Share

Bab 96: Dikabut Emosi

Penulis: Suhadii90
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-05 23:16:08

Langit malam yang pekat terasa begitu membebani, seakan turut meresapi atmosfir kelam yang mengelilingi rumah Tristan. Pintu kayu besar berderak pelan saat ia menutupnya di belakang punggungnya, mengunci diri dari kebisingan yang baru saja membakar amarah di antara dirinya dan Revana.

Napasnya berat, udara malam yang sejuk tak mampu menyejukkan bara di dadanya. Revana—wanita yang ia cintai—masih terperangkap dalam gelombang ketidakpercayaan, membiarkan api emosinya membakar sisa kepercayaan yang baru saja ia raih.

"Tuan! Tuan, tunggu!" Terdengar suara langkah tergesa dari kejauhan, sebelum sosok Hendri mendekat. Wajah pria setengah baya itu menampakkan kepedulian yang tak tertutup.

Tristan menoleh perlahan, mata kelamnya menyapu wajah Hendri. "Ada apa, Hendri?" suaranya berat, terbalut kelelahan yang tak bisa disembunyikan.

"Biarkan saya yang menyetir, Tuan. Biarkan saya menemani Anda di luar. Anda terlalu lelah untuk menghadapi semua ini sendirian." Hendri menawarkan diri dengan nad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 97: Berita Skandal Tersebar

    Gave berjalan mendekati Revana yang duduk terdiam di tepi sofa, matanya kosong menatap jauh ke depan seakan mencari jawaban yang tak pernah datang. Udara di ruangan itu terasa berat, diiringi suara detik jarum jam yang terlampau pelan. Gave tak ingin memecahkan keheningan yang rapuh, namun dia tahu, ada sesuatu yang harus dibicarakan.Ia duduk perlahan di samping adiknya, menghela napas panjang. "Masih belum bisa percaya kalau itu hanya foto lama?" tanyanya lembut, mencoba membuka percakapan.Revana menarik napas perlahan, suaranya nyaris tersesat di antara desahan angin kecil yang berhembus dari jendela. "Sulit, Kak," jawabnya akhirnya, suaranya bergetar tipis. "Mereka pernah saling mencintai ... terpisah oleh jarak dan waktu. Mereka pasti saling merindu. Rasanya tidak mungkin jika mereka tidak melakukan apa-apa."Gave memperhatikan wajah adiknya dengan seksama. Mata Revana yang biasanya cerah dan penuh semangat kini tampak lelah dan memerah setelah semalaman menangis. Tangisan itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-07
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 98: Maafkan Mama

    Gave menatap adiknya, Revana, dengan sorot mata penuh iba. Sorotan berita di layar televisi terus bergulir, menampilkan skandal yang memecah belah hatinya. Gave menggeleng pelan, merasa kewalahan oleh situasi yang penuh ketidakpastian ini."Tristan tidak pernah mengatakan apa pun selain bahwa dia akan memberitahu Aluna kalau dia sudah menikah denganmu, Revana." Suaranya tenang, namun ada tekanan yang jelas dalam nada bicaranya. "Jadi, jangan dengarkan apa pun soal berita itu. Itu semua bohong."Gave berharap kata-katanya bisa sedikit menenangkan badai emosi yang melanda Revana. Dia tahu betapa rapuhnya hati adiknya setelah berita tentang Tristan dan Aluna tersebar. Kecurigaan perselingkuhan, desas-desus mengenai hubungan gelap, semua itu seperti belati yang menikam langsung ke jantung rumah tangga mereka.Revana menatap layar televisi itu sekali lagi, matanya terpantul dalam bayang-bayang gambar Tristan dan Aluna yang ditampilkan. Gave bisa melihat betapa dalam luka di hati adiknya,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 99: Rahasia yang Terungkap

    Tristan membuka matanya perlahan, menyadari hanya tiga jam waktu tidur yang sempat ia habiskan. Kepenatan terasa menggantung di pelupuknya, namun tekad untuk menyelesaikan apa yang telah ia mulai jauh lebih kuat daripada rasa kantuk yang menyergapnya. Dalam heningnya kamar, ia meraih ponsel di meja nakas, jemarinya langsung mengetuk layar dan membuka aplikasi yang terhubung dengan CCTV rumahnya, memastikan keadaan Revana, istrinya, yang sedang berada jauh darinya.Ia mengamati layar dengan teliti, memperhatikan sosok Revana yang tertidur di ranjang mereka. Kedamaian yang terpancar dari wajah istrinya membuat dada Tristan terasa hangat, tetapi juga perih karena jarak dan situasi yang memisahkan mereka. Mata tajamnya menatap layar, seolah tengah berjanji pada dirinya sendiri."Aku akan membuktikan bahwa aku tidak salah, Revana. Sebelum menemukan bukti yang akurat, aku tidak akan berhenti," gumamnya dengan suara serak dan berat, lebih mirip bisikan yang bergema dalam ruang sunyi itu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 100: Biarkan Dia Kembali

