Home / Romansa / Menikahi Tuan Maximilian / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Menikahi Tuan Maximilian: Chapter 11 - Chapter 20

48 Chapters

Bab 11

"Kalian benar-benar pasangan serasi. Ibu senang melihat kalian berdua berdampingan begini." Senyum merekah dari bibir Agustine hanya dibalas senyuman tipis oleh Jharna, Max sendiri masih mempertahankan ekspresi datarnya itu. William di sisi lain meja makan tampak tidak berminat lagi sarapan, alat makannya dia hempas kasar dan meninggalkan ruangan tersebut. Dentingan alat makan terpusat ke arah William. Agustine terkejut karena mendadak William pergi begitu saja. Menghadirkan rasa cemas, lalu memutuskan menyusul anak bungsunya itu. Kini tinggal Max dan Jharna serta Aidan. Anak kecil itu lebih diam dari biasanya, membuat Jharna mencoba membuka suara dan tak memperhatikan Max di sampingnya. "Apa kau mau memakan yang lain?" tawar Jharna, sebab anaknya terlihat tak nafsu makan. Sedangkan Aidan menggeleng pelan, lalu menatap Jharna dengan tatapan polos. "Bu, bolehkah kita pulang saja?" "Kenapa kau tiba-tiba mau pulang, hmm? Mansion ini sekarang menjadi tempat tinggal kita, N
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Bab 12

Kegiatan monoton setiap hari dijalani seorang Jharna. Sejak tempo hari, lebih tepatnya delapan hari lalu, dirinya hanya berdiam diri di kediaman Kingston. Ditambah ada berita hangat tentang dirinya yang ternyata pernah menjadi pasangan pesta bersama Theodor di pesta gala. Gunjingan serta kehidupan lama menyeruak bagai gas bumi yang coba ditimbun, sayangnya seseorang seperti menggalinya secara dalam, sehingga orang-orang beserta wartawan mendapatkan informasi hasil yang tak tahu dari mana datangnya. Jharna menghela napas ketika mematikan televisi. "Puaskan saja diri kalian, dasar pembual."Kemudian Jharna bangkit dan berjalan ke arah ruangan Aidan belajar. Di sana ada seorang guru wanita mengajarkan segala sesuatu kepada sang anak, mau itu pelajaran umu ataupun etika. "Setidaknya, pendidikan anakku sejak dini terjamin," gumam Jharna sembari tersenyum tipis. "Ternyata kau di sini." Jharna menoleh mendengar seseorang di belakang tubuhnya mengeluarkan suara. "Aku dan Mac ingin berbinc
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Bab 13

Suasana akhir pekan yang penuh ketenangan di kediaman Kingston. Agustine sudah lama tak terlihat, wanita paruh baya itu pergi setelah mendapat kabar, bahwa anak sulungnya akan pulang. Jharna mengingatnya jadi iba, dimusuhi oleh anak sendiri yang dia lahir 'kan, sungguh menyakitkan hati seorang ibu. Dari Agustine pula tiada upaya berarti untuk memperbaiki semuanya, seakan menerima takdir dengan lapang dada. Agustine sebelum pergi sempat berbincang dengannya. Kebingungan pun akhirnya melanda kembali saat kalimat ambigu dari Agustine amat kentara. "Cintailah putraku seperti dulu, dia selalu menantimu walau mulutnya terus memilih bungkam. Aku percaya padamu, Jharna." Itu kalimat pertama Agustine sebelum Jharna benar-benar sadar. "Jadi kalian mengenalku? Seberapa lama?" tanya Jharna kala itu. Agustine tersenyum tipis menanggapi, lalu berkata, "Tidak perlu aku jawab sekarang. Kau akan menemukan jawabannya send
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Bab 14

