All Chapters of Terpaksa Menjual Kehormatan: Chapter 11 - Chapter 20

36 Chapters

TMK (Bab 11)

Aku menoleh ke arah suara yang familiar itu. Tubuhku langsung membeku saat melihat sosok itu.‘Ya Allah! Itu kan Suci? Aku harus gimana ini?’Bibirku mendadak kelu, tidak tahu harus berkata apa. Bayangan amarah mas Ihsan langsung muncul di depanku.Kulihat mas Bisma maju ke depan, hingga posisiku ada di belakangnya, seolah ingin menyelamatkanku dari situasi yang canggung ini."Siapa kamu?" tanya Mas Bisma pada Suci dengan nada dingin.Suci, yang juga mengenakan pakaian pesta meski tidak semewah punyaku, menjawab dengan sopan, "Saya Suci, Den Bisma. Temannya Seruni. Anaknya Pak Atma yang bekerja di perkebunan kentang punya Pak Wira, bapaknya Den Bisma.”“Oh begitu? Maaf, kalau saya ndak kenal kamu.” Mas Bisma tampak mengernyitkan keningnya, sepertinya dia baru ingat dengan pertanyaan Suci padaku. Kemudian dia menjawab dengan nada tegas, "Tadi kamu bertanya tentang wanita di belakang saya kan? Dia ini Arumi, calon istri saya. Bukan Seruni seperti pikiranmu."Suci tampak mematung, sedikit
Read more

TMK (Bab 12)

Setelah berada di dalam ruang rawat mas Ihsan, hal pertama yang ingin kulakukan adalah mandi, tak peduli meski sekarang sudah jam 1 malam.“Aku hanya seorang wanita kotor saat ini,” gumamku diantara kepedihan hatiku dengan nasib hidupku yang buruk menurutku.Rasanya semua yang terjadi malam ini seperti mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. Tubuhku terasa berat, dan kepalaku penuh dengan pikiran yang membuatku hampir gila. Andai semua ini tak segera berakhir, mungkin perhentian terakhir perjalanan hidupku adalah rumah sakit jiwa.“Ya Allah, tolong aku agar bisam segera keluar dari lingkaran se-tan ini,” gumamku.Aku masuk ke kamar mandi rumah sakit dengan langkah gontai. Begitu pintu tertutup, aku langsung menyalakan shower dan membiarkan air hangat mengalir di tubuhku. Tanpa suara, air mataku mulai mengalir deras.“Seluruh tubuhku kini terasa kotor. Bukan hanya karena keringat dan debu, tapi juga karena perasaan bersalah yang menghantui,” bisikku di tengah kucuran air yang tercurah d
Read more

TMK (Bab 13)

“Ngapain mas Bisma sama perempuan itu?” gumamku tanpa sadar. “Bagus. Bisa-bisanya dia sama perempuan lain sekarang. Sementara semalam dengan mudahnya dia bilang cinta sama aku. Omong kosong! Dasar laki-laki urakan! Untung aja gak aku gubris.”Namun seketika aku melirik ke arah dua penumpang lain yang menatapku dengan tatapan horor. Mereka pasti mengira aku ini gila.“Astaghfirullaahal Adziim.” Aku mengusap dadaku lalu meminta maaf pada kedua penumpang itu.Demi menutupi rasa maluku, aku tutupi wajahku dengan masker lalu menatap ke jalan dari kaca belakang.Akhirnya angkot pun tiba tepat di depan sebuah rumah besar milik Juragan Wira. Setelah menyerahkan ongkos angkot, aku pun masuk ke dalam rumah dengan sejuta sesak dalam yang masih juga tak kusadari.“Kalau aja gak butuh, rasanya aku males banget masuk kerja hari ini,” gumamku setelah mengganti bajuku dengan baju yang biasa aku pakai saat bebenah rumah besar ini.Seperti biasa, aku langsung mengerjakan tugas pertama sebagai pembantu,
Read more

TMK (Bab 14)

