Share

45 : Keputusan Berat

Author: Az Zidan
last update Last Updated: 2024-07-22 21:41:38
Denting jam berulang empat kali. Setelah semua pertahanan yang tidak terkendali, Freya akhirnya kalah dengan pikirannya sendiri. Dia kehilangan rasionya setelah melihat Sky. Dua jam terlewat tidak mampu menenangkan gadis itu.

Mendengar kegaduhan di kamar anaknya, Kinasih lekas-lekas berlari ke kamar Freya. Ia mengetuk pintu dengan tidak sabaran. Khawatir kalau-kalau gadis itu melakukan hal nekat lainnya lagi.

Suara amukan gadis berambut sebahu itu menggema. Ia meraung dan melempar semua yang terjangkau oleh tangannya ke segala arah. Ruangan gelap ditambah sekarang kacau balau.

“Nak! Buka pintunya, Freya,” teriak Kinasih. Ia tidak berhenti menggedor penghalang di depannya.

Namun, seruan itu tidak dihiraukan oleh sang pemilik kamar. Ia tetap mengamuk dan mengeluarkan suara dengan kencang.

Sampai Sean tiba di hunian tua milik keluarga Freya. Tatapannya langsung tertuju ke lantai atas tempat kamar Freya berada.

“Pak, ada apa?” tanya Sean saat melihat Adam dengan langkah tergopoh-gopoh hend
Az Zidan

Mau dikasih gems, dong, Kakak-kakak. biar aku semangat terus doble updatenya. Terima kasih.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   46 : Rumah Kinar

    Setelah berunding cukup lama, seraya menantikan Freya sadar, keputusan mereka bulat. Setelah pulang dari sini, Freya akan diantarkan ke rumah sehat milik Dokter Kinar. Sesuai nama yang tertera di kartu pemberian dokter sore tadi.Pukul tujuh, Freya sudah membuka mata dengan kondisi yang cukup tenang. Ia tidak mengusir keberadaan Sean. Namun, tatapannya hampa. Semangat berjuang hidupnya melemah. Kesunyian sekarang hanya didapatkan dari obat penenang semata.Kinasih dan Adam harus pulang ke rumah. Nia datang mengantarkan asi dan bayi itu masih saja rewel. Rasanya mereka ingin tetap menunggui Freya, tetapi kondisi keduanya sendiri tidak memungkinkan.“Hai. Feeling better, Freya?” Pertanyaan pertama setelah hampir empat hari Sean menahan diri untuk tidak berbicara dan memicu amarah wanita itu.“Di mana anakku?” Freya justru berbalik tanya dengan pertanyaan yang membuat Sean terkejut.Dia dengar dari Kinasih dan Adam, bahwa sejak dilahirkan, ibu muda itu bahkan tidak pernah mendekap bayiny

    Last Updated : 2024-07-22
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   47 : Sesuatu Terjadi

    Perasaan Sean tidak pernah lebih baik setelah keluar dari rumah sehat Kinar. Pria itu masih berdiri jauh di luar pagar besar gangunan. Rasanya tidak rela meninggalkan Freya di tempat itu. Namun, kembali lagi pada kesehatan wanitanya. Tidak ada yang mengharapkan Freya terluka, baik secara fisik dan mentalnya.“Nak, ayo!” ajak, Adam.Mereka, orang tua Freya sangat paham perasaan Sean. Kinasih terharu dengan kebaikan dan ketulusan Sean. Sayangnya, anak gadisnya tidak memahaminya.“Dia akan baik-baik saja. Freya akan lekas pulih secepatnya, karena tidak melihat luka di tempat ini, Sean,” tambah Adam.Ya! Memang semua orang di dalam sana adalah kehidupan baru. Dalam pikiran Sean hanya bagaimana jika wanita itu kembali mengamuk? Bagaimana jika korbannya bukan hanya dia saja?Sean mengusap wajahnya, kemudian menarik napas dengan sangat dalam. Menarik kembali kesadaran dan ketabahan hatinya, dan menoleh ke arah Adam serta Kinasih yang menunggunya.“Iya, Pak.” Pria itu lantas berjalan mendekat

