Semua Bab Jodoh di Tangan Mama: Bab 41 - Bab 50

105 Bab

BAB 41 - Ke Mana Asa?

Kalau dipikir-pikir, Athalia jarang mengkhawatirkan Asa yang tiba-tiba menghilang karena lelaki itu hampir tidak pernah melakukannya.“Ke mana ya Asa?” gumam Athalia setelah keluar dari taksi yang mengantarnya sampai halaman rumah kediaman Tanaka.Di mana pun Asa berada, ia akan selalu mengabari Athalia. Mau itu saat Asa ke luar kota, sedang sibuk-sibuknya, dan bahkan saat sakit. Lelaki itu tidak pernah membiarkan Athalia tak tahu kabarnya dan melakukan hal yang sama juga kepada Athalia, selalu menanyakan kondisi Athalia dan memastikannya aman.Namun, hari ini Asa tidak membalas pesannya sama sekali. Kalau cuma sekali-dua kali, mungkin Athalia tidak heran, tapi pesannya tidak dibalas sejak kemarin.Athalia pikir kemarin Asa hibernasi seharian, tapi dugaan itu kini sepertinya salah dan Ath
Baca selengkapnya

BAB 42 - Koper Milik Asa dan Athalia

 Pernahkah kamu merasa kalau waktu ternyata bisa berhenti dan membiarkanmu ada di dalam satu fase waktu tertentu, dengan dimensi yang juga seakan berhenti bergerak?Athalia pikir hal itu adalah hal yang mustahil. Kini, ia mulai memikirkan ulang pemikirannya tersebut karena bersama dengan Asa di kamarnya saat ini, membuat Athalia merasa kalau waktu tengah berhenti.Waktu tengah berhenti dan memberi kesempatan kepada mereka untuk mengambil jeda sejenak.“Kamu nggak pegel?”“Nggak.” Athalia menjawab tanpa menoleh, hanya tangannya yang lanjut mengusap puncak kepala Asa,Di bawah sentuhannya, rambut Asa terasa halus dan sangat lembut, bak rambut bayi yang membuatnya gemas ingin menyentuhnya lagi dan lagi.
Baca selengkapnya

BAB 43 - Tidur Nyenyak yang Akhirnya Didapatkan Asa

 “Kamu pasti akan bilang bosen Papa tanyain ini.”Asa tertawa, bahkan sebelum Badai Tanaka menyuarakan pertanyaannya. Ia tahu apa yang sekiranya akan ditanyakan sang ayah.“Athalia mana, Pa?” tanya Asa sebelum Badai bertanya padanya.Dengan perut yang mulai bergemuruh karena lapar, Asa yang baru tiba di ruang makan segera duduk di kursi yang biasa ia duduki dan mulai mengisi piringnya.Sepertinya sang mama menyadari kalau Asa pasti akan bangun kesiangan dan langsung kelaparan, makanya sisa sarapan tadi pagi masih disediakan di meja makan, walaupun saat ini jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas siang.“Ada di halaman belakang, lagi diajarin mamamu merajut sama Ilana dan Meisie juga,&rdqu
Baca selengkapnya

BAB 44 - Perempuan yang Muncul di Saat Mendung

“Mamamu sukanya bunga apa?”“Aku nggak tahu.”“Oke.” Athalia tak ambil pusing atas jawaban Asa. Wajar jika Asa tak tahu apa bunga kesukaan ibu kandungnya karena dari apa yang Athalia dengar, Asa tak menghabiskan banyak waktu dengan perempuan tersebut.“Kita beli yang ada aja ya,” usul Athalia lagi.“Boleh, biasanya aku juga begitu.” Asa mengangguk setuju. “Beli yang kelihatan cantik aja di antara semua bunga.”Athalia menggandeng tangan Asa dengan lebih erat saat mereka berjalan dari mobil yang telah terparkir, ke toko bunga yang tak jauh dari gerbang TPU.Siang ini, ia dan Asa pergi ke makam Anastasya. Sepanjang perjalanan, Asa bercerita kalau ia hanya bisa ke maka
Baca selengkapnya

BAB 45 - Lelaki yang Sempat Menghilang

Athalia mengetuk ujung sepatunya ke lantai pelataran lobi dengan gelisah. Hujan masih turun dengan derasnya. Tempiasnya yang disebabkan angin yang agak menderu mulai membasahi setengah lantai pelataran tersebut.Walau begitu, Athalia memilih untuk tetap bertahan di tempatnya. Sebentar lagi seharusnya mobil GoCar yang ia pesan akan memasuki kawasan gedung kantornya, jadi ia bisa segera sampai di kosan dan menghangatkan diri, sembari menunggu Asa tiba untuk makan malam.“Mbak, pesen GoCar ya? Platnya yang belakangnya EVJ bukan?”Pertanyaan satpam yang berjaga di pelataran lobi itu segera Athalia sambut dengan anggukan. Jika di jam pulang kerja begini, satpam tersebut memang akan memastikan kalau mobil yang masuk benar-benar ditunggu oleh penghuni gedung tersebut.Karena ada mobil yang sering keluar-
Baca selengkapnya

