‘Sepertinya kami diikuti,’ batin Dan Theo melirik kaca kecil di bagian depan mobilnya.Dugaannya kian kuat saat mobil putih itu terus membuntuti meski dirinya sudah berbelok beberapa kali. Dan Theo menyeringai seraya berkata, “aku akan mengambil jalan memutar.”“Tidak perlu,” sahut Annelies tiba-tiba.Itu membuat Dan Theo mengernyit bingung.Namun, belum sempat bertanya, istrinya itu lebih dulu melanjutkan. “Mereka Wartawan. Aku sudah tahu mereka mengikuti kita dari penthouse. Biarkan saja, mereka membutuhkan berita dan itu akan menguntungkan kita.”Benar saja, begitu Dan Theo dan Annelies sampai di pelabuhan, para wartawan itu semakin gencar mengambil potret mereka. Annelies sengaja berpose mesra dengan menggelayut manja di lengan Dan Theo.“Jangan salah paham, aku melakukannya agar mereka mendapat foto yang sempurna,” bisik Annelies sambil berjalan.Ini memicu seringai tipis melenggang di bibir Dan Theo.“Jika ingin foto yang sempurna, kau harus akting dengan baik, istriku!” sahut
Dan Theo bergegas menarik Annelies yang berdiri di dekat pembatas geladak, lalu mencengkeram kedua lengannya. “Apa yang kau pikirkan? Ini cara bodoh untuk mati!” Dan Theo mendecak tajam. Alisnya menyatu saat melihat wajah pucat wanita itu. Tapi belum sempat menceramahinya lagi, Annelies malah mendorongnya menjauh. “Siapa yang ingin mati, hah?!” sentaknya. “Aku tidak akan mati. Tidak sebelum aku mencapai segalanya!” Saat itulah Dan Theo langsung bungkam. Dia bisa melihat semangat wanita itu membara di matanya. ‘Sekarang Annelies terlihat penuh ambisi, tapi kenapa tadi dia seperti mau bunuh diri?’ batinnya bingung. Dan Theo menatapnya lekat, lalu bertanya, “lalu kenapa kau ada di sini?” “Pergilah, aku hanya ingin mencari udara segar sendiri,” sahut wanita itu dengan ekspresi datarnya. Alih-alih mengiyakan, Dan Theo justru menyatukan alisnya. Dia bisa melihat jelas kalau istrinya itu tidak baik-baik saja. “Hari mulai gelap, kau akan masuk angin jika terus ada di sini,” tukas Dan
WARNING: Chapter ini mengandung konten dewasa.‘Ugh … kenapa aku tiba-tiba pusing?’ batin Annelies mengernyit.Dia berniat menahannya, tapi semakin lama Annelies merasa kepalanya semakin berat. Bahkan sensasi panas yang aneh merayapi tubuhnya juga.Dirinya berpaling pada Adeline, lalu berkata dengan bibir gemetar. “Ma-maaf, saya harus ke toilet sebentar.”Tanpa menunggu jawaban lawan bincangnya, Annelies pun meletakkan gelas wine yang baru disesapnya sekali, lantas bergegas menuju kamar kecil.‘Astaga, wajahnya kembali pucat. Apa dia sakit lagi?’ batin Adeline menatap cemas.Annelies pun menghilang di antara orang-orang. Entah mengapa tatapannya berubah kabur hingga dirinya tak bisa melihat dengan jelas.‘Ada apa denganku? Ahh … kenapa, ke-kenapa aku merasa panas? Apa di sini memang sepanas ini?’ Annelies bergeming seraya berpegangan dinding kapal.Dirinya terhenti saat seluruh tubuhnya gemetar, terlebih kemaluannya yang berdenyut-denyut, sungguh membuatnya kacau.‘Toilet, air … aku