    Tristan duduk di kursinya, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja ditutup oleh Jay. Dengan tangan yang letih, ia memijat keningnya, mencoba mengusir pusing yang terus mengganggu. Sejak peristiwa yang menggoreskan luka di antara dirinya dan Revana, kehidupan menjadi seperti sebuah persimpangan yang penuh duri."Tolong beritahu Revana soal ini. Aku tidak bisa menemuinya sebelum dia memaafkanku," gumam Tristan lirih, mengeluarkan segala kepedihan yang membebani hatinya. Hanya Jay yang tahu bagaimana luka dan kerinduan itu menggumpal di benaknya.Jay, berdiri tegap di hadapannya, menghela napas kasar, menatap sahabatnya yang tampak semakin rapuh. "Baiklah," jawabnya datar namun tulus. "Jaga kesehatanmu, Tristan. Tubuhmu sudah kurus, jangan sampai semakin kurus."Tristan mendecak pelan, membalas tatapan penuh nasihat itu dengan dingin. "Ck! Lakukan saja apa yang harus kamu lakukan, Jay. Jangan menasihatiku. Biar kurus begini, aku masih sehat."Jay hanya mengangkat bahu, memah

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 101: Mencintai Revana Berkali-kali Lipat

    Jay duduk di samping Gave di sofa ruang tengah, napasnya berat, seperti membawa beban yang tak kasat mata. Matanya menatap langit-langit, seakan mencari jawaban di sana sebelum akhirnya berbicara.“Aku baru saja bicara dengan adikmu agar memaafkan Tristan. Tapi, dia hanya diam, tanpa reaksi, seolah setiap kata yang kuucapkan terhempas oleh dinding perasaan yang dingin dan tebal,” ujarnya pelan, nyaris seperti bisikan yang hilang bersama angin.Gave menganggukkan kepalanya dengan pelan, menghela napas panjang. "Ya. Tapi, meskipun Tristan kembali, aku yakin, Revana sudah siap menyambutnya dengan tatapan yang tak lagi sama, mungkin serupa embun pagi yang beku, seperti keteguhan es di tengah musim salju." Suara Gave terdengar seperti kenangan yang nyaris pudar, namun tetap terasa pedih.Jay mengangguk pelan, matanya menyipit dengan sorot perenungan yang dalam. "Kamu benar, Gave. By the way, selama ini, Tristan... dia ditipu oleh Aluna."Alis Gave terangkat tinggi, matanya menyiratkan kein

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 102: Bukan Wanita Gila Sepertimu!

    Satu minggu kemudian...Sudah dua minggu lamanya Tristan tidak pernah kembali ke rumah, seolah dia meninggalkan sebagian dirinya di sana, tetapi jiwanya enggan untuk kembali. Bahkan bujukan dari Gave pun tak lagi memiliki daya.Dalam hatinya yang penuh luka dan ego yang terasa teriris, Tristan bertekad—dia tidak akan pulang sampai bisa membuktikan bahwa dirinya benar, meskipun dunia menganggapnya salah."Tristan, aku menemukan keberadaan Aluna!" Jay tiba-tiba datang, suaranya sedikit tergesa, namun penuh dengan ketegasan.Di sana, di ruang kerjanya, Tristan berdiri diam seperti patung yang kehilangan cahaya, matanya menatap kosong pada pemandangan kota yang terbentang di balik jendela kaca, seakan menyembunyikan segala badai di hatinya.Mendengar nama itu, Tristan menoleh cepat ke arah Jay. Ekspresinya datar, namun sorot matanya tajam bak pisau yang siap menusuk."Beritahu aku di mana wanita jalang itu berada," ucapnya, suaranya datar namun sarat dengan dingin yang mencekam, seperti m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 103: Belanja Keperluan Bayi