Dentuman benda tumpul jatuh menghantam lantai, karena bobotnya dan tekstur yang padat, membuat retakan sekitar benda itu timbul ke permukaan. Tidak, itu bukan terjatuh ternyata.Lebih tepatnya baru saja terlempar dan melewati pembatas pelindung lantai. Suara geraman menyusul setelahnya, alat angkat beban ringan seperti barbel ukuran sedang melayang ke arah kaca. Prang! "Sialan, aku lebih dulu memasuki kehidupannya. Mengapa wanita yang aku cintai tidak berakhir denganku!" teriaknya mengeluarkan amarah. Asisten pribadi yang biasa mengikuti kegiatan sang tuan pun terlonjak kaget, akibat suara memekakkan telinga di dekatnya amat lantang. Di tambah pecahan kaca serta lantai hampir mengenainya barusan. "Katakan, ada kabar apa lagi?" tanya pria bertubuh atletis tersebut. "Non—nona Mackenzie tampaknya tidak setuju dengan pernikahan Tuan Kingston sampai sekarang, Tuan. Dan Nona dari keluarga Marleigh juga mempunyai perasaan khusus untuk Tuan Kingston sendiri," jelas si asisten, panggil sa
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

Bab 15

"Berani sekali kau mengatur kehidupanku. Memang siapa dirimu, jika tak ada marga Kingston di nama rendahan itu? Kau hanya sebagian debu tidak berarti di dunia ini!" bentak Mac habis-habisan, sambil jari telunjuknya mendorong bahu Agustine. Agustine menangis sesegukan, dia luruh ke lantai. Kedua tangan mengatup menjadi satu, seperti memohon seraya menundukkan kepalanya. "Jangan begini, Ibu tidak sanggup, Mac. Kau belum harus tahu semuanya, tapi tolong maafkan Ibu," pinta Agustine. "Cih, kau pikir aku akan percaya? Di mana otakmu sebagai orang tua? Merasa pantas mendapatkan karena telah melahirkan diriku?" cecar Mac tajam. Matanya mendelik seakan mau keluar dari tempatnya, bahkan Agustine sendiri sama sekali tak berani menatap sang anak barang sedetik pun. "Tidak. Justru aku menyesal, mengapa aku harus terlahir dari rahim kotor mu itu!""Haaa ... ah, Mac, kenapa kau jadi kasar seperti ini? Aku Ibumu, Nak!" sahut Agustine benar-benar merasakan sakit luar biasa. Kemudian Mac dengan ka
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

Bab 16

Suasana duka menyelimuti kediaman resmi Kingston. Terkecuali Mac, dia memasang wajah datar andalannya, sikap dinginnya pula menjadi sorotan ketika mengantarkan peti berisi sang ibu ke tempat tinggal terakhirnya. Max sendiri merasakan kehilangan untuk ketiga kalinya, dia harap sang ibu adalah hal terakhir dalam suatu kehilangan.William pun serupa, anak bungsu dari keluarga Kingston ini seakan masih tidak percaya, bahkan tatapan kosong sejak memakamkan ibunda tercinta terus saja bertahan sampai dirinya kembali ke mansion. Ada dua orang yang memilih diam dan mengasingkan diri seolah memang merasa takkan pernah pantas di keluarga itu. Jharna dan juga Aidan, ibu serta anaknya selalu mematuhi aturan langsung dari Mac. Alih-alih menolak, Jharna berpikir kalau lebih baik menurut. Di sini, di ruang keluarga mereka berkumpul. Kesunyian di awal bukanlah hal tidak biasa. "Pewaris sudah ditetapkan, tapi aku memberikan semua itu padamu, Max. Jadi, aku mau kau mengambil keputusan setelah kemati
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

Bab 17

Tubuh ringkihnya tersentak, karena lampu kamar mendadak menyala sendirinya. Kondisinya sekarang amat memalukan. Sehelai handuk membalut sederhana tubuh polos tanpa satu pakaian terpasang. Jharna membalikkan tubuhnya sambil mengeratkan handuk di depan dada, saat mengetahui siapa pelakunya. Membuat semuanya terpusat di sana, lalu lupa akan punggungnya juga terekspos bebas. Menampilkan betapa mulus kulitnya yang cerah. "Bagaimana jika orang lain masuk kamar? Dasar ceroboh," rutuk Max sembari menatap dalam sosok Jharna. "Maaf, tapi—bisakah kau keluar sebentar? Aku mau mengambil pakaian," cicit Jharna kepalang malu. Dia membeku, seolah seluruh anggota tubuhnya benar-benar lumpuh seketika. Max mengangkat satu alisnya. "Buat apa? Kita 'kan suami istri."Jharna memaki kebodohannya. Di posisi berjongkok seraya menenggelamkan muka, Jharna enggan menoleh. "Pakai bajumu, malam kian larut dan angin semakin dingin," tegur Max melangkah mendekat. "Se—sebentar saja, aku mohon keluar," pinta Jha
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Bab 18

