Home / Rumah Tangga / Istri Tawanan CEO Kejam / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Istri Tawanan CEO Kejam: Chapter 91 - Chapter 100

133 Chapters

Bab 91: Keluarga yang Hilang, Telah Kembali

Tristan menghela napas panjang memandang Revana dengan tatapan penuh makna, sebelum akhirnya memberikan ruang pada perasaan yang akan tumpah ruah di antara Gave dan Revana.Dengan gerakan halus, ia melangkah keluar, mempersilakan Revana memasuki ruangannya. Pintu sedikit bergeser saat Tristan keluar, meninggalkan hanya celah tipis yang membiarkan cahaya dari luar menyelinap masuk.Revana berdiri di tengah ruangan dengan raut wajah penuh kebingungan. “Bukan soal kamu, kan?” tanyanya, nada suaranya bergetar, penuh dengan ketidakpastian dan kecemasan.Tristan menghentikan langkahnya sejenak di ambang pintu, menggeleng pelan dengan ekspresi tenang yang tersirat di wajahnya. “Bukan, Sayang,” jawabnya dengan nada datar namun penuh empati. “Ini soal kamu dan Gave. Dia ... adalah kakakmu.”Waktu seakan berhenti. Kata-kata itu menggantung di udara, mengisi ruang dengan keheningan yang mencekam. Mata Revana membelalak, rahangnya ternganga tak percaya. Dunia seakan berputar, berubah dari segala
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

Bab 92: Pemintaan Maaf Revana

Pagi itu, di ruang makan yang sunyi, hanya ada dua insan yang duduk berhadapan di meja makan kayu jati yang mengilap. Di luar, mentari baru saja menyembul dari balik awan, mengintip perlahan-lahan seolah malu-malu.Revana menatap Tristan, suaminya, yang sedang asyik menyeruput kopi hitam dari cangkir porselen putih. Keduanya terdiam, terkungkung dalam pikiran masing-masing, namun ada sesuatu yang menggantung di antara mereka—sesuatu yang belum terucap.Revana mengangkat kepalanya, menatap suaminya dengan tatapan ingin tahu. Matanya yang kecokelatan berkilau dalam cahaya pagi yang lembut. "Kamu ... sudah tahu sejak kapan soal ini?" tanyanya akhirnya, suaranya nyaris berbisik namun cukup jelas di telinga Tristan.Tristan menurunkan cangkirnya perlahan, menatap balik ke arah istrinya dengan mata yang tenang, tapi dalam. "Saat mencarimu," jawabnya pelan, dengan nada yang berat seolah mengandung beban yang telah lama dipikul. "Aku mengira jika Gave mencintaimu karena dia terlalu perhatian
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab 93: Musuh Papa Mereka masih Hidup

Gave tertawa pelan mendengar pertanyaan Revana yang tiba-tiba. Ia menoleh ke arah adiknya yang kini menerbitkan cengiran jahil. Wajahnya menunjukkan campuran penasaran dan rasa ingin tahu yang begitu dalam.“Aku mengerti, kamu dan suamimu pasti akan berpikir seperti itu,” ujar Gave, suaranya mengalir lembut namun tegas. “Hanya saja, itu tidak benar. Sejak pertama kali Tristan membawamu ke rumah pun, aku sama sekali tidak tertarik padamu.”Revana menyunggingkan bibirnya, ekspresinya berubah seketika. Ia menoleh cepat menatap Gave, kerutan di keningnya semakin dalam. “Kak. Tapi ... tapi, kamu tidak menyukai sesama jenis, kan?”Pertanyaan itu membuat Gave tertawa lagi, kali ini lebih keras. Suaranya bergema di dalam mobil yang masih melaju pelan. “Tidak, Revana. Aku masih normal. Jangan berpikir terlalu jauh tentang kakakmu ini,” jawabnya dengan nada menggoda, matanya masih menatap jalan di depan. “Aku hanya malas mencari kekasih. Aku takut gagal, dan tidak bisa fokus pada pekerjaanku.”
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 94: Mengejutkan Hati Revana