WARNING: chapter ini mengandung adegan dewasa.Tanpa menunggu lama, Dan Theo pun beranjak ke kabin lantai sebelas kamarnya. “Annelies!” katanya saat membuka pintu.Namun, alisnya langsung menyatu saat tidak melihat sang istri di sana. Dia bahkan memeriksa kamar mandi, tapi tetap nihil.‘Katanya dia sakit, tapi dia tidak ada di sini. Di mana Annelies?’ batin Dan Theo yang lantas menghubungi ponsel wanita itu.Sialnya ponsel Annelies mati. Itu pun membuat Dan Theo curiga kalau terjadi sesuatu pada istrinya.‘Tidak mungkin dia pingsan di suatu tempat. Aku harus cepat menemukannya!’Dan Theo pun pergi ke kantor management. Dia bertanya mengenai Annelies, tapi mereka bilang tidak ada laporan tamu yang sakit atau pingsan hari ini.Dengan mata cemas, Dan Theo kembali bertanya, “apa saya bisa melihat rekaman CCTV?”“Baik, mari ikut saya, Tuan,” sahut sang Manager.Dirinya membawa Dan Theo ke ruang keamanan. Di sana, Dan Theo mulai melihat rekaman dari lantai sebelas tempat pesta dansa. “Ber
‘Para bajingan sialan!’ Manik Dan Theo gemetar begitu melihat ke dalam kabin. Terlebih wanita gaun hitam yang tengah terikat di tengah ranjang. Meski matanya tertutup, tapi Dan Theo bisa mengenali bahwa itu istrinya. Benar, dia akhirnya menemukan mereka setelah meminta Kaelus melacak alamat IP para streamer Making Hot Love. Walau rekannya itu sempat kesulitan karena mereka ada di tengah lautan, tapi Dan Theo berhasil menemukan Annelies tepat waktu. “Si brengsek ini, apa yang kau lakukan di—” Belum tuntas ucapan pelayan bertopeng kelinci itu, Dan Theo sudah lebih dulu menariknya dari ranjang. “Hei, kau—” Pelayan itu hendak memberontak, tapi Dan Theo langsung menghajar wajahnya dengan kasar. Bahkan ketika dia terhuyung, Dan Theo kembali menariknya, lalu meninju pipinya lebih kencang sampai dia tersungkur dan topeng kelincinya lepas. ‘Beraninya bajingan kotor sepertimu menyentuh wanita itu!’ Manik Dan Theo menyorot dingin. Pelayan tadi mengusap gelenyar darah dari sudut m
***Sepanjang perjalanan pulang bulan madu, Annelies hanya bungkam. Terlebih kali ini Kaelus yang menjemput mereka. Annelies tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.Dia melirik Dan Theo yang duduk di sebelahnya. Saat itulah dirinya langsung ingat malam pertama di kapal dia bangun hanya dengan bathrope.‘Malam itu tidak terjadi sesuatu antara kami ‘kan? Aku tidak ingat apa-apa, Dan Theo juga tidak bilang apapun. Jika bertanya sekarang, dia pasti berpikir aku wanita yang aneh ‘kan?’ batinnya menimang-nimang.“Kami akan mengantarmu ke penthouse, lalu aku akan pergi bersama Kaelus sebentar,” tutur Dan Theo yang seketika membuat Annelies mengerjap.Bahkan tanpa sadar wanita itu langsung bertanya, “pergi ke mana?”“Ini urusan pribadi kami!” sambar Kaelus yang sedang mengemudi di kursi depan.Annelies meliriknya. Mata mereka bertemu dan jelas sekali Kaelus sedang dalam suasana hati yang buruk.“Dan Theo memang menikahimu, tapi kalian hanya menikah kontrak. Jadi kau tidak ada hak untu
“Berapa usianya? Kenapa dia harus membuat pesta seperti anak kecil?!” tukas Annelies melempar undangan ulang tahun Samantha ke nakas.“Kau tidak pergi?” Dan Theo bertanya.Ekspresi Annelies berubah datar seraya membalas, “mereka tidak benar-benar ingin mengundangku. Mereka hanya penasaran sejauh mana langkahku mengambil posisi Komisaris!”Dan Theo juga tahu itu, dan dirinya pun mulai memprovokasinya.“Kalau begitu tunjukan. Kau harus menunjukan siapa pemilik sebenarnya, bukan?” ujarnya yang seketika membuat Annelies meliriknya tajam.Namun, alih-alih langsung mengiyakan, Annelies malah menyibak selimut tebalnya dan bangun dari ranjang.“Aku harus bekerja sekarang!” katanya.Dan Theo hanya bungkam saat Annelies melewatinya.Setelah mereka selesai bersiap dan keluar penthouse, seketika manik Annelies berubah lebar. Seseorang yang tak diharapkan berdiri di depan pintu seolah menunggunya.“Apa kabar, adikku?” tanya Dave disertai senyum miring.Ekspresi Annelies berangsur muram. Bahkan den