"Eugh ... pinggangku sakit sekali rasanya," keluh Jharna mengernyitkan wajah. Di sampingnya, sang anak menatap khawatir ibunya, karena sejak tadi siang ibunya selalu berjalan tertatih. "Ibu, apa sangat sakit?" Jharna menoleh ke Aidan. Dia tersenyum kecil seraya tangannya mengusap lembut kepala sang anak. "Sakitnya akan hilang dengan sendirinya, sayang." "Benarkah, Bu?" tanya Aidan memastikan. Jharna mengangguk dan membantu Aidan duduk di kursinya. Mereka berdua melanjutkan perbincangan ringan tentang Jharna menanyakan kegiatan Aidan seharian ini. Aidan menceritakan jika masih tetap dapat bimbingan dari guru etika. Terkadang anak kecil itu sempat mengeluh, karena lelah dan menghafalkan banyak aturan di kalangan atas. Jharna pun tidak dapat memungkiri, kalau didikan Agustine layaknya kaum bangsawan, namun ketat. Sedangkan untuk Aidan sendiri menurutnya terlalu dini. Apa lagi nanti Aidan memasuki sekolah bergengsi, itulah mengapa Aidan harus dididik sejak awal, agar tak mem
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Bab 19

Pantai adalah tujuan mereka, dikarenakan Max sudah mengaturnya. Begitu cepat pria itu menyiapkan segalanya untuk mereka berdua. Apa lagi binar kebahagiaan sangat kentara di ekspresi Aidan, membuat Jharna ikut merasa senang atas semua ini. "Aku mau berdamai," kata Max tiba-tiba. "Berdamai untuk apa? Apa ini karena kepergian Ibu?" Pria selaku suaminya menggeleng pelan dan menoleh seutuhnya ke arah Jharna. Max kemudian memandang lurus kembali ke depan. Di mana Aidan ditemani pelayan, sedangkan mereka beristirahat sebentar. Senyuman tipis tertarik dari kedua sudut bibir Max sekarang. "Atas sikap dan tingkahku, entah menyakiti dirimu tanpa tahu disengaja atau bukan sekalipun. Jelasnya, aku meminta maaf untuk semuanya. Sedari awal kita mengenal, kesan buruk selalu kau terima. Aku harap kau mau menerima kata maaf sederhana ini. Sebab, aku bukanlah pria romantis." Perasaan aneh itu muncul kembali. Desiran dan degup jantung kian jelas, namun Jharna tak mau menyalahkan arti mengapa semu
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

Bab 20

Pada keesokan harinya, ranjang berukuran besar berisikan dua insan manusia berbeda gender tengah terlelap. Salah satunya perlahan membuka mata dan barulah dia merasakan hangatnya sinar matahari menyelinap nakal ke dalam kamar. Saat kesadarannya terkumpul, tubuhnya terasa begitu hangat, kemudian kepalanya menunduk karena ada suatu beban ringan menimpa dada bidangnya. Jharna tertidur pulas dalam keadaan memeluk Max. Wanita itu belum merasa terganggu oleh sinar matahari, bahkan Max masih mendengar denguran halus dari Jharna sendiri. Sosoknya terlihat cantik dan tenang saat tertidur. Max rela diam menjadi patung berjam-jam agar Jharna tidak terbangun. Alih-alih merenggangkan semua anggota tubuh, Max justru memejamkan mata kembali sambil membalas perlahan pelukan Jharna, supaya wanita itu tak terganggu atau terbangun. Namun, sayangnya Jharna menggeliat. Lambat laun matanya terbuka, mengumpulkan kesadaran sedikit demi sedikit."Max? Sejak kapan aku memeluknya?" gumam Jharna pelan, bermono
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status