Semua Bab Terpaksa Menjual Kehormatan: Bab 21 - Bab 30

36 Bab

TMK (Bab 21)

Aku melepaskan pelukaku pad mas Ihsan lalu menoleh ke arah mbak Rania yang kini matanya menatap tajam ke arahku, lalu berganti menatap tajam pada mas Ihsan. Ah, rasanya sikap mbak Rania ini berlebihan menurutku. Dia hanya kakak ipar buat mas Ihsan tapi bersikap seolah dia adalah istri mas Ihsan. Sepertinya dugaanku benar. Mbak Rania itu jatuh cinta pada suamiku dan ingin menjadi istrinya. Wajah mendiang mas Raffi dan mas Ihsan kan hampir mirip meskipun lebih tampan mas Ihsan. Aku merasa sedikit terintimidasi, tapi berusaha tetap tenang. “Maaf, Mbak. Kami semua sangat sibuk mengurus Mas Ihsan dan mungkin terlewat untuk mengabari mbak.” Mbak Rania mendekat dengan langkah perlahan, matanya masih menyorot tajam. “Aku kan keluarganya juga. Bahkan, seharusnya aku yang pertama tahu.” Aku terhenyak mendengarnya, ‘Apa aku gak salah dengar? Memang siapa mb
Baca selengkapnya

TMK (Bab 22)

Aku merasakan air mata menggenang di mataku. “Mas, aku sungguh gak bisa menjawab pertanyaanmu. Mas tahu kalau aku udah nikah sama mas Ihsan. Aku gak bisa mengabaikan ikatan suci pernikahanku dengan Mas Ihsan. Aku... aku merasa terjebak di antara dua dunia yang berbeda.” Mas Bisma memutar tubuhku hingga aku menghadapnya. Dia menatap dalam ke mataku, mencari kebenaran di dalamnya. “Seruni, aku hanya ingin kamu jujur. Kalau kamu merasa sesuatu untukku, aku akan menunggu. Bahkan kalau perlu aku akan merebutmu dari Ihsan. Tapi kalau tidak, aku akan pergi dan tidak akan mengganggumu lagi.” Aku menunduk, tak sanggup menatap matanya. Tubuhku lemas mendengarnya akan pergi meninggalkanku. Perasaanku benar-benar campur aduk saat ini. Dia mengangkat daguku dengan lembut, memaksa aku untuk menatapnya. “Maafkan aku yang terus memaksamu. Aku terlalu naif karena terbawa perasaanku sendiri. Seperti yang kamu
Baca selengkapnya

TMK (Bab 23)

POV Bisma. “Capek banget rasanya tubuhku,” keluhku.  Aku baru saja tiba di apartemenku di Singapura setelah melakukan perjalanan panjang dari Indonesia. Kurebahkan tubuhku di atas ranjang, mencoba menghilangkan kepenatan yang menggantung di setiap sendi tubuhku.  Kubuka telepon genggamku dan kutatap foto Seruni yang cantik paripurna. Wajahnya selalu membuat hatiku berdebar. Aku memutuskan akan memperjuangkannya, tak peduli meski harus merebutnya dari Ihsan. Aku mencintainya sampai ke tulang sumsumku. Mungkin aku jahat dengan segala kelicikanku, tapi aku yakin tindakanku sudah tepat. “Baru juga beberapa jam, tapi aku udah kangen banget sama kamu,” ucapku sambil terus menatap foto Seruni.  Di galeri telepon genggamku, bukan hanya ada foto-foto Seruni, tetapi juga satu video panas kami yang kuambil dengan handycam yang kuletakkan secara sembuny
Baca selengkapnya

TMK (Bab 24)

