Home / Romansa / Mempelai yang Tak Diharapkan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Mempelai yang Tak Diharapkan: Chapter 91 - Chapter 100

190 Chapters

Tak perlu pesta.

"Tari," panggil Satya. "Bolehkah aku tidur di sebelahmu?" tanyanya menoleh. Tatapan itu langsung bertabrakan. Posisi Tari juga sesang menatap Satya. Dua wajah itu berhadapan meski terpisah ada jarak yang kurang darinsatu meter. "Jantungku berdegup kencang, Tari. Apa kamu jiga merasakannya?" tanya Satya. "Hem..." jawab Tari malu. "Berarti kamu masih mencintaiku." Satya tersenyum lebar. "Kalau begitu bolehkan aku tidur sambil memelukmu?" tanyanya lagi. "Hanya memeluk," tambah Satya berusaha meyakinkan Tari. Takut Tari masih merasa trauma. "Hemm...." Kembali Tari hanya menjawab dengan deheman tanpa berani menatap lansung mata Satya. "Benarkah?" "Iya," jawab Tari mengizinkan. Tak. mungkinnuga dia menolak. Sekarang status meraj usah kemabli sebagai suami istri. Pasti Dosa jika Tari menolak. Satya langsung beranjak bangun. Diletakkan guking di samping Sabia. Setelahnya segera pindah tempat di belakang tubuh Tari. Pelan tangannya dilingkarkan di perut rata Tari. Ta
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Mesra.

Pagi ini untuk pertama kalinya Satya dan Tari sholat berjamaah shubuh berdua. Hati Satya bergetar hebat saat terdengar kata amin dibelakangnya sesaat selesai membaca surat Al-Fatihah. Akhirnya setelah sekian purnama saat yang paling ditunggunya bisa terjadi. Dan InshaAllah untuk selamanya. Selesai salam dan berdoa sang imam berbalik kebelakang. Mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Tari dan diciumnya dengan takdim. Sekali lagi rasa haru itu menyusup kedalam dadanya. Rasa syukur tak henti ia ucapan salam hati. "I love you.." ucapnya lalu mengecup puncak kepala sang istri. "Makasih untuk semuanya sayang," ucapnya sambil menakup wajah cantik yang masih memakai mukena. "Boleh aku cium?" tanyanya yang langsung dijawab dengan anggukan oleh Tari. Tak menunggu lama Satya langsung mendaratkan kecupan di pipi kanan kiri, dahi, hidung, dagu dan terakhir di bibir Tari. Meski hanya menempel tapi cukup lama. Tak ayal memicu detak jantung keduanya jadi tak beraturan. "
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Perdebatan Jihan dan Sandra.

Seperti isi pesan Sandra melalui ponsel pelayan hotel, pagi-pagi Tari dan Jihan mendatangi kamar Sandra. Namun saat diketuk yang keluar malah Tante Nura, mamanya Sandra. "Mau kemana?" tanya Tante Nura lembut seperti biasa. Wanita jalem dan murah senyum itu mengekus kepala Tari sayang. "Mau beli roti di depan Tante," jawab Tari. "Habis itu duduk di taman hotel dekat kolam renang. Nggak lama kok Te, cuma ngobrol sebentar." "Iya Te, cuma mau kangen-kangenan sebentar." Jihan ikut menambahi. Setelah berbagai pertanyaan akhirnya mereka bisa juga membawa Sandra keluar. "Sebenarnya apa sih yang sudah kamu lakukan, sampai Tante Nura segitunya?" tanya Jihan saat ketiga sahabat itu berjalan menuju toko roti yang ada seberang Hotel. "Entar aja ceritanya sekarang kita beli dulu roti dan segera balik," jawab Sandra masuk lebih dulu ke dalam toko. Tari dan Jihan saling pandang, "Lama-lama dia kok jadi nyebelin sih," ujar Jihan sedikit kesal. "Sudah jangan diambio hati, kayak g
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Yang sebenarnya terjadi.