    Last Updated : 2024-07-23
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   48 : Kecelakaan

    Mobil hitam Adam terguling. Kinasih terlontar keluar bersama dengan Gatra. Mereka terbanting bersama. Sean memekik melihat kejadian itu. Sementara, kendaraan yang ditumpangi dua pria itu meluncur bebas ke jurang di sisi kiri jalan. Tersangkut di pepohonan agung, kemudian meledak.“Ibu— ibu.” Sean berlarian mendekati Kinasih.Suara tangisan bayi sangat kencang. Setidaknya itu bukti bahwa Gatra masih hidup. Ia lantas meraih tubuh mungil Gatra. Lalu mengguncang tubuh Kinasih berulangkali. Ia juga menatap api yang berkobar sangat besar. Air mata Sean kembali luruh. Membayangkan tubuh Adam dan juga sopir mereka terpanggang di dalam sana.“Ibu bangun, Bu!” teriak Sean. Namun tidak ada pergerakan apa pun dari Kinasih. Sean mendekatkan jari ke hidung Kinasih. Dia tidak merasakan embusan napas. Kemudian ia memastikan dengan menyentuh denyut nadi di pergelangan tangan. Mengulangnya lagi pada pangkal leher Kinasih.“Ibu!” erang Sean.Kinasih sudah tiada. Tubuhnya memang sudah ringkih. Dia sudah

    Last Updated : 2024-07-23
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   49 : Jangan Berbohong

    Zeta tiba di rumah sakit. Namun, ia tidak lantas segera masuk. Matanya terus saja menatap ke layar ponsel. Menunggu dengan hati tidak sabar. Sampai sebuah motor berhenti di dekatnya. "Mbak Kanaya Arzeta?' tanya pria berhelm itu. " Betul, Pak. Barangnya mana?" Tangan Zeta menengadah untuk meminta pesanannya. Laki-laki yang namanya tertera di layar ponsel dengan tag Agung itu memberikan pesanan Zeta. "Terima kasih, Pak. Ini tip buat Bapak." Lagi, Zeta mengulurkan tangan guna memberikan sedikit rejeki untuk kurir tersebut. Mereka terpisah. Zeta masuk dan mencari keberadaan Sean. Matanya terus menyapu seluruh lorong. Menjejaki koridor demi koridor untuk menemui pria malang itu. Bola mata wanita berambut panjang itu menangkap sosok tinggi dengan pakaian compang-camping yang dia cari. Zeta berjalan perlahan mendekati laki-laki yang setia berdiri di dekat jendela menatap ke dalam ruangan itu. "Dia akan segera pulih," ujar Zeta saat telah tiba di sisi Sean. Pria itu menoleh kearah ke

    Last Updated : 2024-07-24
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   50 : Aku Menyayangimu

    Bayi sekecil itu harus merasakan betapa tajamnya jarum menusuk ke dalam kulitnya. Juga gerak terbatas karena penyangga di tangannya. Namun, tatapannya tampak tidak merasakan sesuatu yang besar.Zeta tersenyum melihat wajah manis dengan lidah yang sesekali menjulur karena kehausan. “Dia butuh susu, Sean. Bisa kita menepi dulu?” tanya Zeta.Mereka sudah brada dalam perjalanan kembali ke kota. Setengah jam lagi keduanya akan tiba di kediaman Sean. Pukul sembilan pagi tadi, Gatra sudah diizinkan untuk pulang. Namun, infus tetap terpasang di tangannya. Sehingga Zeta harus setia menggendongnya dan meletakkan cairan yang masuk ke dalam tubuhnya tepat di atas kepalanya. Harus lebih tinggi dari posisi bayinya.“Boleh.” Pria itu memasuki rest area. Lalu memutar tubuhnya untuk mencari perlengkapan susu milik bocah itu. Asi yang sudah siap sedot di bangku belakang. Perawat sudah menyiapkan segala keperluan mereka. Tiga botol 120ml, sudah lebih dari cukup untuk satu jam perjalanan.Setelah pria i