    Jam dinding menunjuk angka sembilan pagi ketika Revana berjalan mendekat ke arah Hendri, yang tengah duduk di mini bar, menyesap kopi hitamnya yang masih hangat. Ruangan itu dipenuhi aroma kopi yang pekat, menghangatkan suasana pagi yang tenang."Hendri, Kak Gave ke mana?" tanyanya dengan suara lembut, ada nada keingintahuan di matanya yang teduh.Hendri menatap Revana dan tersenyum kecil. "Gave dipanggil ke kantor sama suami kamu, Revana. Ada apa?" tanyanya dengan nada ingin tahu.Revana mengangguk pelan, bibirnya melengkungkan senyum tipis. "Oh, jadi lagi di kantor Mas Tristan," ucapnya, suaranya hampir seperti bisikan yang tenggelam dalam pikirannya sendiri.Hendri menatapnya, melihat ada sesuatu yang lain di balik senyumnya. "Ada apa?" tanyanya sekali lagi, penuh perhatian.Revana mengusap perutnya dengan lembut, matanya menatap penuh kasih pada kehidupan yang tumbuh di dalamnya. "Usia kandunganku sudah tujuh bulan, Hendri. Tapi, aku belum membeli apa pun untuk anakku," katanya, s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 104: Kecelakaan

    Setelah hampir tiga jam di mal, Hendri dan Revana memutuskan untuk pulang, membawa tas-tas berisi baju dan perlengkapan mungil yang penuh warna-warni, siap menyambut bayi yang segera lahir ke dunia.Di dalam mobil, Revana duduk sambil merapikan kantung belanja mereka, dan tiba-tiba, ia teringat sesuatu yang selama ini membuatnya penasaran."Hendri?" panggil Revana lembut.Hendri menoleh dari kursi kemudi, tersenyum ramah. "Ada apa, Revana?""Kamu betah, kerja dengan Mas Tristan?" tanyanya, matanya memancarkan ketulusan yang ingin benar-benar memahami sosok yang selama ini berdiri di sisi suaminya.Hendri tersenyum, mengangguk penuh keyakinan. "Tentu saja. Tuan Tristan sudah seperti kakakku sendiri, Revana. Dia sangat baik meskipun kadang… menyebalkan juga. Apalagi kalau sudah memerintah," candanya dengan nada santai.Revana terkekeh pelan, ada kehangatan dalam tawa ringannya. "Kalau sudah mau, harus cepat-cepat dituruti, ya?" tanyanya, nada suaranya seperti memahami betul apa yang dik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02

Bab terbaru

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 133: Akhir Bahagia Kita

    Tristan yang sejak tadi diam, mengangguk kecil. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Gave. Tak butuh waktu lama, suara Gave yang penuh semangat terdengar dari seberang."Laura di sana? Serius? Dia melahirkan?!" seru Gave, suaranya melonjak kegirangan. Terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa, seperti Gave sedang berjalan sambil berputar-putar karena terlalu bahagia."Iya, Laura ada di sini. Bayi kalian lahir dengan selamat," jawab Tristan sambil tersenyum kecil.Dari seberang, suara Gave terdengar gemetar penuh haru. "Aku memang ingin menikahi Laura. Aku sudah mengajukan cuti untuk menyiapkan semuanya. Aku tidak menyangka bayi kami lahir lebih cepat dari prediksi dokter. Aku akan segera ke sana!"Tristan menutup telepon dan menatap Revana dengan tatapan geli. "Nah, kamu dengar sendiri, kan? Semua sudah jelas sekarang."Ketika Gave akhirnya tiba di rumah sakit, suasana menjadi semakin hangat. Dengan wajah penuh kerinduan, ia memeluk Laura erat, mengecup keningnya, lalu mengali

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 132: Dia Kekasih Gave

    Revana akhirnya mengangguk pelan, meskipun hatinya masih penuh dengan keraguan dan luka.Sementara Tristan dan Hendri membantu wanita itu berjalan ke luar rumah, Revana berdiri diam di ambang pintu, menyaksikan mereka dengan campuran emosi yang tak terungkapkan."Revana!! Kenapa kamu diam. Ayo kita ke mobil. Tuntun Laura, cepat." Suara Tristan meninggi pada Revana.Revana mendengkus kesal dan tanpa suara air matanya menetes saat membukakan pintu mobil. Sementara erangan Laura makin membuat suasana begitu menegangkan."Aagh ... Aduh!" tak urung Laura memegang erat tangan Revana menahan rasa sakit tak tertahankan yang sebentar datang lalu reda. Lalu datang lagi sakitnya.Tristan mengemudi. Hendri dan Revana duduk di jok belakang di sisi kiri kanan Laura, sementara Laura merintih dengan wajah pucat.Jeritan Revana memenuhi lorong rumah sakit, bergema seperti sembilu yang menyayat hati Revana.Napasnya memburu, dadanya berdebar, namun bukan karena rasa simpati.Ia duduk di kursi tunggu d

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 131: Membawa Seorang Wanita?

