Home / Romansa / Suami Bayaranku Ternyata Big Boss / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Suami Bayaranku Ternyata Big Boss: Chapter 11 - Chapter 20

250 Chapters

11. Bencana di Altar Penikahan

“Dasar iblis! Beraninya kau menikah setelah membunuh putriku, hah?!” decak wanita paruh baya yang memicu semua orang tercengang.Bahkan Annelies sendiri tak mengerti dan bertanya bingung. “Apa maksud Anda?!”“Jangan pura-pura bodoh, sialan!” Wanita paruh baya itu menyambar sambil melempar telur busuk lagi ke arah Annelies.Beruntung Dan Theo lekas menghalangi dan memeluk Annelies, hingga telur itu mengenai punggung lebarnya.Dia melihat Annelies memejam tegang, lalu bertutur, “kau tidak apa-apa?”Annelies perlahan membuka matanya dan lantas mengangguk. Namun, Dan Theo tau bahwa istrinya ini sangat terkejut. Terlebih ada banyak tamu penting dan media di sini.Pria tersebut menoleh pada para penjaga keamanan seraya berkata tegas. “Bawa pergi wanita itu!”“Baik, Tuan!”Namun, belum sempat penjaga itu mengusir wanita paruh baya tadi, kini seorang lelaki berkemeja hitam dan beberapa orang membawa poster wajah Annelies yang dicoret-coret, menerobos aula.“Apa-apaan ini?!” Para tamu berdiri
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

12. Hanya Kau yang Bisa Membantuku

“Anda pasti salah. Mengapa tiba-tiba Tuan Morgan resign?!” tukas Cloe tak percaya.Jelas sekali itu meragukan, sebab Morgan adalah kepala produksi sejak pabrik L&F Cosmetic berdiri. Dia sangat loyal pada perusahaan dan tidak punya catatan buruk selama bekerja.“Beliau menyerahkan surat resign-nya pagi tadi, tapi kami semua tidak tahu alasan beliau mengundurkan diri, Nona,” sahut Staff pabrik itu.Cloe mengernyit, lalu bertanya, “selain Tuan Morgan, siapa yang bertanggung jawab atas bahan dasar produksi?”“Selama ini hanya Tuan Morgan yang menanganinya, Nona. Beliau tidak memiliki asisten,” balas Staff tadi yang kian membuat Cloe buntu.Namun, hal ini membuatnya jadi curiga. Seolah kepala produksi itu menghindari masalah tepat saat skandal besar menyeret perusahaan.“Tunjukan di mana ruangan Kepala Produksi,” tutur Cloe kemudian.“Baik, mari ikuti saya, Nona.” Staff tadi lantas memandu Cloe masuk.Sementara di kantor polisi metropolitan Linberg, Annelies sedang duduk di ruang interogas
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

13. Apa Ini Semacam Sogokan?

“Saya mengerti Tuan-Tuan pasti khawatir tentang kestabilan L&F Company. Karena ini, saya akan memimpin perusahaan selama Annelies belum bisa menanganinya,” tukas Logan angkuh.Para pemegang saham tampak ragu, terlebih kepala Yayasan Narrow yang sejak awal mendukung Annelies.“Mendiang Tuan Feanton meninggalkan surat wasiat bahwa Nona Annelies yang berhak memimpin L&F Company!” katanya.Logan meliriknya dingin seraya menyahut “Tuan, Anda lihat sendiri Adik saya masih terlalu muda. Dia sering tersandung skandal dan masalah. Annelies kurang kompeten dan masih perlu belajar. Apa Tuan-Tuan akan mempercayakan group perusahaan besar di tangannya?!”“Tapi—”“Saya rasa Tuan Logan ada benarnya. Nona Annelies sepertinya belum mampu memimpin L&F Company.” Pemegang saham lainnya menyambar ucapan Kepala Yayasan Narrow. “Terlebih lagi saat ini L&F Cosmetic yang dia pimpin sedang kisruh. Saya jadi meragukannya jika menjadi Komisaris.”Logan tiba-tiba berdiri hingga membuat semua orang heran.“Ini sal
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

