Share

Dia Tidak Akan Percaya

Penulis: Mirielle
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sekarang, apa rencanamu?”

Diane menyodorkan segelas wine pada Isa ketika mereka duduk santai di belakang rumah. Isa terlihat menyelonjorkan tubuhnya di atas kursi santai, melipat kedua tangannya di bawah kepala dan tersenyum.

“Biarkan Keenan tenang sebentar saja, Mom,” sahutnya. “Yang pasti, kalimat itu adalah penanda kalau dia tidak akan mengabaikanku.”

Diane tertawa kecil, lalu mengangguk bangga. “Kita memang membutuhkannya. Kamu tahu ayahmu sekarang tidak bisa apa-apa selain tinggal di tempat tidur. Kita harus mengandalkan seseorang.”

“Yah. Itu sebabnya aku mengatakan perasaanku padanya saat di makam. Aku ingin menghantui Keenan dengan ungkapan perasaanku.”

“Dan dia setuju.” Diane tertawa kecil. “Aku tidak menyangka puteri kecilku sekarang sudah dewasa dan bisa diandalkan.”

“Tenang saja, Mom. Aku tidak akan melepaskan Keenan, juga tidak akan menyerah sampai dia mengatakan ya padaku dan menikahiku. Aku akan membuat diriku seolah sangat menderita agar dia tidak bisa mengabaikanku s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Dan Sophia Ikut Pergi

    “Kenapa? Apa nenek belum bangun?”Emmy yang mendengar gedoran keras di pintu kamar perlahan-lahan berjalan sambil meraba dinding. Dia berhenti di samping Liz yang mengayun gagang pintu dengan kasar sambil sesekali mendengarnya berdecak.“Nenek?” Emmy ikut mengetuk, lalu menempel daun telinganya ke pintu. Anehnya, ruangan kamar Sophia terasa senyap seperti tidak ada orang di dalam.“Tidak bisa.” Liz mulai cemas. “Aku haru membukanya dengan paksa.”Emmy juga mulai takut. Sejak semalam, dia tidak mendengar gerakan apa pun di kamar Sophia walau kamar mereka bersebelahan. Padahal, Emmy bisa dibilang lama sekali baru tertidur. Tapi anehnya dia bahkan tidak mendengar suara pintu kamar ditutup.“Padahal nenek bilang tadi malam dia akan mengantar sup untukmu.” Dia kembali membawa sebuah linggis di tangannya.“Sup? Sup apa?”Astaga, aku salah bicara, batin Liz. “Kata nenek untuk membuatmu tidur nyenyak,” sahutnya, karena itulah yang dikatakan Sophia.“Nenek tidak memberiku apa pun,” aku Emmy. “

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Ada Tamu

    “Leo, jemput aku di kampusku!” perintah Lily.“Baik. Aku juga hendak ke sana.”Dia buru-buru keluar dari kelasnya begitu mendapat pesan dari Josiah yang mengatakan kalau Sophia meninggal. Suasana hatinya sudah buruk karena semua hal yang dialami Emmy dan sekarang ditambah masalah lain. Penolong Emmy pergi meninggalkan mereka.Ini pasti lelucon Tuhan, desis Lily begitu dia berdiri disamping gerbang masuk kampus. Dia menaungi matanya dari silau matahari, sesekali mengatur nafasnya yang memburu cepat. Kenapa harus terjadi? Kenapa semua orang yang dekat dengan Emmy satu per satu meninggalkannya?Keenan, Dorothy, dan sekarang Sophia.Memikirkan Emmy akan menangis hebat membuat bola mata Lily basah. Emmy pasti merasa sangat terpukul dengan kepergian Sophia yang hanya berselang dua hari dengan Dorothy. Ini benar-benar skenario yang buruk.“Lily?”Lily melihat Axel menepikan mobilnya. Astaga, kenapa harus sekarang? pikir Lily. Dirinya sendiri sedang menghindari Axel karena menurut pada perin