Yang terjadi sebelum menghadiri makan malam setelah acara akad nikah Satya dan Tari. "Gugurkan kandunganmu!!!" "Ma, plis....bantu aku Ma," ucap Sandra memohon pada sang mama yang duduk tenang di ujung tempat tidur. Tak ada ekspresi sedih ataupun iba melihat putrinya ditampar oleh suaminya sendiri "Memang apa yang harus Mama lakukan?" tanya Nura menatap putrinya itu datar dan terkesan cuek. "Haruskah Mama melawan Papamu untuk membela kamu yang sudah jelas-jelas mempermalukan keluarga kita?" "Aku mencintainya, Ma..tolong mengertilah,.." rengek Sandra putus asa, persis anak kecil yang takut kehilangan maianannya. "Bod*h!!!" bentak Nura keras sampai membuat Sandra berjingkat karena kaget. Dia tahu mamanya itu keras, namun dia tidak menyangka mamanya akan semarah ini. "Cinta katamu?" katanya lagi lalu melangkah mendekati Sandra yang bersimpuh di lantai. "Apa kamu pikir cinta bisa membuatmu bahagia, bisa membuatmu memiliki segalanya? Katakan!! Apa kamu bisa kenyang hanya d
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Kejutan

Selesai sarapan seperti rencana awal Satua memboyong keluarga besarnya untuk mengunap di villa yang baru dibelinya. "Besok hari minggu Sayang... Anggap saja untuk menghilangkan penat. Seninnya kembali pada rutinitas semula," ucap Satya saat diperjalanan. Satya dan Tari satu mobil dengan Andra sebagai sopir. Tadi pagi Andra menyusul. Sabtu-minggu kantor libur jadi asisten pribadi Satya itu bisa menyusul. "Tadi kamu sudah ajak Sandra?" tanya Satya kembali berbicara sambil memegangi Sabia yang sedang aktif-aktifnya. "Nggak, kan sudah diajak Mama tapi gak mau." Tari terlihat cuek malah asyik dengan ponselnya. Satya tersenyum tipis, memang sejak dulu istrinya itu paling tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Jika marah atau kesal kepada seseorang, dia tidak akan mau berbicara dengan orang tersebut. "Kamu marah sama Sandra karena cerita Jihan?" tanya Satya lagi. Tari melipat bibirnya kedalam, seolah tak ingin menjawab. Matanya masih tertuju pada layar ponsel dengan tang
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

Menjalani kehidupan baru.

"Sayang...." panggil Satya dari dalam kamar. "Tolong bantu pakai dasi," pinta Satya dengan kepala melongok keluar pintu dari dalam kamar. Tari yang sedang membantu Bibi menyiapaka makanan di buat malu dengan sikap maja Satya. "Iya," jawabnya lalu beepamitan pada Bibi. "Saya tinggal sebentar ya Bik, sekalian mandiin Sabia," katanya lalu berlalu masuk ke dalam kamar. Wanita parih baya itu tersenyum, meski masoh sedikit ada rasa tak suka pada Satya namun melihat kebahagiaan di wajah Tari membuat wanita yang sudah puluhan tahun bekerja untuk keluarga Rahardian itupun turut berbahagia dan mulai bersikap lebih ramah pada majikan barunya itu. "Iya, Mbak. Dapur biar saya yang urus," jawbanya mengulum senyum. Sejak mereka kembali dari Malang, Satya berubah jadi sangat manja dan bergantung pada Tari. Hampir smeua hal yang biasanya dilakukan sendiri kini harua melibatkan Tari. "Dasinya cuma ada tiga, mau aku belikan lagi atau mau ambil yang di rumah kontrakan?" Sambil sibuk me
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Melawan ibu-ibu komplek

"Maaf Bu, saya kesini untuk mengingatkan Bu Tari agar menjaga kesopanan dan norma-norma selama tinggal di sini. Jangan sampai berbuat nista yang dapat menyebabkan malapetaka di kompleks ini." "Astaghfirullah...." Tari mengelus dadanya. "Eh,...Bu dibilangin kok malah istighfar?" ujar salah satu ibu-ibu yang tadi menggunjing Tari. "Terus saya harus gimana? Berterima kasih atau meminta maaf karena dighibahin dan difitnah sama Ibu dan teman-teman Ibu?" Tari sudah tersulut emosinya. Dia bisa terima dibilang janda. Tapi, tidak untuk simpanan Om-om. Apalagi dibilang berbuat nista, kesabarannya mendadak lenyap menguap entah kemana? "Eh... ternyata nyolot juga, kelihatannya aja kalem dan lemah lembut. Ternyata pemain handal," cibir wanita yang Tari bahkan tidak tahu namanya. Wanita itu tinggal di deretan depan rumah Tari. Kalau tidak salah suaminya bernama Pak Rizal. Seorang tentara yang jarang pulang. Tari tahu juga karena wanita itu sendiri yang cerita saat awal-awal di pinda
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Pertemuan di rumah Pak RT

