Home / Pernikahan / Skandal Panas sang Pewaris Dingin / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Skandal Panas sang Pewaris Dingin: Chapter 151 - Chapter 160

210 Chapters

Apa Hubungan Kalian?

Leo tertawa mendengar pertanyaan Keenan. Memang bodoh, pikirnya. Sebelumnya Leo sangat terpukau oleh ketegasan dan semua hal yang melekat dalam identitas Keenan. Namun siapa yang menyangka semua itu berubah saat dirinya bertemu dengan Emmy? Ternyata, Keenan tidak sempurna seperti bayangannya. Ada kekurangan yang amat besar dalam diri pria itu, yaitu sama sekali tidak peka.Dan sekarang dia mempertanyakan kedekatannya dengan Emmy? Apakah dia sama sekali tidak percaya pada gadis itu?“Tuan, aku tidak akan menyukai Emmy. Itu tidak mungkin.”“Kamu memanggilnya lagi dengan hanya mengatakan ‘Emmy’,” sahut Keenan, seringaian di wajahnya timbul sejenak. “Kamu mempermainkanku?”“Aku tidak berani, Tuan,” sahut Leo tenang. Ini agak rumit dan aku yakin Tuan tidak mau percaya begitu saja.”“Katakan saja!”Leo menghargai semua hari-harinya yang sudah berlalu dalam pengawasan Keenan. Ketika dia sempat terpisah dari Josiah dan semua orang merisak dan merendahkannya, Keenan lah yang muncul dan mengulu
Read more

Dia Tidak Akan Percaya

“Sekarang, apa rencanamu?” Diane menyodorkan segelas wine pada Isa ketika mereka duduk santai di belakang rumah. Isa terlihat menyelonjorkan tubuhnya di atas kursi santai, melipat kedua tangannya di bawah kepala dan tersenyum.“Biarkan Keenan tenang sebentar saja, Mom,” sahutnya. “Yang pasti, kalimat itu adalah penanda kalau dia tidak akan mengabaikanku.”Diane tertawa kecil, lalu mengangguk bangga. “Kita memang membutuhkannya. Kamu tahu ayahmu sekarang tidak bisa apa-apa selain tinggal di tempat tidur. Kita harus mengandalkan seseorang.”“Yah. Itu sebabnya aku mengatakan perasaanku padanya saat di makam. Aku ingin menghantui Keenan dengan ungkapan perasaanku.”“Dan dia setuju.” Diane tertawa kecil. “Aku tidak menyangka puteri kecilku sekarang sudah dewasa dan bisa diandalkan.”“Tenang saja, Mom. Aku tidak akan melepaskan Keenan, juga tidak akan menyerah sampai dia mengatakan ya padaku dan menikahiku. Aku akan membuat diriku seolah sangat menderita agar dia tidak bisa mengabaikanku s
Read more

Dan Sophia Ikut Pergi

“Kenapa? Apa nenek belum bangun?”Emmy yang mendengar gedoran keras di pintu kamar perlahan-lahan berjalan sambil meraba dinding. Dia berhenti di samping Liz yang mengayun gagang pintu dengan kasar sambil sesekali mendengarnya berdecak.“Nenek?” Emmy ikut mengetuk, lalu menempel daun telinganya ke pintu. Anehnya, ruangan kamar Sophia terasa senyap seperti tidak ada orang di dalam.“Tidak bisa.” Liz mulai cemas. “Aku haru membukanya dengan paksa.”Emmy juga mulai takut. Sejak semalam, dia tidak mendengar gerakan apa pun di kamar Sophia walau kamar mereka bersebelahan. Padahal, Emmy bisa dibilang lama sekali baru tertidur. Tapi anehnya dia bahkan tidak mendengar suara pintu kamar ditutup.“Padahal nenek bilang tadi malam dia akan mengantar sup untukmu.” Dia kembali membawa sebuah linggis di tangannya.“Sup? Sup apa?”Astaga, aku salah bicara, batin Liz. “Kata nenek untuk membuatmu tidur nyenyak,” sahutnya, karena itulah yang dikatakan Sophia.“Nenek tidak memberiku apa pun,” aku Emmy. “
Read more