Aku segera berlari ke ruang makan dan menemukan Bisma tergeletak di lantai dengan wajahnya yang memucat.“Mas Bisma, kamu kenapa?” tanyaku sambil mencoba menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi dia masih bergeming di posisinya. “Mas, jangan buat aku takut dong.”Sepertinya laki-laki itu memang benar-benar pingsan. Dengan sekuat tenaga kutarik tubuh tinggi besar itu ke arah ruang tengah. Aku menyamankan tubuh Mas Bisma di atas karpet, sebab tak kuat menariknya ke atas sofa. “Malah pingsan segala sih? Duh, aku harus gimana?”Kulihat wajahnya yang memerah, bahkan ada bintik-bintik merah di sekitar lehernya. Sepertinya dia benar-benar pingsan.“Aku coba ulaskan minyak angin di hidungnya deh.”Gegas aku berlari ke arah kamar untuk mengambil minyak angin yang biasa ada dalam tas slempangku. Setelah mendapatkannya, aku kemabli ke ruang tengah. Kubiarkan kepalanya rebahan di pahaku.“Bangun dong, Mas. Kalau mau ngeprank jangan kayak gini,” ucapku sambil mendketakna botol minyak angin yang sudah
Read more

TMK (Bab 15)

Aku meringis menahan rasa sakit akibat rambutku yang di jambak oleh ibu mertuaku. Bu Minten menatapku dengan penuh amarah. "Jangan coba-coba bohongi aku, Seruni! Kalau kamu tidak kasih uang itu sekarang, kamu akan tahu apa akibatnya!" ancamnya sambil menunjuk wajahku.Aku hanya bisa terdiam, merasa terjebak dalam situasi yang semakin rumit. Di satu sisi, ada foto USG yang membuatku penasaran, di sisi lain, ada ibu mertua kejam yang terus memaksaku untuk memberinya uang. Aku merasa seperti berada di antara dua jurang yang siap menelanku kapan saja.Aku terhuyung dan jatuh ke lantai setelah ibu mertua menjambak rambutku dengan keras, alu mendorongku. Tubuhku terhempas ke lantai, sakitnya terasa sampai ke tulang. Aku hanya bisa menangis, meratapi nasibku yang terasa semakin buruk setiap harinya. Air mata mengalir deras di pipiku, sementara ibu mertua masih berdiri di depanku dengan wajah marah."Aku gak mau tahu, malam ini juga aku minta uang 10 juta itu," pekik ibu mertuaku dengan tel
Read more

TMK (Bab 16)

POV Bisma.Pagi ini, aku harus kembali ke Singapura. Pekerjaan yang banyak sudah menantiku di sana. Sebagai seorang CEO di sebuah perusahaan, tentunya aku harus bertanggung jawab dan tidak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaanku. Dari hasil perkebunan sawit dan kentang milik orang tuaku, aku mendirikan perusahaan pemasaran minyak kelapa sawit dan makanan ringan berbahan kentang. Perusahaan ini memerlukan perhatian penuh, dan aku tidak bisa absen terlalu lama.Aku memilih Singapura sebagai tempat berdirinya perusahaan ini karena tadinya mengikuti keinginan Melodi, tapi rupanya takdir diantara kami tak berjalan mulus. Aku harus kehilangan Melodi lima tahun yang lalu.Akan tetapi kesedihanku saat itu tak berlangsung lama. Tepat saat aku pulang ke Indonesia, kulihat seorang pembantu baru menggantikan mbok Jumi yang makin tua. Namanya Seruni dan usianya masih 17 tahun kala itu.Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Ya, secepat itu aku melupakan Melodi dan berpindah hati pada Seruni.Aku
Read more

TMK (Bab 17)