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Aku Ingin Pergi

    “Kalian jawab aku.” Axel memohon. “Apa yang terjadi pada Emmy? Kenapa dia?”“Kenapa?” Josiah menyeringai. “Kenapa tidak kamu tanyakan saja masalah ini pada sahabatmu itu? Wanita licik itu pasti tahu alasannya!”“Wanita licik? Maksudmu Isa?” “Tepat sekali. Pulang dan tanyakan padanya apa yang terjadi pada Emmy. Kami memiliki hal penting lain di sini, jadi aku berharap kamu bisa meninggalkan rumah ini segera.”Axel menggeleng, tidak yakin untuk bertanya pada Isa. Sementara tatapannya terus terarah pada Emmy, dua buah mobil mewah berhenti di halaman rumah. Orang tua Liz, serta beberapa keluarga lainnya datang untuk mengurus pemakaman Sophia setelah kematiannya dikabarkan oleh Liz.“Axel, apa yang kamu lakukan di sini?”Malory Leonora, seorang pria berusia akhir lima puluhan menatap Axel dengan heran. Dia adalah ayah Liz, dan cukup mengejutkan ketika Axel menyadari dia adalah salah satu kenalan bisnis ayahnya.“Paman Malo, ini rumah Paman?”“Tidak.” Malory menggeleng. “Rumah ibuku. Sebag

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Dia Tidak Buta

    “Bagaimana, ada ide?”Leo berada di bawah bayang-bayang rembulan ketika dia berbicara berdua saja dengan Josiah. Keduanya meninggalkan kediaman Liz karena orang tuanya menginap di sana. Emmy masih tinggal karena Liz bersikukuh untuk memiliki teman, dan Lily pulang ditemani Axel.Josiah hanya diam. Di tangannya, dia memainkan pemantik dengan tatapan kosong, tapi Leo tahu Josiah sedang berpikir. Rencana mereka adalah memberikan pelajaran pada Isa. Emmy memang meminta untuk mengakhiri semuanya, namun siapa yang dia ajak bernegosiasi? Mana pernah Josiah melepas mangsanya begitu saja?Jangan harap Josiah meloloskan Isa begitu saja. Wanita sepertinya, kalau tidak diberi pelajaran maka dia akan menganggap semua hal bisa dia dapatkan sesuka hati. Juga, dia tidak akan tahu apa yang dia lakukan selama ini adalah salah.Josiah memang setuju untuk mengeluarkan Emmy dari kota ini. Tapi melepaskan Isa? Tidak, nanti dulu.“Kita harus melakukannya tanpa sepengetahuan Keenan.” Josiah memadamkan api pe

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Dialah Otak Semuanya

    Axel terkejut. Dia melepas pelukannya dari Lily sambil menggeleng. Dia juga memberikan senyuman tak percaya pada Lily sambil terus mengerakkan kepalanya.“Tidak percaya?” Lily mengangkat alis. “Sudah ku bilang, kalian berdua akan selalu menjadi objek tipu dayanya,” sungut Lily, melempar jaket Axel kembali padanya.“Hei, bukan begitu.” Axel menangkap tangan Lily saat gadis itu hendak berjalan kaki lagi. Dia membalut tubuh Lily dengan jaketnya, memperbaiki rambut Lily yang berantakan karena angin dan tersenyum. “Aku bukan tidak percaya. Hanya sedikit shock.”“Cih!” Lily mencibir. “Akui saja kamu tidak percaya padaku,” sungutnya.Wajah Lily sangat menggemaskan menurut Axel. Tingkahnya saat merengut seperti ini membuat Axel ingin menggigit pipi merah Lily. Dia terlalu cantik dan manis, pikir Axel. Dan dia sangat lucu.“Aku percaya padamu,” gumam Axel, mengelus rambut Lily lalu tangannya turun untuk mengusap pipi gadis itu yang membeku dingin. Menyadari kalau kulit Lily terasa sangat dingi