Ada Tamu

“Leo, jemput aku di kampusku!” perintah Lily.“Baik. Aku juga hendak ke sana.”Dia buru-buru keluar dari kelasnya begitu mendapat pesan dari Josiah yang mengatakan kalau Sophia meninggal. Suasana hatinya sudah buruk karena semua hal yang dialami Emmy dan sekarang ditambah masalah lain. Penolong Emmy pergi meninggalkan mereka.Ini pasti lelucon Tuhan, desis Lily begitu dia berdiri disamping gerbang masuk kampus. Dia menaungi matanya dari silau matahari, sesekali mengatur nafasnya yang memburu cepat. Kenapa harus terjadi? Kenapa semua orang yang dekat dengan Emmy satu per satu meninggalkannya?Keenan, Dorothy, dan sekarang Sophia.Memikirkan Emmy akan menangis hebat membuat bola mata Lily basah. Emmy pasti merasa sangat terpukul dengan kepergian Sophia yang hanya berselang dua hari dengan Dorothy. Ini benar-benar skenario yang buruk.“Lily?”Lily melihat Axel menepikan mobilnya. Astaga, kenapa harus sekarang? pikir Lily. Dirinya sendiri sedang menghindari Axel karena menurut pada perin
Read more

Aku Ingin Pergi

“Kalian jawab aku.” Axel memohon. “Apa yang terjadi pada Emmy? Kenapa dia?”“Kenapa?” Josiah menyeringai. “Kenapa tidak kamu tanyakan saja masalah ini pada sahabatmu itu? Wanita licik itu pasti tahu alasannya!”“Wanita licik? Maksudmu Isa?” “Tepat sekali. Pulang dan tanyakan padanya apa yang terjadi pada Emmy. Kami memiliki hal penting lain di sini, jadi aku berharap kamu bisa meninggalkan rumah ini segera.”Axel menggeleng, tidak yakin untuk bertanya pada Isa. Sementara tatapannya terus terarah pada Emmy, dua buah mobil mewah berhenti di halaman rumah. Orang tua Liz, serta beberapa keluarga lainnya datang untuk mengurus pemakaman Sophia setelah kematiannya dikabarkan oleh Liz.“Axel, apa yang kamu lakukan di sini?”Malory Leonora, seorang pria berusia akhir lima puluhan menatap Axel dengan heran. Dia adalah ayah Liz, dan cukup mengejutkan ketika Axel menyadari dia adalah salah satu kenalan bisnis ayahnya.“Paman Malo, ini rumah Paman?”“Tidak.” Malory menggeleng. “Rumah ibuku. Sebag
Read more

Dia Tidak Buta

“Bagaimana, ada ide?”Leo berada di bawah bayang-bayang rembulan ketika dia berbicara berdua saja dengan Josiah. Keduanya meninggalkan kediaman Liz karena orang tuanya menginap di sana. Emmy masih tinggal karena Liz bersikukuh untuk memiliki teman, dan Lily pulang ditemani Axel.Josiah hanya diam. Di tangannya, dia memainkan pemantik dengan tatapan kosong, tapi Leo tahu Josiah sedang berpikir. Rencana mereka adalah memberikan pelajaran pada Isa. Emmy memang meminta untuk mengakhiri semuanya, namun siapa yang dia ajak bernegosiasi? Mana pernah Josiah melepas mangsanya begitu saja?Jangan harap Josiah meloloskan Isa begitu saja. Wanita sepertinya, kalau tidak diberi pelajaran maka dia akan menganggap semua hal bisa dia dapatkan sesuka hati. Juga, dia tidak akan tahu apa yang dia lakukan selama ini adalah salah.Josiah memang setuju untuk mengeluarkan Emmy dari kota ini. Tapi melepaskan Isa? Tidak, nanti dulu.“Kita harus melakukannya tanpa sepengetahuan Keenan.” Josiah memadamkan api pe
Read more

Dialah Otak Semuanya

Axel terkejut. Dia melepas pelukannya dari Lily sambil menggeleng. Dia juga memberikan senyuman tak percaya pada Lily sambil terus mengerakkan kepalanya.“Tidak percaya?” Lily mengangkat alis. “Sudah ku bilang, kalian berdua akan selalu menjadi objek tipu dayanya,” sungut Lily, melempar jaket Axel kembali padanya.“Hei, bukan begitu.” Axel menangkap tangan Lily saat gadis itu hendak berjalan kaki lagi. Dia membalut tubuh Lily dengan jaketnya, memperbaiki rambut Lily yang berantakan karena angin dan tersenyum. “Aku bukan tidak percaya. Hanya sedikit shock.”“Cih!” Lily mencibir. “Akui saja kamu tidak percaya padaku,” sungutnya.Wajah Lily sangat menggemaskan menurut Axel. Tingkahnya saat merengut seperti ini membuat Axel ingin menggigit pipi merah Lily. Dia terlalu cantik dan manis, pikir Axel. Dan dia sangat lucu.“Aku percaya padamu,” gumam Axel, mengelus rambut Lily lalu tangannya turun untuk mengusap pipi gadis itu yang membeku dingin. Menyadari kalau kulit Lily terasa sangat dingi
Read more