POV BismaKeesokan harinya aku terbangun lebih cepat dari biasanya. Aku memang bukan seorang muslim yang taat. Ketika ingin sholat maka aku akan sholat, dan ketika malas, maka aku tidak akan mengerjakannya. Benar-benar seorang pendosa gila. Semoga Allah mengampuniku. Aku sadar dengan yang kulakukan. Apalagi dengan segala kelicikanku untuk merebut Seruni dari Ihsan, meski aku punya alasan kuat melakukannya. Setidaknya setelah aku mengetahui sesuatu. Selesai sholat aku tidak langsung mandi, melainkan meraih ponselku untuk menghubungi Seruni. Rasa penasaran sekaligus rasa khawatir membuatku ingin segera mengetahui keadaan Seruni. Sambil rebahan di ranjang, aku melakukan panggilan video call. Aku tahu kalau Seruni tak akan merespon bila aku menghubunginya secara langsung seperti ini. Tanpa kuduga, Seruni menerima panggilan video cal dariku. Apakah ini artinya di jam sepagi i
Baca selengkapnya

TMK (Bab 25)

POV Bisma.Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuatku terdiam sejenak. Ada rasa tak tega, tapi aku harus bisa mengatakannya.“Benar. Aku sedang menjalin hubungan kasih dengan seorang wanita,” jawabku.Kulihat perlahan raut wajahnya memperlihatkan kekecewaan. Apalagi dari beberapa paket yang kuterima darinya yang menunjukkan kalau dia kembali berharap bisa bersamaku.‘Tidak. Niatku sudah bulat untuk bersama Seruni. Aku sudah terlanjur jadi manusia jahat dengan rencana licikku untuk memiliki Seruni. Tentu saja aku tak mungkin mundur,’ ucapku dalam hati.Melodi tampak diam. Aku tahu kalau dia sedang terluka hatinya.Dia menatapku dengan wajah lelah. “Bisma, bisakah kamu menjaga Garvin sampai dia tidur? Aku benar-benar tidak punya tenaga lagi.”Aku mencoba menolak dengan lembut. “Melodi, aku harus segera pulang ke Indonesia malam ini.Namun, wajah Melodi memelas, matanya penuh harap. “Siapa lagi yang bisa membantuku di sini selain kamu, Bisma? Tolong jaga dan sayangi anakku,” ucap Melod
Baca selengkapnya

TMK (Bab 26)

Aku mematung di depan pintu yang tidak tertutup rapat. Mendengar ucapan ibu mertuaku membuat rasa penasaran menguasai diriku. Apa maksud Bu Minten berbicara seperti itu dan apa pula tujuan utama mas Ihsan menikahiku? Hati kecilku mendesak untuk mendengar lebih lanjut, namun ada juga rasa takut yang menghantui.“Ihsan, apa kamu lupa tujuan utamamu menikahi Seruni, hah?” suara Bu Minten terdengar jelas.“Aku ingat, Bu. Tapi untuk saat ini aku gak bisa dan aku juga gak mau Seruni terluka,” jawab Mas Ihsan dengan suara bergetar.“Apa kamu bilang, Ihsan?!” Kudengar suara ibu mertuanya yang sepertinya terkejut mendengar jawaban suamiku. “Kamu gak mau dia terluka? Lalu kamu mau mengabaikan luka hati ibu akibat perbuatan ibunya si Seruni yang udah jadi mayat itu?”Hatiku berdebar-debar terutama saat mendiang ibuku disebut-sebut. Tidak! Ibuku orang baik, dan mustahil kalau dia menyakiti seseorang. Seingatku, bahkan mendiang ibuku tak sanggup membunuh nyamuk yang telah menghisap darahnya.Aku
Baca selengkapnya

TMK (Bab 27)