“Tolong! Seseorang ada yang pingsan!” Perias tadi menjerit hingga membuat beberapa orang datang.Mereka yang menemukan Samantha pingsan di toilet, langsung melarikannya ke rumah sakit. Manager Samantha coba menghubungi Harvey, tapi ponsel pria itu mati. Akhirnya dia langsung menghubungi Grace dan memberitahu kondisi Samantha.“Dokter, bagaimana keadaan putri saya?” Grace bertanya saat tiba di rumah sakit.“Nona Samantha mengalami anoreksia. Sepertinya Nona melakukan diet ketat akhir-akhir ini,” sahut Dokter tadi menjelaskan.“Ah, memang benar. Dia selalu menjaga berat badannya karena seorang Model, tapi bagaimana bisa dia sampai terkena anoreksia?” tutur Grace tak percaya.“Selain diet ketat, stress berlebihan juga memicu anoreksia, Nyonya,” balas Dokter tadi. “Untuk sekarang, Nona Samantha harus istirahat dan memperhatikan pola makan. Selain itu, sebisa mungkin Nona menghindari masalah yang bisa membuatnya stress.”“Baiklah, Dokter.” Grace pun mengangguk.Beberapa saat setelah dokter
“Ayah! Saya tidak menyetujui pernikahan ini!” Dan Theo berujar tegas. Sorot matanya amat tajam, seakan mengibarkan bendera perang pada Anthony. Namun, ayahnya juga tak gentar. Lelaki itu mengeraskan rahangnya seraya menimpali tedas. “Keputusan itu bukan ada di tanganmu, Theodore!”Tanpa menunggu balasan sang putra, Anthony langsung keluar dari ruangan tersebut. Eugen dan beberapa bawahannya pun menunduk hormat. “Awasi dia, jangan biarkan siapapun masuk. Panggil dia nanti malam saat keluarga Howard datang!” tukas Anthony memerintah. Eugen mengangkat kepala seraya menjawab tegas. “Baik, Tuan Besar!”Hingga malam harinya, Eugen benar-benar membebaskan Dan Theo. Ketika anak buahnya sibuk melepas ikatan rantainya, Eugen pun memberitahukan jadwal acara malam nanti. “Big Boss, pukul delapan malam keluarga Howard akan mendatangi Caligo. Tuan Besar meminta Anda bersiap dari sekarang,” tukas Eugen yang terus menatap Dan Theo. Lawan bincangnya yang bungkam, justru membuatnya was-was. Seba
Dan Theo melirik sekitar sembari memaki dalam batin, ‘sialan! Eugen dan anggotanya pasti membawaku ke Sociolla!’Asumsi pria itu semakin kuat kala mengingat ruangan ini. Dulu, Dan Theo remaja pernah disekap berbulan-bulan di tempat ini. Dirinya disiksa habis-habisan, bahkan betisnya tertembak tiga peluru karena mencoba kabur dari mansion Caligo. Itu saat Anthony memaksa Dan Theo membunuh manusia untuk pertama kalinya!Ya, meski Dan Theo berhasil menyelesaikan tugas berat itu, tapi dirinya nyaris gila. Anthony memaksanya melenyapkan sekelompok penyusup keesokan harinya. Setiap hari, jumlah orang yang harus Dan Theo bunuh semakin bertambah. Ini benar-benar mengikis kewarasannya. Bahkan beberapa anak angkat Anthony lainnya bunuh diri karena hilang akal. Di antara mereka, hanya Dan Theo yang mendekati kesempurnaan dan mampu bertahan di bawah tekanan Anthony. Semakin lama Dan Theo menyadari bahwa dirinya akan menjadi mesin pembunuh. Dia yang tak ingin melakukannya lagi, diam-diam keluar d