Ayo Balas Dendam

“Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian tadi,” gumam Liz.Dia melihat Emmy yang tidur memunggunginya, sementara dia masih duduk menyandarkan tubuh di tempat tidur. Emmy berguling, kelopak matanya mengerjap pada langit-langit kamar.“Pembicaraan yang mana?”“Tentang keputusanmu ingin pergi dari kota ini.”Emmy mengangguk. “Ya. Sudah ku putuskan.”“Karena nenekku?”“Tidak juga.” Emmy bangkit, memilih duduk seperti Liz. “Aku merasa semua hal yang terjadi di kota ini sangat buruk dan aku tidak bisa menerimanya. Aku berpikir untuk mencari kehidupan baru, bersama ibuku dan nenekku.”“Kamu mau menyerah begitu saja?”Emmy menelengkan kepala menghadap arah sumber suara Liz. “Menyerah?”“Ya. Kamu memilih menyerah dan pergi sementara saudara tirimu akan menikmati semua rasa sakitmu dengan kehidupan yang penuh kebahagiaan. Kamu ikhlas?”“Memangnya aku berhak tidak ikhlas?” Emmy memaksa diri tersenyum. “Sudah ku bilang Keenan akan selalu percaya pada Isa. Di matanya, Isa adalah sosok yang
Read more

Selidiki Mereka

Leo dengan cepat mengumpulkan data daftar klinik di seluruh kota yang jumlahnya ada ribuan. Dia menyeleksi klinik-klinik tersebut dan hanya menyisakan klinik khusus dokter bedah. Leo juga memeriksa apakah ada kemungkinan klinik umum bekerja sama dengan salah satu dokter bedah di kota ini.Data yang tersisa menunjukkan setidaknya ada ratusan klinik yang dikepalai oleh dokter bedah. Leo menyeleksi lagi, mencoret klinik yang berada jauh dari kotanya berada. Kejadian ketika Emmy kehilangan kornea hanya semalam, jadi kemungkinan besar Emmy dibawa ke klinik yang dekat dengan lokasi mereka.Dan kini tersisa setidaknya lima buah klinik.Leo mengetuk jarinya ke meja. Dia meneguk alkoholnya, matanya terarah pada layar laptopnya. Jarum jam sudah menunjukkan angka tiga pagi namun Leo masih tidak merasa mengantuk sama sekali. Sebaliknya, dia terlalu bersemangat untuk segera menyelesaikan kasus ini.“Bagaimana?”Leo melirik Josiah yang juga tidak tidur seperti dirinya. Leo menyandarkan tubuhnya di
Read more

Menikahi Isa?

Keenan mabuk lagi, untuk kesekian kalinya. Dokter secara terang-terangan mengatakan padanya untuk menghindari alkohol sementara waktu demi mempercepat penyembuhan luka di kakinya. Tapi entah kenapa, tanpa alkohol, hidup Keenan akan terasa hampa.Keputusan Emmy untuk pergi membuat seluruh harapan Keenan hancur. Dia tahu betapa dirinya sudah jatuh ke dalam genggaman Emmy sekarang. Dia mencintai Emmy jauh lebih besar dari yang dia bayangkan selama ini, lebih dalam dan tak mampu tanpanya.Keenan pikir kemarahannya akan membuat semuanya membaik. Dia akan membenci Emmy dan bertahan hidup dengan semua rasa sakit yang diberikan Emmy. Namun Keenan bahkan tidak bisa melakukannya. Dia selalu menggadang-gadang kalau dia akan melupakan gadis itu, tapi kenyataannya adalah, selalu ada Emmy dalam setiap detik kehidupannya.“Hentikan, Keenan!”Cecilia merampas paksa gelas berisi vodca yang masih terisa setengah. Dia berdecak, menatap Keenan sungguh-sungguh. “Kenapa kamu melakukan ini? Kamu tidak menya
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status