Pukul lima sore Satya sampai di rumah. Sembari menunggu pria itu mandi dan sholat Tari membuatkan kopi juga sepiring camilan yang terbuat dari terigu yang dicampur sayuran dan bumbu, bakwan sayur kalah kata orang jakarta. Dijawabnya ke meja ruang tengah sambil menonton televisi. Sesekali diliriknya pintu kamar, menunggu Satay keluar. "Sini, aku buatkan kopi sama bakwan sayur." Tari melambaikan tangannya begitu pintu kamar terbuka. Sebuah senyum muncul di bibir Satya. Beban pekerjaan langsung hilang mendapat perhatian dari sang istri. "Sabia mana?" tanya Satya setelah mendaratkan pantatnya di atas sofa tepat disamping Tari. "Disuapi makan sama Bibi di depan." Mendengar jawaban Tari Satya mengerutkan dahinya. Tumben sekali istrinya itu menyerahkan tugas menyuapi pada sang asisten rumah tangga. "Cobalah," ucap Tari lagi sambil menyodorkan sepiring bakwan jagung yang masih hangat. Satya mengambil satu dan mencicipinya. "Enak, masih hangat lagi." Satya memuji dengan m
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

Lelaki yang dominan.

Sejak ada masalah dengan ibu-ibu komplek, Satya tidak mengizinkan Tari untuk keluar rumah. Walau hanya sekedar belanja di tukang sayur. Bahkan untuk mengantarnya berangkat kerja hanya sampai terasa saja. "Di rumah aja, kalau ada urusan dengan Kafe suruh karyawan perempuan yang datang ke sini," ucap Satya saat Tari menemaninya sarapan. Satya tipikal laki-laki yang mendominasi pasangannya. Semua hal yang dilakukan Tari harus sepengetahuan dan seizin dirinya. Satya juga tidak suka dibantah namun sangat perhatian dan sayang keluarga. Selesai sarapan Satya mencium pipi putrinya yang duduk anteng diatas kursi bayinya menikmati sarapannya. "Papa kerja dulu, ya sayang.... Jagain Mama dan jangan rewel." Sebuah kecupan didaratkan Satya di puncak kepala Sabia setelah melangkah keluar diikuti Tari dibelakangnya. "Aku berangkat ya," ucap Satya di depan pintu depan. "Iya, Kak." Tari mengambil tangan Satya lalu mencium punggung tangannya takdim. "Ada banyak pekerjaan. Mungkin nan
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Salah faham.

"Kak, di pabrik ada masalah?" tanya Tari setelah Satya meletakkan gelas yang bekas minumnya setelah makan malam. Jam sembilan malam Satya baru pulang. Dan saat sampai dia mengeluh sangat lapar karena bekum makan malam. Dengan hati yang sedikit dongkol tapi berusaha tetap tersenyum Tari pun menghangatkan makanan yang sudah dimasaknya sore tadi. Kari ayam dengan sambal goreng pedas ati ampela. "Masalah apa? Nggak ada kok," jawab Satya dengan senyum di wajahnya. "Aku pulang malam karena ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum peresmian." "Kak Satya yakin?" Tari menatap lekat wajah lelah suaminya. "Yakin. Hanya saja, sepertinya tidak bisa beroperasi sesuai jadwal. Bekum siap." "Belum siap atau dananya yang gak ada?" Satya menatap Tari yang juga menatapnya. "Erika membatalkan kontrak kerjaan sama kan?" tanya Tari lagi. Satya mendesah berat. "Pasti Jihan yang memberitahumu?" tebaknya. Ganendra pasti yang menyuruh istrinya untuk memberitahu Tari karena Sa
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status