Menikahi Tuan Maximilian

Menikahi Tuan Maximilian

Oleh:  Osaka ois   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
43Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Berawal dari hutang, paksaan, dan pernikahan yang dianggap bodoh. Ternyata adalah awal buruk dan akhiran baik bagi kedua insan dari cerita ini. Jharna seorang wanita penuh cerita misterius di balik ketegasannya, mampu menarik hati seorang pria sinting seperti Max. Di mana si pria ini jatuh cinta pada seorang janda yang biasanya dianggap aib bagi orang sekitar. Tidak untuk Max, justru Jharna adalah anugerah bagi dirinya sendiri di tengah kehidupan monotonnya. Namun, terkadang takdir mereka tampak lucu, akibat selalu saja ada fakta menyakitkan sekaligus tidak dapat dipercaya di balik kedua insan tersebut. Lalu bagaimana cara Max menerima masa lalu Jharna yang begitu kelam? Entah. Karena Max hanya peduli dengan masa sekarang.

Lihat lebih banyak
Menikahi Tuan Maximilian Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
5 Bab
Bab 1
"Menikahlah dengan anakku, maka semua hutang mendiang suamimu akan aku anggap lunas. Lagi pula aku sudah memeriksa riwayat hidupmu, Jharna, jadi kau hanya perlu berpikir secara matang. Kendati cara lain berguna, tiada lain ialah membayar langsung menggunakan uang. Inilah penawaran bagus, sekaligus dapat menaikan taraf hidup di kemiskinan ini akibat ulah suamimu sendiri." Tidak, bukan ini yang terlintas di benaknya. Sekuat mungkin Jharna menahan kesabarannya, penawaran rendah tersebut menciptakan spekulasi buruk tentang anak Nyonya Kingston. Seperti pertanyaan: 'Apakah anaknya cacat, sampai harus dijodohkan? Atau kemungkinan anaknya sangat buruk rupa, hingga ibunya menjodohkan anaknya sendiri dengan seorang janda?' "Tampaknya kau sangat khawatir. Aku menawarkan ini karena kriteria anakku ada pada dirimu, jangan salah paham kepada apa yang aku katakan. Tiada niat pula merendahkan harga dirimu, Jharna, sebab semua murni keinginan dariku sendiri," jelasnya berhasil menebak Jharna melalu
Baca selengkapnya
Bab 2
Seorang pria baru menyelesaikan aktivitas di kantor dan langsung pulang ke rumah tanpa mau mampir ke sana kemari. Setelah membersihkan diri, dia merasa ada sesuatu yang kurang di mansion ini. Pusat perhatiannya beralih pada jam analog di dinding. Dirinya baru ingat, ibunya belum pulang juga, di pukul delapan kurang sembilan menit. Seharusnya sang ibu pulang lebih awal dan tidak melewati jam makan malam, membuat dirinya kepikiran takut sang ibu telat mengisi perutnya atau terjadi sesuatu di jalan pulang. Pasalnya sejak tadi juga sambungan telepon tak terangkat oleh ibunya, di kala dirinya berada di perjalanan pulang, semakin besar rasa cemas tercipta di dalam dada. Lantaran takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. "Tapi kata supir yang bersama ibu, ibu baik-baik saja. Lalu aku harus percaya siapa jika begini?" gumamnya sambil mengacak rambut hitam legamnya. Pada akhirnya pria itu berusaha melacak keberadaan ibunya, baru saja ditemukan lokasinya, suara ketukan pintu kamar m
Baca selengkapnya
Bab 3
Pelukan si kecil melepaskan segala beban di punggungnya bersama kerinduan membuncah bak akan meletus ke mana-mana. Jharna akhirnya bertemu dengan anaknya. Rasa senang bercampur sedih terlalu banyak meliputi suasana hati, sebab, sudah seminggu Jharna tidak bertatap muka langsung dengan sang anak. "Mama, kau ke mana saja? Apakah penagih hutang melukai ibu peri ku ini?" tanya sang anak—Aiden. Wajahnya polos nan sembab, menggambarkan Aiden baru saja menangis karena menahan kerinduannya sedari lama. "Tidak ada penagih hutang, Nak. Mereka takkan datang menemui kita lagi," jawab Jharna lugas sembari mengelus punggung Aiden. Max dan Agustine memperhatikan mereka, perasaan Max mengatakan Jharna memang penuh kehangatan seorang ibu. Namun Max pula tak nyaman akan kehadiran Aiden. Fokusnya hanya untuk Jharna sejak awal mereka bertemu kembali setelah kejadian malam itu. Ada kemungkinan karena dirinya belum terbiasa dengan kehadiran anak kecil, ditambah anak yang dimaksud ialah anak hasil dar
Baca selengkapnya
Bab 4
Waktu berlalu. Tak terasa, empat hari sebelum pernikahan kedua insan akan segera tiba. Di sisi Jharna, dengan penampilan anggun dan riasan tipis, memancarkan kecantikan tanpa rasa bosan orang-orang memandanginya. Semuanya atas usulan mertuanya, supaya Jharna terlihat layak di depan publik, entah itu penampilan ataupun tata krama. Kini kaki jenjangnya melangkah ke arah resepsionis, bertanya tentang ruangan Max berada. Itu cukup membuat orang-orang di dekat meja resepsionis bertanya-tanya, di tambah pembawaan tenangnya justru mencuri perhatian. "Kalau boleh tahu, apakah anda sudah membuat janji?" tanya resepsionis itu menjaga kesopanan, sungguh takut sekali jika orang di hadapannya adalah orang penting sang atasan. "Belum, namun saya adalah calon istrinya. Saya datang untuk membawakan makan siang untuk beliau," jawab Jharna sesuai arahan Agustine kalau ada orang menanyakan hal ini. Katanya cukup bawa status itu bisa membuat seseorang lebih rendah menundukkan kepala. Ya, sedikit berl
Baca selengkapnya
Bab 5
"Shh ... jangan banyak bergerak sayang, kau membangunkan makhluk yang baru tertidur tenang," lirih Max tersadar. Sedangkan Jharna mengerjapkan matanya. Kesadarannya pun langsung kembali, ketika ada gerakan di dalam tempat keintiman membuat mulutnya mengeluarkan suara mesum barusan. Jharna sampai berujar kesal kepada sang empu. "Keluarkan milikmu, Max!" Max memeluknya erat, enggan merespon perkataan Jharna yang memperingatinya. "Biarkan begini, apa kita perlu sekalian melakukan morning s*x?" "Pria sinting, ini di kantor, Max. Jangan bercanda!" protes Jharna yang dibalas tawa renyah oleh Max sendiri. "Jika kau lupa, semalaman kita menghabiskan waktu dengan kegiatan panas di ranjang ini. Bahkan, aku mengingat suaramu yang memanggil namaku amat sensual di tengah pergulatan kita. Kau benar-benar bergairah saat itu, sayang," jelas Max tanpa rasa malu. Jharna malu tidak karuan. Mengecam perilaku bodohnya sejak tadi sore dan semalam. Seandainya, jika bisa menghilang, akan Jharna
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status