orang dengan kelembutan dan tangan terbuka. Terakhir kali dia melakukannya, dua kakaknya berseteru dan terlebih sang abang terluka batinnya. "Saya ingin mengembalikan dompet, Tuan Sean. Kemarin jatuh di parkiran warung seblak saya," ungkapnya jelas. "Masuk!" perintah Zia. Sekali lagi dia memberikan kesempatan pada wanita lain untuk mengobati luka yang diderita saudara lelaki tertuanya. Zeta mengangguk dan melangkah masuk. Masih dengan senyum yang senantiasa terkembang di wajahnya. "Maaf berantakan." Zia terus berjalan dan berujar tanpa melihat ke arah tamunya. Mereka tiba di ruang tengah. Benar saja, mata Zeta seketika membola. Namun, dia lekas membawa diri. Bersikap biasa saja tanpa mengedarkan mata kecuali menatap ke arah Sean. "Tuan kenap
Read more

43 : Tersungkur Sebelum Berjuang

“Hasil seluruh pemeriksaan cukup baik, Tuan. Ibu Nia bisa menjadi ibu susu untuk bayi Anda. Nutrisi setiap harinya harus terpenuhi agar kualitas asi juga terjaga dengan baik,” ujar sang dokter sembari menulis beberapa suplemen yang dibutuhkan untuk Nia. Bahkan beliau mengatakan kata ‘bayinya’ Sean memang menjabarkan semuanya dasn tidak pernah mengutarakan bahwa itu hanya keponakannya. Dia menganggap bahwa anak Freya adalah buah hatinya. Anak dari wanita yang dia kehendaki. Wanita yang belum pernah menggeser tahkta tertinggi di relung jiwanya.“Terima kasih, Dokter.” Sean dibantu Zeta bangkit dan menjabat tangan petugas kesehatan tersebut.“Sebaiknya Anda juga harus melakukan pemeriksaan, Tuan,” imbuh dokter laki-laki itu.“Tentu saja.”Ketiganya kini keluar dengan resep terbaik di tangan Nia. Gadis itu membuntuti di belakang langkah Zeta dan Sean.“Nia, kamu antre obat dulu, ya. Saya mau antar, Tuan Sean ke radiologi.” Nia mengangguk. Dia menurut apa saja yang dikatakan oleh Zeta.Set
Read more

44 : Depresi Berat

Tiga hari setelah kejadian di rumah sakit. Sean sudah pulih. Nia sudah mulai menjalani hidupnya jauh lebih bewarna. Dia rajin memompa asinya. Kemudian mengirimkannya ke rumah Freya sendiri. Bertemu dengan Kinasih yang maha baik. Bahkan, wanita tua itu memintanya untuk menginap di rumahnya saja. Namun, Nia tidak mau. Dia tidak ingin menjadi beban siapa-siapa lagi. Setidaknya, dia bisa mendapatkan pekerjaan tanpa kehilangan pertanda bahwa dirinya pernah memiliki bayi.Sesekali, Nia menjenguk dan menggendong bayi Freya yang hingga kini belum diberikan nama. Sang ibu sendiri sama sekali tidak pernah mendekap bayinya.Fisiknya memang terlihat baik tetapi, Freya masih terguncang dengan jiwanya. Depresi dan hanya ingin berada di kamar sendirian.Zeta semakin sering bertemu dengan Sean. Sekadar berbasa-basi menanyakan kondisi Freya. Kendati dia merasa aneh dalam dirinya saat Sean terus menceritakan segala hal tentang gadis itu.Sean lebih terbuka dengan masalahnya pada Zeta. Wanita itu menjadi
Read more

45 : Keputusan Berat

Denting jam berulang empat kali. Setelah semua pertahanan yang tidak terkendali, Freya akhirnya kalah dengan pikirannya sendiri. Dia kehilangan rasionya setelah melihat Sky. Dua jam terlewat tidak mampu menenangkan gadis itu.Mendengar kegaduhan di kamar anaknya, Kinasih lekas-lekas berlari ke kamar Freya. Ia mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Khawatir kalau-kalau gadis itu melakukan hal nekat lainnya lagi.Suara amukan gadis berambut sebahu itu menggema. Ia meraung dan melempar semua yang terjangkau oleh tangannya ke segala arah. Ruangan gelap ditambah sekarang kacau balau.“Nak! Buka pintunya, Freya,” teriak Kinasih. Ia tidak berhenti menggedor penghalang di depannya.Namun, seruan itu tidak dihiraukan oleh sang pemilik kamar. Ia tetap mengamuk dan mengeluarkan suara dengan kencang.Sampai Sean tiba di hunian tua milik keluarga Freya. Tatapannya langsung tertuju ke lantai atas tempat kamar Freya berada.“Pak, ada apa?” tanya Sean saat melihat Adam dengan langkah tergopoh-gopoh hend
Read more

46 : Rumah Kinar

Setelah berunding cukup lama, seraya menantikan Freya sadar, keputusan mereka bulat. Setelah pulang dari sini, Freya akan diantarkan ke rumah sehat milik Dokter Kinar. Sesuai nama yang tertera di kartu pemberian dokter sore tadi.Pukul tujuh, Freya sudah membuka mata dengan kondisi yang cukup tenang. Ia tidak mengusir keberadaan Sean. Namun, tatapannya hampa. Semangat berjuang hidupnya melemah. Kesunyian sekarang hanya didapatkan dari obat penenang semata.Kinasih dan Adam harus pulang ke rumah. Nia datang mengantarkan asi dan bayi itu masih saja rewel. Rasanya mereka ingin tetap menunggui Freya, tetapi kondisi keduanya sendiri tidak memungkinkan.“Hai. Feeling better, Freya?” Pertanyaan pertama setelah hampir empat hari Sean menahan diri untuk tidak berbicara dan memicu amarah wanita itu.“Di mana anakku?” Freya justru berbalik tanya dengan pertanyaan yang membuat Sean terkejut.Dia dengar dari Kinasih dan Adam, bahwa sejak dilahirkan, ibu muda itu bahkan tidak pernah mendekap bayiny
Read more