    Last Updated : 2024-07-24
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   51 : Makanan Terhebat

    Zia berjalan dengan langkah yang lebar. Jantungnya berdebar tidak karuan, karena mendapat kabar bahwa sang kakak sudah kembali. Dia ingin melihat kondisi Sean. Bahkan, Zia tidak peduli dengan penampilannya yang masih sedikit lusuh. Pakaian belum ganti sejak semalam dan riasan wajah yang belum dihapus pula. "Bang!" serunya saat menjejakkan kaki dalam rumah. Ia berlarian ke sana ke mari mencari keberadaan sosok tinggi tersebut. "Abang!" ulang Zia. Akan tetapi, kali ini dengan suara yang lebih keras. Ia juga melepaskan high heels yang dikenakan, agar memudahkannya untuk melangkah. "Bang Sean! Ke mana, sih?" gerutunya. Mukanya sudah ditekuk, memberengut dan siap untuk melontarkan umpatan manja pada pria itu. "Ba—" Seketika seruannya berhenti saat mendapati siluet asing di taman dekat kolam renang lantai dasar tersebut. Zia memicingkan mata penuh selidik. Lantas berjalan mengendap-endap mendekati lokasi. Ingin tahu siapa gerangan orang yang sudah masuk tanpa izin itu. Kalau maling gi

    Last Updated : 2024-07-25
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   52 : Ungkapan Jujur

    Sean menatap kepergian Zeta. Kakinya ingin mengikutinya, tetapi sekuat hati dia tahan. Ia putuskan untuk pergi ke dapur. Menyiapkan bahan untuk memulai masak makanan kesukaan adiknya. Menarik wadah berisi udang yang telah dibersihkan kemudian ikan gurame yang ukurannya besar. Lalu pokcoy dan juga brokoli. "Aku bisa bantu," seru Zeta saat telah tiba di dapur. Sean menoleh ke arahnya, melayangkan senyum untuk gadis itu dan memberikan bawang merah dan bawang putih untuk dikupas. "Duduklah! Kamu bisa kupas bawang ini." Zeta menerima bawang tersebut kemudian duduk di kursi. Ia fokus pada bumbu yang dipegangnya. "Zeta, kuharap kamu tidak serius dengan ucapanmu."Gadis itu menghentikan kegiatannya. Matanya pedih, entah karena bawang atau karena ucapan Sean. Namun, wanita itu berpura-pura tidak mengerti akan arah pembicaraan kali ini. "Serius apa? Mengupas bawang?" tanya Zeta. "Jelas harus serius, dong. Kalau kena tangan gimana?" imbuh Zeta. Suaranya tiba-tiba bergetar. Dia sudah menut

    Last Updated : 2024-07-25
  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   53 : Panggilan Sayang

    "Aku tidak tahu harus bilang apa, Zeta. Aku tidak ingin melukaimu terus menerus." Zeta menggeleng. "Aku selalu tahu kalau kamu adalah pria baik, Sean. Ucapanmu tanda bahwa kamu tidak sedang menolakku, tapi kau menjagaku, benar, kan?"Sean menarik tubuh Zeta. Memeluknya dengan penuh kasih. Ia juga mendaratkan satu kecupan di bahu wanita itu. Zeta membalas dekapan Sean. Dia tidak akan menyiakan kesempatan ini. Dia mendapat apa yang dia harap pagi tadi. "Maukah kau memperluas sabarmu, Zeta?""Seumur hidup aku akan pertahankan, Sean." Zeta melepaskan pelukannya. Mereka berjarak tetapi ikatan keduanya mulai semakin dekat kali ini. "Tidak. Tidak selama itu, Zeta. Sampai aku mrmastikan kalau Freya sembuh dari depresinya. Bersabarlah. Gatra butuh aku.""Maka dia juga memilikiku, Sean. Apa yang harus kau jaga maka, aku akan menjaganya pula untukmu.""Terima kasih," bisik Sean. Ia menangkup wajah Zeta dan menyingkirkan air mata yang membasahi wajah perempuan itu. "Cie! Ada yang jadian di