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Ayo Balas Dendam

    “Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian tadi,” gumam Liz.Dia melihat Emmy yang tidur memunggunginya, sementara dia masih duduk menyandarkan tubuh di tempat tidur. Emmy berguling, kelopak matanya mengerjap pada langit-langit kamar.“Pembicaraan yang mana?”“Tentang keputusanmu ingin pergi dari kota ini.”Emmy mengangguk. “Ya. Sudah ku putuskan.”“Karena nenekku?”“Tidak juga.” Emmy bangkit, memilih duduk seperti Liz. “Aku merasa semua hal yang terjadi di kota ini sangat buruk dan aku tidak bisa menerimanya. Aku berpikir untuk mencari kehidupan baru, bersama ibuku dan nenekku.”“Kamu mau menyerah begitu saja?”Emmy menelengkan kepala menghadap arah sumber suara Liz. “Menyerah?”“Ya. Kamu memilih menyerah dan pergi sementara saudara tirimu akan menikmati semua rasa sakitmu dengan kehidupan yang penuh kebahagiaan. Kamu ikhlas?”“Memangnya aku berhak tidak ikhlas?” Emmy memaksa diri tersenyum. “Sudah ku bilang Keenan akan selalu percaya pada Isa. Di matanya, Isa adalah sosok yang

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Selidiki Mereka

    Leo dengan cepat mengumpulkan data daftar klinik di seluruh kota yang jumlahnya ada ribuan. Dia menyeleksi klinik-klinik tersebut dan hanya menyisakan klinik khusus dokter bedah. Leo juga memeriksa apakah ada kemungkinan klinik umum bekerja sama dengan salah satu dokter bedah di kota ini.Data yang tersisa menunjukkan setidaknya ada ratusan klinik yang dikepalai oleh dokter bedah. Leo menyeleksi lagi, mencoret klinik yang berada jauh dari kotanya berada. Kejadian ketika Emmy kehilangan kornea hanya semalam, jadi kemungkinan besar Emmy dibawa ke klinik yang dekat dengan lokasi mereka.Dan kini tersisa setidaknya lima buah klinik.Leo mengetuk jarinya ke meja. Dia meneguk alkoholnya, matanya terarah pada layar laptopnya. Jarum jam sudah menunjukkan angka tiga pagi namun Leo masih tidak merasa mengantuk sama sekali. Sebaliknya, dia terlalu bersemangat untuk segera menyelesaikan kasus ini.“Bagaimana?”Leo melirik Josiah yang juga tidak tidur seperti dirinya. Leo menyandarkan tubuhnya di

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Menikahi Isa?

    Keenan mabuk lagi, untuk kesekian kalinya. Dokter secara terang-terangan mengatakan padanya untuk menghindari alkohol sementara waktu demi mempercepat penyembuhan luka di kakinya. Tapi entah kenapa, tanpa alkohol, hidup Keenan akan terasa hampa.Keputusan Emmy untuk pergi membuat seluruh harapan Keenan hancur. Dia tahu betapa dirinya sudah jatuh ke dalam genggaman Emmy sekarang. Dia mencintai Emmy jauh lebih besar dari yang dia bayangkan selama ini, lebih dalam dan tak mampu tanpanya.Keenan pikir kemarahannya akan membuat semuanya membaik. Dia akan membenci Emmy dan bertahan hidup dengan semua rasa sakit yang diberikan Emmy. Namun Keenan bahkan tidak bisa melakukannya. Dia selalu menggadang-gadang kalau dia akan melupakan gadis itu, tapi kenyataannya adalah, selalu ada Emmy dalam setiap detik kehidupannya.“Hentikan, Keenan!”Cecilia merampas paksa gelas berisi vodca yang masih terisa setengah. Dia berdecak, menatap Keenan sungguh-sungguh. “Kenapa kamu melakukan ini? Kamu tidak menya