“J4?” Kaelus merapatkan alisnya begitu melihat tamu yang datang.Velos yang berada di sampingnya tak kalah heran. Tidak biasanya orang-orang Anthony mendatangi San Carlo langsung.“Tuan!” Lelaki berambut lurus panjang yang terikat ke bawah itu memberi salam hormat.“Ada apa kau datang ke sini, J4? Apa kau bersama Eugen?” tukas Velos menyelidik.Ya, Velos tau dia bawahan Eugen. Terakhir kali Eugen datang untuk mengawasi kinerja Dan Theo tentang Raica Ruby. Velos menebak masalah kali ini tak jauh beda.Lelaki yang dipanggil dengan kode nama J4 itu kembali mengangkat tatapan tegasnya.“Saya sendirian, Tuan Velos. Saya datang atas perintah Ketua,” tuturnya.Velos menatap lebih lekat, lalu menimpali, “katakan!”“Permintaan Raica Ruby meningkat tiga kali lipat. Ketua ingin saya ikut mengawasi proses produksi di San Carlo,” sahut J4 menjelaskan.“Tunggu, kau bilang tiga kali lipat. Bukankah ini gila?!” Kaelus langsung menyambar dengan keras.Pasalnya, untuk memenuhi satu kuota produksi, memb
“Tolong beri jalan. Saya harus segera menyusulnya!” tukas Annelies yang berusaha keluar.Namun, perawat perempuan di hadapannya langsung berkata, “Nyonya, ini sudah malam. Sebaiknya Anda kembali istirahat.”“Ti-tidak! Mereka akan membawanya pergi. Jika aku tidak menyusulnya, aku akan kehilangan jejak Dan Theo!” Annelies menyambar dengan tatapan panik.Sang suster mengernyit. Irisnya melirik ke sekitar ruang rawat dan tidak mendapati suami Annelies di sana. Dia pun curiga ada suatu hal, sebab tak biasanya pria itu meninggalkan istrinya sendiri. Jika tidak menunggu di depan, biasanya Dan Theo memang menemani Annelies di dalam ruang rawat saat wanita itu terlelap.“Nyonya, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Perawat tadi menyidik.“Se-seseorang, hah … tidak, ada beberapa orang yang membawa pergi suamiku!” Annelies merengkuh tangan Perawat tadi dengan buncah. “Suster, tolong hentikan mereka. Tolong beritahukan pada penjaga untuk menangkap mereka!”Mendengar itu iris sang perawat langsung
“Big Boss!” Eugen menunduk hormat saat Dan Theo menghampirinya.Ya, beberapa bulan tak bertemu, orang kepercayaan pemilik organisasi Caligo itu tampak lebih garang. Meski Dan Theo tidak begitu menyukai Eugen, tapi dia tak pernah melupakan jasanya yang telah mempertaruhkan nyawa dan terluka berat, demi menyelamatkan Annelies dulu.“Bicaralah, waktumu hanya sepuluh menit!” tukas Dan Theo disertai ekspresi datarnya.“Tuan Anthony meminta Anda kembali ke Sociolla, Big Boss!” sahut Eugen langsung ke inti.Mendengar itu, kening Dan Theo langsung mengenyit. Ayahnya pasti tidak akan menurunkan perintah karena hal sepele. Dan dia sepertinya tahu alasannya.“Jika karena masalah Jesslyn, katakan pada Ayah untuk tidak khawatir. Aku akan menanganinya sendiri dan kembali ke Sociolla kalau sudah waktunya.” Dan Theo berujar tenang, tapi sorot matanya tampak menggertak.“Ini tidak sesederhana yang Big Boss pikirkan,” balas Eugen terlihat berani. “Jika bisa selesai semudah itu, Tuan Anthony tidak akan
“Annelies, kau tahu, aku tidak akan pernah meninggalkanmu!” Dan Theo berkata tenang, tapi sorot maniknya menyimpan getaran.Sang istri mengencangkan lehernya. Membayangkan Dan Theo memasangkan cincin, bahkan memeluk Jesslyn, sungguh menyesakkan dadanya.“Tidak, kau sudah menjadi miliknya sebelum bertemu denganku,” sahut Annelies dengan tatapan dingin. “Kau menipuku. Kau membuatku bergantung padamu dan tidak bisa hidup tanpamu. Kau sudah berhasil, Dan Theo. Pasti sangat menyenangkan melihatku seperti orang bodoh selama ini!”“Istriku—”“Sekarang pergilah. Pergi dan jangan muncul di hadapanku lagi!” Annelies segera menyambar tanpa memberi suaminya kesempatan bicara.Bahkan wanita itu langsung melengos. Dia benar-benar tak ingin melihat wajah Dan Theo.Namun, sang pria yang duduk di sebelah brankarnya tak bisa memaksa. Dan Theo tahu Annelies pasti kesal padanya.Dengan penuh sesal, dia lantas berkata, “maafkan aku, Annelies. Aku akan meninggalkan buburnya di sini. Aku mohon, makanlah sed
