Axel terkejut. Dia melepas pelukannya dari Lily sambil menggeleng. Dia juga memberikan senyuman tak percaya pada Lily sambil terus mengerakkan kepalanya.“Tidak percaya?” Lily mengangkat alis. “Sudah ku bilang, kalian berdua akan selalu menjadi objek tipu dayanya,” sungut Lily, melempar jaket Axel kembali padanya.“Hei, bukan begitu.” Axel menangkap tangan Lily saat gadis itu hendak berjalan kaki lagi. Dia membalut tubuh Lily dengan jaketnya, memperbaiki rambut Lily yang berantakan karena angin dan tersenyum. “Aku bukan tidak percaya. Hanya sedikit shock.”“Cih!” Lily mencibir. “Akui saja kamu tidak percaya padaku,” sungutnya.Wajah Lily sangat menggemaskan menurut Axel. Tingkahnya saat merengut seperti ini membuat Axel ingin menggigit pipi merah Lily. Dia terlalu cantik dan manis, pikir Axel. Dan dia sangat lucu.“Aku percaya padamu,” gumam Axel, mengelus rambut Lily lalu tangannya turun untuk mengusap pipi gadis itu yang membeku dingin. Menyadari kalau kulit Lily terasa sangat dingi
Read more