Bab terbaru

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: ENDING

    Pintu kamar terbuka, seolah Emmy sudah menunggu kedatangan Keenan ketika pria itu pulang dari kantor. Emmy menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang dibukanya sedikit. Keenan mengernyit, dia bersandar di dinding.“Suamimu tak boleh masuk?” tanyanya.“Bukan.” Emmy menggeleng. “Tunggu sebentar. Lima menit. Ah, mungkin sepuluh menit.”“Apa yang kamu lakukan di dalam sana?”“Sabar sedikit.” Emmy kembali menutup pintu. “Jangan masuk sebelum aku mengizinkannya,” serunya lagi.Emmy menyusun satu per satu balon hias yang ditempel di dinding. Tak lupa tulisan ‘happy birthday’ dia gantung, lalu dia mengecek kembali kue ulang tahun Keenan. Setelah memastikan semuanya sudah beres, Emmy berjalan menuju kamar mandi.Digenggamnya alat tes kehamilan yang menunjukkan garis merah muda sebanyak dua garis, menunjukkan jika dia sedang hamil. Ini akan menjadi kejutan yang tidak akan pernah dilupakan Keenan, Emmy sangat yakin sekali.Dia memasukkannya ke dalam kotak dan menutupnya. Aksen pita merah muda

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: IV

    Hari yang cerah di awal Januari. Dalam balutan gaun putih tulang yang menutupi tubuhnya hingga ke kaki, Emmy berjalan didampingi oleh ayah Josiah, Stevano Miller. Dia tampak anggun dengan tiara yang dipasangkan ke rambutnya. Dia seperti puteri dari negeri dongeng.Para tamu tampak bersorak, berdiri menyaksikan kesakralan pernikahan antara Emmy dan Keenan. Lily bertugas menjadi pendamping wanita, Edmund menjadi pembawa kerajang bunga didampingi Liz dan Ivy. Ketiga wanita itu mengenakan gaun kuning lembut sementara Edmund tampil gagah dengan jas mungilnya.Aroma harum dari bunga-bunga azalea putih, rosemary dan juga marygold menguar dari bunga-bunga yang ditaburkan mereka. Di altar, Keenan menunggu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka akan menemukan hari ini dalam hidupnya.Pria itu sempat berpikir kalau semuanya sudah berakhir. Ketika dia kehilangan Emmy dalam hidupnya, Keenan merasa kalau takdir memang begitu adanya. Siapa yang tahu kalau ternyata masi

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: III

    “Jadi, kamu adalah pemilik Sid and Co? Itukah alasan kenapa dulu kamu memintaku untuk bekerja di sana?”Leo mengusap telapak tangannya yang mulai berkeringat. Dia berbohong pada Ivy soal identitasnya, mungkin kekasihnya itu akan marah besar padanya. Leo mencoba memikirkan bagaimana caranya keluar dari masalah ini. Dia tidak mau Ivy akan meminta perpisahan. Sungguh, dia tidak mau.“Vy, aku hanya...”“Stop!” Ivy berbalik, menatap Leo dan menemukan pria itu kelihatan gelisah. Ivy nyaris tertawa dalam hati. Tapi ini kesempatan yang bagus untuk menguji seberapa besar Leo menginginkannya. “Kamu berbohong padaku. Sungguh! Kamu keterlaluan.”“Ivy, aku tidak ingin menyembunyikan identitasku.”“Lalu apa yang kamu lakukan ini?”“Aku hanya...”Ivy mendelik, menunggu dengan sabar sampai Leo menyelesaikan kalimatnya. Tapi ternyata setelah menunggu selama beberapa detik, pria itu malah bungkam dan tidak bicara. Perlahan Ivy mulai kesal. Padahal Leo tinggal mengatakan alasannya apa, tapi dia malah me