Mereka telah kembali ke rumah. Kelelahan setelah perjalanan panjang, namun perasaan hangat mengisi hati Revana. Aroma rumah, wangi mawar yang lembut bercampur kayu manis, menyambutnya seperti pelukan lembut seorang ibu yang telah lama tak bertemu.“Permisi, Nona. Ada paket untuk Nona.” Salah satu pelayan memberikan sebuah amplop cokelat persegi panjang kepada Revana.Perempuan itu mengerutkan keningnya. “Untukku? Dari siapa ini?” tanyanya sembari membolak-balikkan amplop tersebut. Tak ada tanda atau petunjuk, hanya amplop polos dengan namanya tertulis rapi di atasnya.Ia melangkahkan kakinya memasuki rumahnya, gemericik sepatu hak tingginya terdengar samar di lantai marmer. Dengan hati-hati, ia merobek tepi amplop, rasa penasaran menggerogoti pikirannya. Siapa yang mengirimkan paket untuknya? Mengapa tanpa nama?“Dari siapa, Revana?” tanya Gave, kakaknya, menghampiri dengan langkah tergesa. Kekhawatiran tersirat di wajahnya, lipatan kecil di dahi yang biasanya mulus tampak lebih jelas
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

Bab 95: Biar Aku saja yang Pergi

“Tristan. Sebaiknya pulang sekarang juga. Aluna … dia membuat onar lagi.” Gave menghubungi Tristan agar pria itu segera pulang. “Ada apa, Gave? Apa yang Aluna lakukan lagi pada Revana?” tanya Tristan sedikit cemas di seberang telepon sana. “Dia … dia mengirim beberapa foto-fotomu dengannya. Kamu pasti tahu foto apa yang dia kirim.”“Sial!” umpat Tristan kemudian menutup panggilan tersebut. Ia menyambar kunci mobilnya dan melangkah keluar dari ruang kerjanya. Tristan melangkah cepat meninggalkan kantornya begitu menerima telepon dari Gave yang mengabarkan kabar buruk. Langkahnya tergesa, seolah detik-detik yang berlalu adalah penentu hidupnya. Napasnya terengah, seakan udara enggan memasuki paru-parunya dengan lancar. Pikirannya kacau, terombang-ambing antara kenyataan yang menjerat dan ketakutan yang menghantui. Begitu sampai di rumah, matanya langsung tertuju pada sosok yang telah menghancurkan ketenangan hatinya.Di ruang tamu yang redup, Revana duduk di sofa dengan tubuh yang g
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Bab 96: Dikabut Emosi

Langit malam yang pekat terasa begitu membebani, seakan turut meresapi atmosfir kelam yang mengelilingi rumah Tristan. Pintu kayu besar berderak pelan saat ia menutupnya di belakang punggungnya, mengunci diri dari kebisingan yang baru saja membakar amarah di antara dirinya dan Revana. Napasnya berat, udara malam yang sejuk tak mampu menyejukkan bara di dadanya. Revana—wanita yang ia cintai—masih terperangkap dalam gelombang ketidakpercayaan, membiarkan api emosinya membakar sisa kepercayaan yang baru saja ia raih."Tuan! Tuan, tunggu!" Terdengar suara langkah tergesa dari kejauhan, sebelum sosok Hendri mendekat. Wajah pria setengah baya itu menampakkan kepedulian yang tak tertutup.Tristan menoleh perlahan, mata kelamnya menyapu wajah Hendri. "Ada apa, Hendri?" suaranya berat, terbalut kelelahan yang tak bisa disembunyikan."Biarkan saya yang menyetir, Tuan. Biarkan saya menemani Anda di luar. Anda terlalu lelah untuk menghadapi semua ini sendirian." Hendri menawarkan diri dengan nad
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Bab 97: Berita Skandal Tersebar