    Revana menatap meja makan dengan rasa puas. Ia merasa seperti ini adalah momen yang tepat.Sebentar lagi Tristan akan pulang, dan mereka akan merayakan ulang tahunnya bersama keluarga kecil mereka. Namun, di balik itu semua, ada sebuah kabar besar yang ingin ia bagi—kabar yang akan mengubah segalanya.Dengan hati yang penuh harapan, Revana duduk di kursi dan menunggu. Waktu terasa berjalan begitu lambat, seakan momen yang diinginkan belum tiba.Tetapi, ia tahu, kejutan ini akan menjadi awal dari babak baru dalam hidup mereka. Sebuah babak yang akan membuat mereka semakin dekat, semakin kuat, dan semakin bahagia.Tak lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka, dan langkah kaki Tristan masuk ke dalam rumah. Revana berdiri, matanya bersinar penuh kebahagiaan, siap untuk memberi kejutan yang sudah ia siapkan dengan penuh cinta.Bau kue manis masih tercium di dapur ketika suara pintu depan terbuka. Revana, yang tengah mengatur meja makan, mendongak dengan senyum lebar di wajahnya."Mas T

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 130: Kejutan untuk Suami

    Revana menatap suaminya dengan mata berkaca-kaca. Semua pengorbanan, semua perjuangan yang mereka lakukan, kini membuahkan hasil yang indah.Mereka bukan hanya pasangan, tapi juga sahabat sejati, yang saling mendukung dalam segala hal. Mereka telah melewati masa-masa sulit, dan kini mereka bisa menikmati momen-momen indah ini bersama.Ketika Naira kembali berlari ke arah mereka, wajahnya dipenuhi kegembiraan yang tak terbendung, Revana dan Tristan saling berpandangan, dan senyum lebar pun terukir di wajah mereka.Mereka tahu, kebahagiaan ini adalah hasil dari cinta yang telah tumbuh dalam hati mereka, dari segala perjuangan yang mereka lakukan bersama.Pada saat itulah, Revana merasakan kebahagiaan yang sejati, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Cinta yang dulu hanya dimulai dari keinginan sementara, kini berubah menjadi sebuah ikatan yang tak terpisahkan. Dalam pelukan keluarga kecil mereka, Revana merasa dunia ini penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas.Dan dengan suara gelak

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 129: Holiday Time!

    Pantai itu tampak indah dengan pasir putih yang membentang luas, dipadu dengan air laut yang berkilauan di bawah sinar matahari.Ombak datang bergulung-gulung, menghantam bibir pantai, menciptakan suara gemuruh yang menenangkan.Di tengah pemandangan yang menakjubkan itu, Tristan, dengan wajah lelah, berlari mengejar seorang gadis kecil yang tak kenal lelah, Naira.Matanya yang penuh kegembiraan dan keceriaan, tak bisa berhenti berlari di sepanjang garis pantai, membiarkan pasir menempel pada kaki telanjang kecilnya."Naira! Jangan lari ke sana, sayang!" seru Tristan dengan napas terengah-engah, mencoba mengejar anaknya yang semakin menjauh.Namun Naira justru tertawa riang, melangkah lebih cepat, seolah menikmati kebebasannya yang tidak terbatas.Dengan senyum penuh ceria, dia menoleh sebentar untuk melihat ayahnya, seolah mengatakan, "Kejar aku, Papi!" Lalu, tanpa peringatan, dia berlari lagi, menari-nari di tepi laut, membiarkan ombak menerjang kakinya yang mungil.Tristan tersenyu