    Last Updated : 2024-07-25

Latest chapter

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   97 : Enam Tahun Terlewat

    Berada di sebuah restoran yang tidak jauh dari Trevis Fountain, Freya, Gatra dan juga balita yang Zeta perkirakan usianya empat tahun itu duduk mengelilingi meja. Menyantap hidangan yang sudah mereka pesan. Tidak hanya itu, Freya tampak kelelahan dengan perutnya yang membuncit.“Hai. Gatra apa kabar, Sayang?” Zeta mengulurkan tangannya dengan senyum yang merekah indah.“Siapa?” tanya bocah itu dengan nada sinis. Dia kembali sibuk mengunyah salad di mulutnya.“Dia tante Zeta. Apa kamu lupa? Dia yang mengurusmu saat kecil, Nak. Kamu lupa?” jelas Sean.“Cukup, Sean. Biarkan Gatra menghabiskan makanannya dulu. Duduklah, kamu boleh bergabung,” papar Freya dengan suara yang paling tidak disukai oleh Zeta.“Ah— terima kasih. Tapi kurasa aku buru-buru. Suamiku sudah menunggu. Selamat menikmati hidangan dan indahnya Roma.” Zeta berbalik badan, tetapi sebelum itu ia kembali menoleh untuk memberikan senyum pada gadis imut yang terus menatapnya dengan rasa penasaran.“Hei, aku punya sesuatu untukm

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   96 : Bertemu Kembali

    Trevi Fountain, di sanalah Zeta berada sekarang. Dalam genggamannya sudah ada dua koin yang hendak ia lempar ke kolam di hadapannya. Menyatukan kedua tangan, ia melangitkan harapan sebelum melempar satu koin itu.“Tersisa satu koin lagi,” ucap seseorang yang sudah menemani sepanjang perjalanannya.“Aku tahu diamlah,” sergah Zeta yang disambut tawa kecil dari rekan spesialnya.“Aku akan lakukan dengan caraku. Katanya dengan cara seperti ini akan lebih mudah untuk dikabulkan, kan?” tambah Zeta.“Hm—? Seperti apa itu?”Zeta berbalik badan membelakangi fountain dan memejamkan mata sama seperti yang dilakukannya pertama kali tadi. Latas melemparkan koin melintasi bahu dengan cukup tinggi dan mendengarkan suara benda berat itu meluncur ke dalam air.Senyum ayunya masih mengembang, saat membuka mata. Akan tetapi, tiba-tiba tubuhnya membeku.Bagaimana bisa? Batinnya. Dia bahkan baru saja melayangkan doanya, dia baru saja meminta pada kepercayaan orang-orang Roma ini. Lalu kemudian sudah berdi

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   95 : Kedatangan Zia

    Bukan hal baru bagi Zeta tidak diharapkan atas hidupnya. Jauh sebelum ini, dia juga pernah disia-siakan. Pernah dibuang, dicaci-maki. Sean menawar sekaligus luka baginya setelah bertahun-tahun lalu. "Pergilah, Zie. Sudah tidak ada yang perlu kamu jelaskan, kan?" Zia menggeleng cepat. "Aku tidak akan pergi sendirian, Zeta. Kamu harus ikut denganku. Kamu harus rebut Bang Sean lagi." "Kamu ingin aku menjadi duri untuk wanita lain? Sedang aku sendiri adalah wanita. Aku menentang pengkhianatan seorang wanita, tapi aku tersakiti oleh wanita." "Zeta—" Zeta menatap Zia intens. Setelah sekian hari dia kehilangan isak tangis. Sekarang air mata itu kembali menguar setetes demi setetes. "Ayahku pecandu alkohol dan suka bermain wanita, sekaligus suka memukul ibuku. Kami berjuang sendiri untuk lari darinya. Tapi selalu gagal. Ayahku berkhianat tidak hanya sekali. Tapi, ibuku adalah orang bodoh yang pernah ada di bumi ini. Dia tetap berdiri di sisinya sampai akhir hayat. Setelah dia meninggal,