47 : Sesuatu Terjadi

Perasaan Sean tidak pernah lebih baik setelah keluar dari rumah sehat Kinar. Pria itu masih berdiri jauh di luar pagar besar gangunan. Rasanya tidak rela meninggalkan Freya di tempat itu. Namun, kembali lagi pada kesehatan wanitanya. Tidak ada yang mengharapkan Freya terluka, baik secara fisik dan mentalnya.“Nak, ayo!” ajak, Adam.Mereka, orang tua Freya sangat paham perasaan Sean. Kinasih terharu dengan kebaikan dan ketulusan Sean. Sayangnya, anak gadisnya tidak memahaminya.“Dia akan baik-baik saja. Freya akan lekas pulih secepatnya, karena tidak melihat luka di tempat ini, Sean,” tambah Adam.Ya! Memang semua orang di dalam sana adalah kehidupan baru. Dalam pikiran Sean hanya bagaimana jika wanita itu kembali mengamuk? Bagaimana jika korbannya bukan hanya dia saja?Sean mengusap wajahnya, kemudian menarik napas dengan sangat dalam. Menarik kembali kesadaran dan ketabahan hatinya, dan menoleh ke arah Adam serta Kinasih yang menunggunya.“Iya, Pak.” Pria itu lantas berjalan mendekat
Read more

48 : Kecelakaan

Mobil hitam Adam terguling. Kinasih terlontar keluar bersama dengan Gatra. Mereka terbanting bersama. Sean memekik melihat kejadian itu. Sementara, kendaraan yang ditumpangi dua pria itu meluncur bebas ke jurang di sisi kiri jalan. Tersangkut di pepohonan agung, kemudian meledak.“Ibu— ibu.” Sean berlarian mendekati Kinasih.Suara tangisan bayi sangat kencang. Setidaknya itu bukti bahwa Gatra masih hidup. Ia lantas meraih tubuh mungil Gatra. Lalu mengguncang tubuh Kinasih berulangkali. Ia juga menatap api yang berkobar sangat besar. Air mata Sean kembali luruh. Membayangkan tubuh Adam dan juga sopir mereka terpanggang di dalam sana.“Ibu bangun, Bu!” teriak Sean. Namun tidak ada pergerakan apa pun dari Kinasih. Sean mendekatkan jari ke hidung Kinasih. Dia tidak merasakan embusan napas. Kemudian ia memastikan dengan menyentuh denyut nadi di pergelangan tangan. Mengulangnya lagi pada pangkal leher Kinasih.“Ibu!” erang Sean.Kinasih sudah tiada. Tubuhnya memang sudah ringkih. Dia sudah
Read more

49 : Jangan Berbohong

Zeta tiba di rumah sakit. Namun, ia tidak lantas segera masuk. Matanya terus saja menatap ke layar ponsel. Menunggu dengan hati tidak sabar. Sampai sebuah motor berhenti di dekatnya. "Mbak Kanaya Arzeta?' tanya pria berhelm itu. " Betul, Pak. Barangnya mana?" Tangan Zeta menengadah untuk meminta pesanannya. Laki-laki yang namanya tertera di layar ponsel dengan tag Agung itu memberikan pesanan Zeta. "Terima kasih, Pak. Ini tip buat Bapak." Lagi, Zeta mengulurkan tangan guna memberikan sedikit rejeki untuk kurir tersebut. Mereka terpisah. Zeta masuk dan mencari keberadaan Sean. Matanya terus menyapu seluruh lorong. Menjejaki koridor demi koridor untuk menemui pria malang itu. Bola mata wanita berambut panjang itu menangkap sosok tinggi dengan pakaian compang-camping yang dia cari. Zeta berjalan perlahan mendekati laki-laki yang setia berdiri di dekat jendela menatap ke dalam ruangan itu. "Dia akan segera pulih," ujar Zeta saat telah tiba di sisi Sean. Pria itu menoleh kearah ke
Read more

50 : Aku Menyayangimu

Bayi sekecil itu harus merasakan betapa tajamnya jarum menusuk ke dalam kulitnya. Juga gerak terbatas karena penyangga di tangannya. Namun, tatapannya tampak tidak merasakan sesuatu yang besar.Zeta tersenyum melihat wajah manis dengan lidah yang sesekali menjulur karena kehausan. “Dia butuh susu, Sean. Bisa kita menepi dulu?” tanya Zeta.Mereka sudah brada dalam perjalanan kembali ke kota. Setengah jam lagi keduanya akan tiba di kediaman Sean. Pukul sembilan pagi tadi, Gatra sudah diizinkan untuk pulang. Namun, infus tetap terpasang di tangannya. Sehingga Zeta harus setia menggendongnya dan meletakkan cairan yang masuk ke dalam tubuhnya tepat di atas kepalanya. Harus lebih tinggi dari posisi bayinya.“Boleh.” Pria itu memasuki rest area. Lalu memutar tubuhnya untuk mencari perlengkapan susu milik bocah itu. Asi yang sudah siap sedot di bangku belakang. Perawat sudah menyiapkan segala keperluan mereka. Tiga botol 120ml, sudah lebih dari cukup untuk satu jam perjalanan.Setelah pria i
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status