“Annelies?” Dan Theo melebarkan irisnya dengan bingung.Pria itu menilik sang istri lebih lekat, lalu ragu-ragu bertanya, “istriku, kau … tidak mengenaliku? Aku—”“Saya tidak mau bicara dengan orang asing. Tolong pergilah!” Annelies menyahut pelan, tapi raut wajahnya sangat muram.“Tunggu sebentar, sepertinya ada yang salah. Aku akan memanggil Dokter untuk memeriksamu!” Dan Theo berujar cemas.Ya, bagaimana mungkin dia tetap tenang kalau sang istri tidak mengingatnya? Dan Theo bingung, padahal kepala Annelies tidak membentur sesuatu. Sebab itu, dirinya berniat segera memanggil dokter.Namun, belum sampai beranjak, Annelies lantas berkata, “Dokter sudah cukup memeriksa. Saya hanya ingin Anda pergi, Tuan Theodore Caligo!”Wanita tersebut lebih meninggikan nada di akhir kalimatnya. Dan itu membuat sang pria tertegun dengan alis menyatu.“Annelies, apa yang baru saja kau katakan? Kenapa kau ….” Dan Theo tiba-tiba meredam ucapannya sendiri.Agaknya dia tahu, kenapa Annelies mengambil sikap
‘Kau tahu, Nona tidak menerima kegagalan!’ batin anak buah Jesslyn sambil menginjak gas mobilnya amat dalam.Ya, dia sengaja menabrak sang rekan yang tak berhasil menyuntikkan racun pada Annelies. Jesslyn memang memberinya perintah untuk menghabisi rekannya itu jika dia gagal.Lelaki itu merasakan guncangan keras saat menabrak rekannya tadi. Alih-alih berhenti, dia hanya melirik sekilas dari kaca spion dan mendapati sang rekan terkapar di tengah aspal. Tapi bukannya peduli, lelaki tersebut malah semakin memacu mobilnya dengan kencang.Antek Jesslyn itu melirik bangku samping mobilnya dan baru menyadari topi rekannya tertinggal di sana.“Aish, brengsek!” Lelaki tersebut mengumpat geram.Dia lantas meraih topi tadi dan membuangnya dari jendela. Kakinya menginjak pedal gas lebih dalam, membuat kendaraannya melaju cepat menuju jembatan San Manila.Ya, setelah cukup lama mengemudi, lelaki itu berbelok dan menuruni bawah jembatan layang di area sungai San Manila. Di sana Jesslyn sudah menun
“Aish, sialan!” Perawat gadungan tadi mengumpat geram.Dia amat kesal. Niatnya ingin menusuk perut samping Dan Theo malah gagal, karena pria itu malah mencekal bilah tajam belati tersebut. “Kalau begitu, aku pastikan kau tidak bisa menggunakan tangan ini lagi, brengsek!” sambung Perawat itu sangat geram.Dia semakin menekan ujung senjata tajam di genggaman Dan Theo, hingga gelenyar merah menetes dari tangan suami Annelies tersebut. Namun, detik berikutnya Dan Theo langsung menyingkur cepat. Sebelah tangannya mencekal lengan perawat tersebut, lalu membantingnya dengan kasar ke lantai. Lelaki itu jatuh dengan punggung menghantam kerasnya ubin, seiring belatinya yang terpental dari genggaman.“Argh ….” Erangan pun lolos dari mulut Perawat gadungan itu. Dia berpaling melirik senjata tajamnya yang terlepas. Tangannya pun menjulur, hendak meraihnya. Namun, belum sampai menyentuh belati itu, Dan Theo lebih dulu menginjak punggung tangan perawat tersebut.“Aish, enyahlah, brengsek!” umpat