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   94 : Penjelasan

    Dalam gelap, suhu ruangan yang terasa membekukan setiap tulang dalam tubuh perempuan berambut sepinggang itu. Netra sepekat malam hanya mampu menatap kosong ke depan. Tanpa arah dan tanpa makna. Jemarinya meremas dan mengusap tidak tentu arah gawai putih miliknya. "Mbak Zeta! Buka, ya pintunya. Mbak harus makan," teriakan Runi yang selalu terdengar puluhan kali dalam sehari. Namun, tidak mampu membuat Zeta beranjak dari kursi Belezza yang ia duduki. Air matanya telah mengering, tersisa rasa sesak yang tidak juga mampu ia tepis. Luka yang membekas begitu dalam. Fisiknya telah rusak, pun demikian dengan jiwanya, kian rapuh. Pikiran yang semakin ringkih. "Masih nggak mau buka, Mas. Sebetulnya Pak Sean ke mana, to? Tega banget buat Mbak Zeta begitu. Kurang apa, sih Mbak Zeta? Ini sudah hampir satu Minggu, masih juga nggak ada kejelasan dari Pak Sean," gerutu Runi pada Bagas. Pria itu sesekali datang hanya untuk menjenguk menanyakan kabar Zeta. Namun, tidak ada kemajuan yang berarti

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   93 : Desas-Desus

    Berulangkali Zeta mondar-mandir di ruangan khusus untuk menantikan kedatangan Sean. Entah sudah seberapa keras gadis itu menggigit bibirnya untuk menghalau kegundahan hatinya. Jemari lentik itu berusaha menelepon nomor kekasihnya sudah lebih dari sepuluh kali. "Bagas, dia datang, kan? Kamu sudah pastikan kalau dia akan datang, kan?!" tegasnya. Keringat sebesar jagung sudah menimpuk riasan di wajahnya. Sekarang bukan keanggunan dan juga menawan di wajahnya. Gurat kecemasan yang justru terpancar kian terang. "Sudah, Mbak. Tadi bahkan, Pak Sean sudah siap dengan setelan peachnya. Mungkin macet, Mbak." Meski Bagas juga merasakan apa yang dikhawatirkan oleh Zeta. Namun, dia berusaha untuk membuat pengantin perempuan itu tenang. "Macet di mananya? Kita tadi jalan aman-aman aja, kan? Jalanan lancar, Bagas!" hardik Zeta. Dia sampai harus menaikkan satu oktaf nada bicaranya. Kendati hal itu tidak dilakukan mereka sama-sama tahu kalau Zeta dan seluruh orang yang hadir juga ketakutan dan

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   92 : Akad Nikah

    Zeta mengerjap cepat. "Aku— ya, kurasa aku mimpi. Dan— dan itu mengharuskan aku telepon kamu di— pagi buta. Anggap saja begitu," jawabnya dengan terengah. "Kami baik-baik saja, Nay. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Gatra tidur dengan pulas malam ini bersama Zie dan Zha. Mereka ada di rumah. Sama sepertimu tidak sabar menanti kan hari esok." "Hanya aku? Bagaimana denganmu? Apa, kamu tidak merasakan hal itu?" Entah sudah keberapa kali, Zeta menggigiti bibir bawahnya. Menekan dan menenggelamkan keresahan yang terus saja timbul saat jawaban atas pernyataannya tidak dijawab sesuai ekspektasinya. "Tentu saja aku menantikannya, Nay. Bahkan aku sangat antusias. Aku akan berdiri menantikanmu dengan jas peach yang kau pilihkan," terang Sean. Ia layangkan senyum yang tidak diketahui oleh Zeta. "Ya. Bisa kubayangkan betapa menawan dan menariknya dirimu, Mine. Kamu harus tahu kalau aku—" Lidahnya tiba-tiba terasa kelu. Ada yang menggantung di tenggorokannya hingga sepatah kata tidak mampu