14. Serahkan Diri Anda ke Polisi!

“Mo-mohon maaf, Tuan. Saya di sini hanya menunggu istri dan anak saya. Kami akan bertemu sebentar, lalu saya akan pergi ke luar negeri. Saya janji, saya sudah membeli tiket penerbangannya besok,” tutur Morgan menunduk takut.Alih-alih memahami, lelaki bertopi hitam itu malah merengkuh kerah Morgan dan mendecak, “bajingan! Aku bilang pergi ya pergi! Kau mau dipenjara jika orang-orang menemukanmu di sini?!”“Sa-saya mohon, Tuan. Ini kesempatan terakhir saya melihat mereka, karena—”Belum tuntas ucapan Morgan, lelaki misterius itu langsung menonjok wajahnya dengan kasar. Morgan tersungkur ke tanah, tapi lelaki tadi malah menginjak dadanya.“Kau pikir aku peduli?! Tuan Besar sudah mengeluarkan uang untukmu, jadi jangan macam-macam!” dengusnya berang.Lelaki itu mengangkat kakinya, lalu berbalik.“Jika malam ini kau belum pergi, aku akan membunuhmu!” decaknya mengancam.“Terima kasih, terima kasih banyak, Tuan! Saya janji, malam ini saya akan langsung pergi!” sambar Morgan yang seketika be
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

15. Datanglah ke Kamarku

“Aku kecewa kau melupakan janjimu, istriku,” tukas Dan Theo disertai seringai tipis.Dia beralih menatap depan, lantas melajukan mobil menuju penthouse-nya di pusat kota Linberg.Di tengah perjalanan, bibir Annelies terbuka, tapi dia menelan kata-katanya kembali seraya membatin, ‘apa ini? Sebenarnya janji apa yang dia bicarakan?’Wanita itu penasaran, tapi agaknya Dan Theo tak mau menjelaskan.Ketika tiba di penthouse, Dan Theo pun berkata, “bersihkanlah dirimu dulu. Aku akan menyiapkan makan malam.”Annelies mengerjap, dia jadi canggung dan merasa bersalah karena tidak ingat janjinya.“Ba-baiklah,” balasnya.Dia beranjak ke kamar. Wajahnya langsung tertekuk begitu melihat penampakan dirinya yang sangat berantakan dicermin.“Lihat dirimu. Apa kau manusia, Annelies?” tuturnya melepas jas hitam Dan Theo yang melangkupi bahunya.Wanita itu pun menuju kamar mandi dan berendam air hangat. Sensasi menenangkan langsung merayapi tubuhnya dan melemaskan otot-otot yang tegang.‘Jika dipikir-pik
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

16. Berciuman dengan Dan Theo?!

WARNING: chapter ini mengandung adegan dewasa! “Ahh ….” Desahan manja Annelies menyatu dengan napas hangat Dan Theo yang kini beradu cumbu. Pria itu perlahan menyusupkan tangan ke belakang leher Annelies, lalu dengan mudahnya melumat bibir wanita tersebut dengan lembut. Sial, sensasi menegangkan membuat perut Annelies berkedut seiring matanya yang terpejam. Tangannya tanpa sadar meraih pundak Dan Theo, lantas meremasnya. Bahkan tanpa ragu, Dan Theo mendorong Annelies hingga istrinya itu bersandar di badan sofa. Dia menggigit bibir bawah Annelies, lalu menjajah mulutnya dengan lidah panasnya seiring tangannya yang menarik resleting di punggung Annelies. Seketika Annelies terkejut, saat tangan hangat Dan Theo menyentuh kulitnya yang halus. Irisnya terbuka, lalu mendorong pria itu menjauh darinya. Mereka saling berpandangan dengan wajah bingung. “Ada apa?” Dan Theo pertama kali buka suara. Alih-alih menjawab, Annelies malah menggigit bibir bawahnya yang bengkak sampai berdarah. “
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

17. Mereka Membunuh Anaknya Sendiri

Annelies menggertakkan gigi seraya mendecak, “kenapa saya harus memberi Anda sepuluh milliar?!” “Kau tuli? Sudah aku bilang beri uang kompensasi! Dengan begitu, aku tidak akan menuntut perusahaanmu atas kematian putriku!” sambar lelaki paruh baya yang masih menjambak rambutnya. Alih-alih setuju, Annelies hanya menyeringai sinis. Dia menampik tangan lelaki itu hingga membuat amarahnya naik. “Sialan! Beraninya kau meremehkanku, hah?!” umpat lelaki tadi yang lantas melayangkan tangan, hendak menampar Annelies. Beruntung Annelies langsung menahan lengan lelaki itu seraya mendengus, “jika putri Anda meninggal, bukankah harusnya Anda sibuk berkabung? Kenapa malah berkeliaran mencari kompensasi? Benarkah dia putri Anda?!” “Kurang ajar! Dia memang putri kami!” sahut si wanita paruh baya kesal. Annelies meliriknya tajam dan lantas menyambar, “benarkah? Baru kali ini saya melihat orang tua rela memendam kematian putrinya hanya untuk uang kompensasi!” Ucapan Annelies seketika membua
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