POV Seruni. Setelah pertemuan singkat dengan mbak Dina yang setuju untuk membantuku, aku kembali ke ruang rawat Mas Ihsan. Perasaanku sedikit lebih tenang. Setidaknya aku sudah mengambil langkah awal untuk mencari tahu. Kutatap wajah tampan nan pucat milik mas Ihsan. “Mas, aku harus berangkat bekerja. Hasilnya bisa kutabung untuk biaya hidup sementara. Setelah kamu sadar, mungkin kamu belum bisa langsung bekerja seperti dulu.” Nihil. Mas Ihsan sama sekali tak merespon ucapanku. ‘Bangun, Mas. Mau sampai kapan mas tidur terus? Sementara biaya rawat inap, infus dan obat-obatan terus berjalan,’ Pintu ruang rawat mas Ihsan terbuka, dan ibu mertuaku muncul dengan mata tajam menatap ke arahku. “Mana sisa uang yang belum kamu kasih ke aku?” tanyanya langsung. Kemarin malam Bu Minten hanya menerima 4,5 juta saja. Bukannya men
Read more

TMK (Bab 18)

Suara adzan subuh berkumandang, membuatku yang masih lelap dalam tidur, seketika terbangun. Sebelum pergi ke mushola, kutatap wajah mas Ihsan. “Aku berharap kamu cepat sadar, Mas. Bagiku, hanya kamu yang bisa membantuku keluar dari masalahku ini,” gumamku. Lagi-lagi hanya suara monitor yang menjawab pertanyaan juga keluhanku. Aku hanya bisa menghela napas sambil memejamkan kedua mataku. Setelahnya aku segera pergi ke mushola untuk menjalankan kewajibanku sebagai seorang muslim, meski sadar, diri ini berlumuran dosa. Dosa yang bahkan dilakukan dengan sadar dan sengaja. Selesai sholat dan berdzikir, aku berdoa pada Allah. Mohon ampunan dan meminta agar segera dikeluarkan dari situasi tak mengenakkan ini. Seperti biasa, setelah memastikan mas Ihsan selesai di lap tubuhnya dan lagi-lagi oleh perawat, aku segera pergi ke rumah juragan awira untuk bekerja. &nbs
Read more

TMK (Bab 19)

Aku terdiam dengan segala keadaan ini. Namun kecanggungan itu segera lenyap, begitu mas Bisma menarik tubuhnya dan membenahi posisinya. Setelah selesai berbelanja, kami menuju sebuah restoran mewah di dalam mall. Kami duduk di meja yang sudah dipesan oleh Mas Bisma. Hidangan yang disajikan sangat lezat dan berkelas. Aku merasa seperti hidup di dunia lain. Tiba-tiba aku teringat dengan kejadian beberapa hari yang lalu saat aku melihat mas Bisma duduk di cafe bersama seorang wanita. Meski rasanya tak pantas, tapi aku rasa penasaranku jauh lebih mendominasi. “Mas.” Kulihat mas Bisma mengangkat wajahnya lalu menatap ke arahku. “Hmm?” “Boleh tanya sesuatu?” tanyaku sambil menatap makanan yang ada di atas piringku, tak berani menatap wajahnya. Aku hanya bisa menunduk, bingung dengan perasaanku sendiri.  “Boleh,”
Read more

TMK (Bab 20)

Hatiku seketika melompat kegirangan. "Alhamdulillah... Alhamdulillah..." air mataku mengalir deras, kali ini bukan karena kesedihan, tetapi kebahagiaan yang luar biasa. Aku yakin, sadarnya mas Ihsan adalah akhir dari penderitaanku karena keadaan ini. Mas Bisma pun sepertinya tak akan menagih sisa tiga pertemuan kami. Aku segera masuk ke dalam ruang rawat, mendapati Mas Ihsan yang tampak lemah namun matanya sudah terbuka. Dia menoleh ke arahku dengan tatapan sayu. "Seruni?" suaranya terdengar lemah, namun itu adalah suara yang sudah lama aku rindukan. "Mas Ihsan, akhirnya kamu sadar..." Aku bergegas mendekatinya, menggenggam tangannya yang dingin. "Aku sangat merindukanmu, Mas." "Maafkan aku, Seruni. Maafkan aku sudah membuatmu khawatir," katanya sambil berusaha tersenyum. "Jangan minta maaf, Mas. Yang penting sekarang kamu sudah sadar. Kita akan melalui semua ini bersama," jawabk
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status