POV BismaPara penumpang yang terhormat, selamat datang di bandara tujuan. Demi keselamatan dan kenyamanan Anda, harap tetap duduk dengan sabuk pengaman terpasang hingga kapten mematikan tanda Kencangkan Sabuk Pengaman. Harap periksa di sekitar tempat duduk Anda untuk barang-barang pribadi yang mungkin Anda bawa ke dalam pesawat dan berhati-hatilah saat membuka tempat sampah di atas kepala, karena barang-barang tersebut mungkin telah bergeser selama penerbangan. Atas nama maskapai bird air dan seluruh kru, kami mengucapkan terima kasih karena telah bergabung dengan kami dalam perjalanan ini dan kami berharap dapat bertemu dengan Anda lagi dalam waktu dekat. Semoga perjalanan Anda menyenangkan dan selamat sampai tujuan.Terima kasih.Aku yang sedang tidur pulas karena kelelahan, sedikit terperanjat mendengar pengumuman yang terdengar melalui headphone yang menempel di telingaku.Aku kelelahan setelah mengejar waktu. Melodi sempat menghalangi kepergianku, sementara niatku untuk pulang k
Baca selengkapnya

TMK (Bab 28)

POV Seruni. Ajakan Mas Bisma membuatku terkejut. Apalagi dia bicara seperti itu di depan ibu mertuaku sendiri. Membuatku serba salah. Beruntung wajah Bu Minten tak seperti orang curiga kalau ada apa-apa diantara aku dan mas Bisma. Saat aku ingin menjawab, tiba-tiba suara lemah Mas Ihsan menghentikan niatku. “Seruni…” panggil Mas Ihsan lirih, membuatku segera menoleh ke arah ruang rawat. “Gara-gara kamu berisik, Ihsan jadi bangun,” omel Bu Minten, lagi-lagi menyalahkanku. AKu hanya bisa menghela napas pasrah. Bu Minten segera masuk, diikuti olehku. Namun, sebelum aku bisa melangkah lebih jauh ke dalam ruang rawat suamiku, Mas Bisma menahan tanganku.  Aku menatapnya dengan bingung, tapi tatapannya seolah-olah mengatakan, "Jangan masuk, ikutlah denganku." “Mas, tolong lepaskan tanganku. Aku harus masuk
Baca selengkapnya

TMK (Bab 29)

POV Ihsan.Saat pagi tiba, aku sudah berada di ruang rawat Mas Ihsan. Setelah berlama-lama berada di taman, aku memutuskan untuk kembali lalu tidur sebentar. Aku terbangun karena dibangunkan oleh mas Ihsan. Saking lelapnya aku bahkan tak mendengar suara adzan subuh berkumandang. Bahkan saat Ibu mertuaku pulang pun aku tak tahu. “Mas kok gak bangunin aku?” tanyaku saat melihat jam sudah menunjukkan angka 6.30 pagi. Mas Ihsan tersenyum padaku. Dulu senyum itu selalu membuatku tenang dan bahagia, tapi sekarang justru malah membuatku merasa sesak. “Aku gak tega bangunin kamu, Sayang,” ucap mas Ihsan. Aku tertegun mendengar ucapan mas Ihsan. Percayakah kalian kalau ini adalah panggilan sayang pertama mas Ihsan padaku, bahkan sejak kami mulai berpacaran dulu. Aku seketika merasa serba salah. Lalu aku pamit untuk pergi ke mushola d
Baca selengkapnya

TMK (Bab 30)

POV Ihsan. Aku terbangun karena suara dering ponsel yang memecah keheningan kamar. Kubuka mataku sedikit. Rupanya ponsel Seruni yang berdering, tapi aku tak tahu siapa orang yang menghubunginya. Tak lama kemudian, aku mendengar langkah kaki Seruni keluar dari kamar. Rasa penasaran membuatku bangkit, meski tubuhku masih lemah. “Ah, sial! Kenapa juga aku harus harus ngalamin ini sih?” keluhku, seraya beringsut ke arah kursi roda. Setelah duduk di kursi roda, dengan susah payah aku menggerakkan kursi roda menuju pintu kamar. “Kok sepi? Ibu sama nenek kemana ya? Tidur kali ya,” gumamku lalu kembali menggulirkan roda di kursi ke arah ruang tamu. “Perempuan itu kemana sih? Bukannya nemenin suami tidur, ini malah ngeloyor gak jelas,” omelku. Ya, inilah aku. Sosok Ihsan Kusuma, suami Seruni yang sebenarnya memben
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status