BAB 46 - Kalian Bisa Berhenti Mengkhawatirkan Masa Depanku

“Mau nitip salam buat Athalia nggak, Bang?”Senyum jahil di wajah Ksatria–teman ayah Asa yang sudah ia anggap seperti omnya sendiri, mau tak mau menular pada ayahnya dan bahkan Asa.Siang ini ia diajak makan siang bersama dengan ayahnya dan Ksatria. Sambil makan siang, mereka ingin membicarakan prospek bisnis Red House ke depannya yang saat ini mulai diambil alih oleh Asa dan anak-anak sahabat ayahnya yang lain.“Nggak usah, Om,” elak Asa setelahnya. “Om kan sibuk.”“Alah, mampir ke lab sebentar masih bisalah.”Badai mendengus mendengar bagaimana Ksatria menampik penolakan Asa. “Bilang aja kamu butuh bahan keisengan baru, makanya ngorbanin Asa.”Ksatria tertawa dan tak me
Baca selengkapnya

BAB 47 - Kebersamaan yang Baru untuk Athalia

“Jadi sama cowok yang kemarin gimana? Nggak jadi juga?”Ilana terkikik begitu mendengar pertanyaan Athalia. Minggu lalu ia mengenalkan seorang lelaki pada Athalia, yang notabenenya memang sudah ia anggap seperti kakak perempuannya sendiri. Makanya selain Asa dan Ilana yang tahu sepak terjangnya selama ini, sekarang bertambahlah Athalia.“Nggak, Mbak,” jawab Ilana sambil tetap mengemudikan mobilnya dengan lihai.“Kenapa? Kayaknya dia orang baik.”“Yah, baik sih, tapi aku sama dia nggak ada sparks-nya gitu lho, Mbak,” jawab Ilana lagi, kali ini jemarinya mengetuk stir dengan irama yang statis. “Kesannya kayak mengada-ada sih, tapi emang itu yang aku rasain. Aku sama dia nggak ada percikan-percikan yang bikin aku mau ngehabisin waktu lama-lama dan berharap hari nggak cepet habis gitu. Mbak Atha pasti ngerti kan maksudku?”Di samping Ilana, Athalia mengangguk. Kurang lebih apa yang ia rasakan dengan Asa memang seperti apa yang dideskripsikan Ilana barusan.“Mbak Atha pengen mampir beli se
Baca selengkapnya

BAB 48 - Kalau Kamu Menikah dengan Dia…

“Kamu mau temenin Mama nggak, Tha?”“Temenin ke mana, Ma?”Sejak sebulan yang lalu, Padma Hardjaja bersikukuh untuk dipanggil Mama oleh Athalia. Tidak hanya Padma, Badai pun ikut-ikutan. Saat Athalia beberapa kali keceplosan masih memanggil Om dan Tante, Asa hanya tertawa dan tidak membantu Athalia yang mendapat delikan dari orangtuanya.“Nggak apa-apa, pelan-pelan emang harus kamu biasain. Kamu kan emang udah dianggep anak sendiri sama papa dan mamaku,” kata Asa saat Athalia berkali-kali keceplosan, masih belum terbiasa dan mulai bingung sendiri apa yang harus ia lakukan.“Jengukin Khansa.”“Eh?” Athalia tidak menyangka kalau itulah yang dimaksud Padma. “Khansa sakit, Ma?”“Nggak, dia baru melahirkan.” Padma menaruh buah persik yang sudah ia kupas ke dalam piring dan menyodorkannya kepada Athalia. “Denger-denger sih, kemarin udah pulang ke rumah. Mama belum sempet jenguk pas dia di rumah sakit.”Di Sabtu pagi ini, Athalia sudah berada di kediaman Tanaka karena sudah berjanji untuk be
Baca selengkapnya

BAB 49 - Bukan Undangan yang Diharapkan

“Kenapa Mbak bisa kasih alamatku ke Papa?”“Aku kasihan sama Papa.”Athalia memutar kedua bola matanya, alasan Aline sudah ia duga, tapi tetap saja malas mendengar alasan tersebut diucapkan oleh kakaknya.“Aku serius, Tha.” Aline sendiri tahu kalau alasannya tak dipercayai sama sekali oleh Athalia. Ia menaruh sendok dan garpunya, menandakan kalau obrolan mereka setelah ini akan lebih serius.“Kamu nggak suka sama Papa setelah dia ninggalin kita gitu aja… aku juga kok,” terang Aline. “I hate him, karena dia ninggalin kita meskipun yang salah cuma Mama. Aku benci sama dia bertahun-tahun, Tha. Tapi aku juga nggak bisa bohong, aku kangen Papa.“Aku kangen Papa yang suka ngajak kita drive thru
Baca selengkapnya

BAB 50 -  Apa yang Papa Bawa Ketika Bertemu Papanya Mama?

Asa tahu ini berlebihan, tapi dirinya tidak bisa mencegah untuk tidak mengamati penampilannya di cermin. Entah untuk yang keberapa kalinya.“Anak Mama udah ganteng kok.”“Bang, cerminnya bisa pecah kalau kamu nggak berhenti ngaca secepatnya—duh, Hon….”Asa meringis dengan minder dan berbalik, mendapati orangtuanya sedang mengamatinya dengan geli. Sepertinya sang mama baru saja menyikut pinggang ayahnya, makanya kini ayahnya tengah menaduh pelan sambil mengusap pinggangnya.“Mau ke mana sih, Bang?” Padma menghampiri Asa dan ikut berdiri di sampingnya, kemudian menghadap ke cermin untuk mengamati refleksi mereka berdua. “Udah ganteng gini kok masih kelihatan nggak pede sih?”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status