18. Bahkan Kita Sudah Berciuman!

Wajah Annelies berangsur muram. Dengan tatapan tajam, dia pun mendecak, “untuk apa datang ke sini?!”“Cih! Apa maksudmu? Memangnya salah kalau aku mengunjungi adikku?!” sahut Dave menaikkan sebelah alisnya. Dia memicing pada Cloe, memberi kode untuk pergi. Namun, sekretaris itu hanya mematuhi perintah Annelies. “Anda boleh keluar, Nona Cloe,” tutur Annelies kemudian. “Ba-baik, silakan panggil saya jika butuh sesuatu, Direktur,” sahut Cloe ragu-ragu.Meski tak pernah mendengarnya langsung, tapi sudah rahasia umum kalau Annelies tidak rukun dengan kakak-kakaknya. Cloe jadi khawatir, tapi dia tak bisa terus berada di ruangan tersebut.‘Bukankah tadi Direktur bersama Tuan Dan Theo? Kenapa sekarang sendirian? Apa Tuan Dan Theo sudah pergi?’ batin Cloe cemas.Masih di dalam ruangan direktur, Dave pun mendekati Annelies.‘Ugh, bau alkohol!’ batin Annelies mengernyit.Melihat penampilan Dave yang berantakan dengan setelan jas merah dan kemeja putih yang kancingnya putus, jelas sekali kakak
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

19. Kapan Kau Melamarku?

“Kenapa? Bukankah saat itu kau sangat bergairah menggigit bibirku sampai berdarah?” Harvey semakin memancing. Annelies menyatukan alisnya jijik seraya mendecak, “kau gila?! Tutup mulut busukmu—” “Ya, aku memang gila. Aku sangat mencintaimu sampai rasanya hampir gila, Annelies!” sambar Harvey yang lantas menyentuh bahu Annelies. Wanita itu menyingkur. Dan Theo pun seketika mencekal tangan Harvey dengan ekspresi dinginnya. “Singkirkan tanganmu dari istriku!” decaknya pelan, tapi nadanya mengandung ancaman. Harvey menghempas cengkeraman Dan Theo. Dia menyeringai, lalu mencibir, “istri? Aku ragu kalian benar-benar pasangan suami-istri!” “Harvey, sebaiknya kau diam. Karena apapun yang kau katakan, tidak akan mempengaruhi hubungan kami!” Annelies menyahut tegas. “Aku tahu kau tidak mencintai pria ini, Annelies. Jika kalian menikah karena cinta, bukankah harusnya kalian pergi bulan madu? Kenapa kau malah sibuk bekerja?!” Belum sempat Annelies menanggapi, pintu lift sudah terbuka. Anne
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

20. Pakai Dulu Bajumu dengan Benar!

“Selamat siang, Nona Annelies,” tutur Kuasa Hukum mendiang Feanton yang baru saja datang. Annelies pun bangkit, lantas meraih jabatan tangannya. “Saya tidak menyangka bertemu Anda di sini, Tuan.” “Saya datang atas permintaan Tuan Narrow,” sahut Kuasa Hukum itu yang lantas beralih menatap Dan Theo. “Beliau ini ….” “Ah, ini suami saya, Dan Theo,” tutur Annelies tanggap. Dan Theo pun menjabat tangan Kuasa Hukum itu seraya berkata, “senang bertemu Anda, Tuan.” “Saya memanggil Anda ke sini karena saya tahu bahwa Anda sangat setia pada mendiang Tuan Feanton. Jadi Anda pasti akan mendukung keputusan mendiang, bukan?” tutur Kepala Yayasan Narrow menginterupsi. “Saya mengerti maksud Anda, Tuan Narrow. Saya juga tahu mendiang Tuan Feanton ingin Nona Annelies yang mewarisi semuanya. Tapi sepertinya ini tidak mudah,” sahut Kuasa Hukum tersebut. Annelies mengernyit. Dia bingung karena kuasa hukum itu seperti menyembunyikan sesuatu. “Apa maksud Anda, Tuan? Bukankah syarat dari Ayah, saya har
last updateLast Updated : 2024-06-22
Read more
PREV
123456
...
25
DMCA.com Protection Status