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   91 : Berkhianat

    "Sean, Sky membaik. Pagi ini, dia minta makan enak katanya. Dia sembuh, Sean." Kabar itu meluncur membawa kehangatan untuk Sean. Dia merasa lega akhirnya sang adik mendapatkan harapan itu. Setelah panggilan itu terputus, Sean beralih pada Gatra dan juga Zeta. Mereka juga sudah jauh lebih baik dari semalam. Tatapan penuh keharuan dan beban yang seolah menguar begitu saja. Sekarang, dia tidak harus memikirkan nasib Gatra. Tidak harus menyembunyikan perasaannya pada Zeta dari Freya. Tidak harus menanggung beban atas kehidupan ibu dan anak itu. Sean menarik langkah mendekati Zeta. Mereka berdua duduk di atas matras dengan taburan berbagai macam mainan milik bocah laki-laki itu. "Mine? Kamu senyum? Ada apa?" Zeta menoleh memerhatikan raut wajah sang kekasih yang terlibat berbinar. "Freya baru saja telpon. Dia bilang, Sky membaik. Dia minta sesuatu untuk di makan. Aku senang, Nay." "Syukurlah. Aku juga ikut senang, Mine. Maaf aku egois dengan mengatakan ini." Sebelah alis Sean teran

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   90 : Demam

    Sorot mata Sean menatap penuh kasih pada Gatra yang terlelap di ranjang bersama dengan Zeta. Mereka baru saja pulang dari klinik. Meneguk obat masing-masing dan kini terpengaruh obat-obat tersebut. Tatapan Sean secara bergantian memerhatikan wajah kekasihnya dan juga anak dari adiknya. Ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Beban yang terasa salah, tetapi juga dirasa tidak benar. Tidak mungkin aku menempatkanmu dalam satu pilihan, Nay. Tapi— bahkan batinnya saja menggantung kalimatnya. Pria itu bertumpu siku pada pahanya. Merangkus wajahnya dengan kasar, mendesah frustasi. Ia raih ponselnya dan menelepon seseorang yang jauh di seberang. "Bagaimana kondisinya?" "Sky— kondisinya semakin menurun, Sean. Aku takut. Saat terlelap begini, seperti tidak terjadi sesuatu padanya. Tapi, suhu tubuhnya tidak turun sama sekali sejak keluar dari ruang pemeriksaan tadi, Sean."Lagi-lagi Sean menghembuskan napasnya secara perlahan. Menyembunyikan kesesakan dalam dirinya. "Semoga saja Tuhan beri

  • Terpaksa Menikahi Pacar Adikku   89 : Kembali

    Tubuh Zeta gemetar bukan main. Selain ia belum tidur sejak kemarin, ia pun tidak memasukkan makanan ke dalam perutnya kecuali air putih. Sekarang, ia menggendong Gatra yang mulai menurut padanya, tetapi suhu tubuh bocah itu meningkat sejak bangun tidur pagi tadi. "Mau Papa, Tante," rengeknya pelan. Tatapan matanya sayu."Mau telpon Paman dulu sampai dia datang, Sayang?" Gatra menggeleng pelan. "Mau papa, bukan telepon," jawabnya masih dengan suara yang lemah. "Sabar, ya. Paman akan segera datang." Gerakan tangan Zeta tidak berhenti barang sebentar. Ia terus mengayunkan langkah dan lengan agar Gatra merasa nyaman. "Mbak Zeta. Di luar ada masalah," lapor Nia. Ia meremas ujung apron yang dia kenakan dengan gerakan kuat. "Masalah apa?" suaranya tidak kalah lirih dari Gatra. Dengan tidak anggun, ia menarik ingus yang sudah hendak keluar dari hidung. "Itu mbak. Pembeli permasalahkan toping, katanya— katanya—""Katanya apa, Nia? Kepalaku pusing banget, bisa lebih cepat ngomongnya?""Ka

DMCA.com Protection Status