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: II

    Ketika Leo menjemput Ivy di kantornya, hari sudah menjelang malam. Pria itu menyandarkan pinggulnya di depan sedan Maybacth yang baru dibelinya dua hari yang lalu. Tak ada yang salah dengan SUV yang membawanya selama beberapa tahun ini.Tapi Leo tahu, mobil dengan body bongsor seperti itu kurang disukai oleh wanita. Walau Ivy tak pernah protes dengan SUV-nya, tapi Leo ingin Ivy nyaman di dalam kendaraannya sendiri saat dia bersama Ivy.Leo melirik ke dalam gedung bertingkat sambil menghela nafas panjang. Ivy tidak mau bekerja di perusahaannya sendiri walau Leo menawarkannya. Padahal, Leo tidak memberitahu kalau Sid and Co adalah miliknya, tapi Ivy tetap tidak mau bekerja di sana.Sebenarnya, Leo bukan datang dari keluarga yang kurang beruntung. Dia memiliki keluarga kaya raya, hanya saja kondisi anggota keluarganya memaksa dia keluar dari rumah pada usia empat belas tahun. Dia menjelajah seorang diri, menjadi objek bully bagi teman-teman sekolahnya hingga Keenan menemukannya.Tapi tah

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: I

    Axel menurunkan atap Stingray dan bersandar di bagasi, menunggu Lily turun dari apartemennya. Kerena Keenan sudah kembali, maka Axel kini memiliki waktu libur untuk dirinya sendiri. Pagi ini, dia akan menebus waktunya yang dihabiskan lebih banyak di perusahaan alih-alih bersama Lily.Lily turun dengan mengenakan dress selutut dan sepatu sneakers berwarna putih. Gadis itu lincah, bergerak ringan dan tersenyum menyapa Axel. Dia adalah hadiah yang tak terharga, begitu Axel menyebut Lily. Karena kehadiran Lily, dia tak perlu khawatir soal kehidupannya karena Lily selalu memiliki banyak cara untuk menghiburnya.“Apakah aku terlalu cantik? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” goda Lily.Axel mengangguk membenarkan. “Kamu memang cantik. Sudah siap?”Lily mengangguk. Dia setengah berlari mengitari mobil dan masuk. Axel tertawa kecil. Dia terlalu mandiri. Bahkan para gadis akan mengantri untuk dibukakan pintu secara khusus bak tuan puteri. Tapi dia? Dia bahkan tidak menungguku melakukannya.Mer

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Maaf

    “Aku tidak tahu kalau kamu hamil saat aku pergi. Maafkan aku.”Liz menangis tersedu-sedu, tapi dia tahu itu bukan kesalahan Josiah. Liz menggeleng kuat. “Ini juga salahku. Maaf karena aku egois dan menyembunyikan semua ini darimu.”Josiah melepas pelukannya. Dihapusnya air mata yang masih terus jatuh di pipi Liz dan menunduk untuk mencium bibir Liz dengan penuh kerinduan. Edmund yang sedari tadi diam saja kini bertindak saat melihat Josiah mencium ibunya. Dia menarik tangan Liz, menghadang dengan sikap protektif.“Hanya aku yang boleh mencium Mom,” katanya dengan suaranya yang melengking.Josiah dan Liz tertawa kecil. Liz menatap Josiah, lalu mengangguk pada pria itu. Josiah bersimpuh dihadapan Edmund, dan pria kecil itu menelengkan kepala menatap Josiah. “Paman mirip sekali denganku,” gumamnya. “Apakah kamu Dad?”Air mata Josiah jatuh, namun dia tertawa menyadari kalau puteranya begitu cerdas. Dia mengusap kepala Edmund sambil berpikir, bahkan telapak tanganku masih lebih lebar dari