Gave berjalan mendekati Revana yang duduk terdiam di tepi sofa, matanya kosong menatap jauh ke depan seakan mencari jawaban yang tak pernah datang. Udara di ruangan itu terasa berat, diiringi suara detik jarum jam yang terlampau pelan. Gave tak ingin memecahkan keheningan yang rapuh, namun dia tahu, ada sesuatu yang harus dibicarakan.Ia duduk perlahan di samping adiknya, menghela napas panjang. "Masih belum bisa percaya kalau itu hanya foto lama?" tanyanya lembut, mencoba membuka percakapan.Revana menarik napas perlahan, suaranya nyaris tersesat di antara desahan angin kecil yang berhembus dari jendela. "Sulit, Kak," jawabnya akhirnya, suaranya bergetar tipis. "Mereka pernah saling mencintai ... terpisah oleh jarak dan waktu. Mereka pasti saling merindu. Rasanya tidak mungkin jika mereka tidak melakukan apa-apa."Gave memperhatikan wajah adiknya dengan seksama. Mata Revana yang biasanya cerah dan penuh semangat kini tampak lelah dan memerah setelah semalaman menangis. Tangisan itu
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Bab 98: Maafkan Mama

Gave menatap adiknya, Revana, dengan sorot mata penuh iba. Sorotan berita di layar televisi terus bergulir, menampilkan skandal yang memecah belah hatinya. Gave menggeleng pelan, merasa kewalahan oleh situasi yang penuh ketidakpastian ini."Tristan tidak pernah mengatakan apa pun selain bahwa dia akan memberitahu Aluna kalau dia sudah menikah denganmu, Revana." Suaranya tenang, namun ada tekanan yang jelas dalam nada bicaranya. "Jadi, jangan dengarkan apa pun soal berita itu. Itu semua bohong."Gave berharap kata-katanya bisa sedikit menenangkan badai emosi yang melanda Revana. Dia tahu betapa rapuhnya hati adiknya setelah berita tentang Tristan dan Aluna tersebar. Kecurigaan perselingkuhan, desas-desus mengenai hubungan gelap, semua itu seperti belati yang menikam langsung ke jantung rumah tangga mereka.Revana menatap layar televisi itu sekali lagi, matanya terpantul dalam bayang-bayang gambar Tristan dan Aluna yang ditampilkan. Gave bisa melihat betapa dalam luka di hati adiknya,
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 99: Rahasia yang Terungkap

Tristan membuka matanya perlahan, menyadari hanya tiga jam waktu tidur yang sempat ia habiskan. Kepenatan terasa menggantung di pelupuknya, namun tekad untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai jauh lebih kuat daripada rasa kantuk yang menyergapnya. Dalam heningnya kamar, ia meraih ponsel di meja nakas, jemarinya langsung mengetuk layar dan membuka aplikasi yang terhubung dengan CCTV rumahnya, memastikan keadaan Revana, istrinya, yang sedang berada jauh darinya.Ia mengamati layar dengan teliti, memperhatikan sosok Revana yang tertidur di ranjang mereka. Kedamaian yang terpancar dari wajah istrinya membuat dada Tristan terasa hangat, tetapi juga perih karena jarak dan situasi yang memisahkan mereka. Mata tajamnya menatap layar, seolah tengah berjanji pada dirinya sendiri."Aku akan membuktikan bahwa aku tidak salah, Revana. Sebelum menemukan bukti yang akurat, aku tidak akan berhenti," gumamnya dengan suara serak dan berat, lebih mirip bisikan yang bergema dalam ruang sunyi itu.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 100: Biarkan Dia Kembali

Tristan duduk di kursinya, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh Jay. Dengan tangan yang letih, ia memijat keningnya, mencoba mengusir pusing yang terus mengganggu. Sejak peristiwa yang menggoreskan luka di antara dirinya dan Revana, kehidupan menjadi seperti sebuah persimpangan yang penuh duri."Tolong beritahu Revana soal ini. Aku tidak bisa menemuinya sebelum dia memaafkanku," gumam Tristan lirih, mengeluarkan segala kepedihan yang membebani hatinya. Hanya Jay yang tahu bagaimana luka dan kerinduan itu menggumpal di benaknya.Jay, berdiri tegap di hadapannya, menghela napas kasar, menatap sahabatnya yang tampak semakin rapuh. "Baiklah," jawabnya datar namun tulus. "Jaga kesehatanmu, Tristan. Tubuhmu sudah kurus, jangan sampai semakin kurus."Tristan mendecak pelan, membalas tatapan penuh nasihat itu dengan dingin. "Ck! Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan, Jay. Jangan menasihatiku. Biar kurus begini, aku masih sehat."Jay hanya mengangkat bahu, memah
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status