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 128: Party for You

    Pesta itu meriah. Lampu-lampu indah berpendar di seluruh sudut ballroom yang luas, menciptakan atmosfer magis yang terasa seperti sebuah dunia terpisah.Para tamu berdiri, berbincang, dan tertawa, sementara musik lembut mengalun dari panggung, menambah kehangatan suasana.Di tengah keramaian itu, Tristan berdiri di depan mikrofon, mengenakan jas hitam yang sempurna, dengan senyum yang penuh kasih sayang untuk satu orang yang paling ia cintai di dunia ini—Revana.“Selamat malam semuanya,” suara Tristan menggema, menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya Anggukan tamu undangan menjawab sapa Tristan. “Terima kasih telah hadir di acara spesial kami malam ini. Hari ini, aku dan Revana merayakan dua tahun yang penuh kebahagiaan, dan aku ingin berbagi sedikit cerita dengan kalian semua.”Revana berdiri di sampingnya, wajahnya terlihat begitu cantik dengan gaun merah yang berkilau, rambut panjangnya yang tertata rapi menambah pesona.Matanya memandang Tristan penuh cinta, seolah tidak p

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 127: Permintaan Maaf Michael

    Ruangan kantor terasa hening. Hanya suara jam dinding yang berdetak lembut menemani dua pria itu. Michael duduk di kursi di hadapan Tristan, wajahnya tertunduk dalam, menahan air mata yang sudah menggenang sejak tadi.Tristan baru saja menceritakan detail kejadian yang menimpa Mami karen ulah Alfrod. Sehingga Mami akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir.Michael tahu tidak ada kebohongan di sana. Semua yang dikisahkan Tristan mendukung bukti yang ia temukan.Sementara itu, Tristan bersandar di kursinya, menatap adiknya dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran kasih sayang dan rasa prihatin. Mengenang masa lalu itu begitu pahit dan nyeri bagi mereka berdua.“Michael, semua rasa ingin tahumu sudah terjawab. Bukti kuat sudah kamu dapatkan,” suara Tristan memecah keheningan. Lembut tapi tegas, seperti pelukan yang menenangkan.“Ada yang ingin kuberitahukan padamu. Sesuatu yang selama ini kupendam dan ingin kamu lakukan.”Michael mengangkat wajahnya perlahan, mata merahnya bertem

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 126: Penyesalan Michael

    Satu bulan telah berlalu sejak insiden penembakan di kantor Tristan. Kehidupan perlahan kembali seperti biasa.Luka di tubuhnya memang sudah sembuh, tapi Tristan tahu, luka di hatinya dan keluarganya butuh waktu lebih lama untuk pulih.Bagaimanapun Alfrod adalah keluarga dan kini semua berakhir seperti ini. Tristan kadang tidak percaya ini akhir persaudaraan mereka. Kadang rasa sedih sebagai satu dalam ikatan saudara masih saja ada.Pagi itu, suasana di kantor terlihat tenang. Tristan duduk di balik meja kerjanya, menandatangani beberapa dokumen penting.Cahaya matahari menyelinap melalui jendela besar di belakangnya, menciptakan siluet yang menonjolkan ketegasan wajahnya.Pintu ruangannya terbuka perlahan. Michael melangkah masuk dengan ragu-ragu, membawa dua cangkir kopi. "Kupikir kamu butuh ini," katanya pelan, menaruh salah satu cangkir di meja Tristan.Tristan mendongak, tersenyum kecil. “Terima kasih. Duduklah. Apa kabarmu Michae

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 125: Jangan Lakukan itu lagi

    Tristan tersenyum penuh kemenangan. Dengan hati-hati, ia meraih bayi kecil itu dan meletakkannya di pelukan.Naira menggeliat kecil sebelum kembali tertidur dengan damai. Perasaan hangat menyelimuti dada Tristan. "Aku merindukanmu, Sayang," bisiknya lembut. "Bayiku yang cantik dan manis."Revana tersenyum melihat pemandangan itu, meski ia tetap mengawasi dengan cermat. “Aku akan membuatkan sup untukmu. Jangan coba-coba bergerak dari sini.”“Baiklah. Aku tidak akan pergi ke tempat gym, Sayang.” Tristan menjawab dengan nada bercanda, membuat Revana mendengus kecil sebelum pergi ke dapur.Saat Revana sibuk di dapur, Tristan duduk di tempat tidur sambil berbicara pelan dengan Naira. “Kamu tahu, Nak? Papi akan memastikan dunia ini aman untukmu. Apa pun yang terjadi, kamu tidak perlu takut.”Pintu depan terdengar diketuk, dan beberapa saat kemudian Gave muncul di ambang pintu kamar. "Aku boleh masuk?"&ldq

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status