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Kesempatan Kedua

    Emmy buru-buru melepas pelukan Keenan dari tubuhnya. Dia berdiri, menahan diri untuk langsung menganggukkan kepalanya. Dia memilih bersikap biasa saja walau dia nyaris melompat waktu Keenan mengajaknya menikah lagi.“Kita sudah bercerai, Tuan,” sahut Emmy santai.“Aku tahu.” Keenan meraih jemari Emmy lagi. “Berikan aku kesempatan kedua.”“Pun kalau aku memberimu kesempatan kedua, keluargaku mungkin tidak akan menerimamu.”“Aku akan berusaha merebut kembali kepercayaan mereka. Dengan cara apa pun, aku akan melakukannya.”“Bahkan kalau mereka memberi syarat kalau kita harus tinggal di sini?”Keenan melihat sekitarnya. Memangnya apa yang salah tinggal di desa? Ini cukup nyaman, bahkan Keenan semakin terbiasa hidup tanpa kemewahan. Dia tidak menggunakan pendingin ruangan, tidak bepergian ke klub, tidak berbelanja barang-barang mewah, tidak menggunakan mobil. Itu bagus dan dia nyaman.“Tinggal di desa tidak buruk, tahu?” sahut Keenan.Emmy merasakan wajahnya mulai merona merah. Jantungnya

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Menikahlah Denganku

    “Sepertinya kamu makin betah di sini.”Tiba-tiba Keenan dikejutkan oleh bisikan Josiah ketika pria itu muncul membawakan topi milik Emmy. Keenan nyaris berteriak karena kaget. untung saja dia bisa mengontrol emosinya dan tidak bersuara sedikitpun.“Aku akan tinggal di mana pun Emmy berada,” gerutunya pada Josiah. “Dan kamu jangan pernah mengacaukan rencanaku.”“Kamu mengancamku? Kamu tidak ingat aku siapa?”“Kamu kakak Emmy. Kamu sudah mengatakannya lebih dari seribu kali.”“Bagus kalau kamu tahu,” ejek Josiah. “Sebentar, aku akan memberikan topi ini pada Emmy lalu kita bisa mengobrol.”“Siapa yang mau mengobrol bersamamu?”“Ck!” Josiah berdecak, lalu berdiri mendekati Emmy.“Em, kamu lupa membawa topi.” Josiah menghampiri Emmy dan memasang topi itu langsung di kepala Emmy. “Aku akan menunggumu di tempat biasa.”Emmy mengangguk. “Thanks,” katanya.Josiah mengusap rambut Emmy dan tindakan itu membuat Keenan mengerucutkan bibirnya. Matanya menatap tajam Josiah saat pria itu menghampirin

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Lima Tahun Kemudian

    Begitu Liz dipindahkan ke ruang perawatan biasa, Lily dan Axel langsung menjenguknya. Liz tersenyum, memamerkan wajah pucat pasinya pada keduanya. Namun Lily mendengus kesal. Dia melipat kedua tangannya di dada, tapi tidak mau mendekat ke ranjang Liz.Liz tahu mereka berdua pasti sudah mengetahui kehamilannya. Dan dia juga tahu kenapa Lily memberinya reaksi seperti itu. Lily marah karena dia menyembunyikan kabar sebesar itu dari mereka, Liz pantas mendapatkan reaksi dingin seperti itu.“Kamu baik-baik saja?” tanya Axel, memilih mendekat ke ranjang rawat Liz.Dia mengangguk, lalu berusaha duduk. Axel membatu menumpuk bantal di belakang punggung Liz untuk membuatnya nyaman saat bersandar. Liz menatap Lily yang berdiri di dekat jendela. Dia melihat jauh ke luar, ke antara pepohonan rindang yang berjejer di sekeliling rumah sakit.“Maafkan aku,” kata Liz, setelah dalam ruangan itu hanya ada keheningan selama beberapa menit. “Aku tidak berniat menutupi semua ini dari kalian.”“Tapi nyatany

DMCA.com Protection Status