Semua Bab Skandal Panas sang Pewaris Dingin: Bab 91 - Bab 100

210 Bab

Tak Ada Harapan

Emmy meneguk cairan hitam kental di gelas keramik putihnya dengan hati-hati, meniup uap panas untuk mengurasi resiko mulutnya akan terbakar. Sudah dua hari sejak kejadian malam itu dan kehidupannya seolah kembali mundur ke pertemuan awal dengan Keenan.Mereka sudah pisah kamar dan Keenan sama sekali tidak bicara. Entah apa yang dipikirkan pria itu dan kenapa dia sangat mudah digesek, Emmy tidak mengerti.Emmy tidak merasa salah. Jika Keenan mempersoalkan pertemuan kebetulannya dengan Josiah, maka Emmy pun tak bisa menahan asumsi liar Keenan. Emmy sudah menjelaskannya dengan jujur, dia bahkan tidak menambah atau mengurangi setiap detail kejadian pertemuannya dengan Josiah. Jika Keenan tidak percaya, maka itu adalah urusannya.Emmy melirik Lily yang sedang bicara. Mereka berdua duduk di beranda belakang rumah Lily, menghadap ke arah danau buatan. Lily duduk dengan postur tubuh sempurna di kursi kayu sambil bercerita panjang lebar.Karena Emmy tak bisa tidur selama dua malam terakhir, di
Baca selengkapnya

Ucapan Provokatif

“Hentikan!” Emmy menahan tangan Lily ketika gadis itu meneguk alkohol lagi dari gelasnya.Hentakan musik hingar bingar terdengar memekakkan telinga, membuat Emmy merasa tidak nyaman berada di dalam ruangan yang dipadati oleh lautan orang itu. Semakin malam, bar semakin dipadati oleh orang-orang yang datang entah dari mana.Wajah Lily sudah sepenuhnya memerah. Sejak Riley kembali dari kediamannya, Lily langsung mengajak Emmy ke bar dan mereka sudah berada di sana selama berjam-jam. Walau sudah mengabari Keenan –entah pria itu membaca pesannya atau tidak-, tetap saja Emmy merasa terlalu takut untuk pulang terlalu malam.Emmy mengambil ponselnya dari dalam tas lalu mengirim pesan pada Axel. Tidak ada orang selain pria itu yang terlintas di benak Emmy. Hanya Axel yang dekat dengan Lily akhir-akhir ini dan tak mungkin Emmy meminta Paman Frans untuk menjemput Lily.Bisa-bisa, mereka berdua akan mendapat amukan kasar.Sementara itu, Axel dan Keenan baru saja mengakhiri meeting via video call
Baca selengkapnya

Bukan Aku

“Aku tidak mau pulang,” gumam Lily, ditengah-tengah mabuknya.Axel mengantung tas Lily ke lehernya dan menggendong gadis itu di punggung, membawanya keluar menembus padatnya manusia. Axel berhenti, dia mendongak untuk bisa mendengar Lily lebih jelas.“Apa katamu?”“Aku tidak mau pulang,” gumam Lily lagi.“Jadi ke mana kita sekarang? Kemana aku harus mengantarmu?”Lily bergumam lagi, kali ini suaranya nyaris tak terdengar dan membuat Axel kembali memalingkan wajah pada Lily. Kepala gadis itu terkulai lemas di lehernya dan ketika Axel memalingkan wajah, hidung mereka nyaris bersentuhan.Axel menelan ludahnya dengan susah payah. Dalam jarak sedekat ini, dia bisa merasakan hembusan nafas Lily di wajahnya, yang membangkitkan sensasi menyengat bak sekujur tubuhnya dialiri listrik. Axel berdehem pelan, berusaha menghalau bayangan-bayangan liar yang tiba-tiba melintas.Bagi Axel yang sudah sering mengunjungi bar dan kelab malam, dia sudah sering bertemu dan melihat wanita dengan pakaian mini
Baca selengkapnya

Tersulut Emosi

Emmy berubah jadi gadis yang pendiam, setidaknya itu yang dilihat Keenan selama beberapa hari ini. Emmy tidak menyapanya, tidak bicara dengannya, tapi setiap pagi selalu menyediakan sarapan. Gadis itu selalu saja menghindar ke taman saat Keenan turun, lalu mendadak masuk ke rumah saat Keenan keluar rumah.Mereka nyaris jarang bertemu walau berada dalam satu atap yang sama, dan anehnya, Emmy lebih banyak menghabiskan waktunya bersama para pelayan di rumahnya –belajar membuat selai dan juga roti.Emmy memang sengaja melakukannya. Keenan perlu tahu, kalau perbuatan pria itu menyakiti hatinya. Setelah menyediakan roti panggang dengan isian selai strobery yang baru dibuatnya, Emmy melangkah menuju taman karena dia tahu Keenan akan turun.Dia berlama-lama dekat undakan tanah yang baru saja digemburkan oleh tukang kebun. Setelah semalam diguyur oleh hujan, tanah berubah menjadi sangat lembek dan aroma segar langsung menyengat hidungnya.Kelopak-kelopak mawar terlihat menunduk karena masih ba
Baca selengkapnya

Tersulut Emosi (II)

Wajah Isa penuh lebam ketika dia menatap dirinya dalam pantulan cermin raksasa di kamar toilet rumah sakit. Dokter mengatakan kalau wajahnya tak perlu diperban dan akan sembuh dalam beberapa hari, namun bekasnya mungkin akan tinggal selama beberapa minggu.Tak masalah, Isa malah menyukai kesimpulan itu. Setidaknya selama itu dia akan bisa memanfaatkan situasi untuk merebut perhatian Keenan. Jika meringis sedikit saja, Keenan pasti akan melompat menemuinya.Dia tersenyum menyeringai, begitu menikmati sensasi sakit di wajahnya yang membawanya pada kemenangan. Mudah sekali menyulut amarah Emmy. Dia hanya perlu mengarang hal yang tidak nyata dan membubuhinya dengan olok-olok khas miliknya, dan boom, emosi Emmy meledak.“Ah, kehidupan ini sangat indah. Menyenangkan sekali saat aku tahu bahwa semesta ini mendukungku,” katanya dengan tawa yang tertahan.Begitu dia keluar, Keenan masih di sana, menunggunya dengan wajah harap-harap cemas. Pria itu langsung menemuinya begitu dia keluar, dan Isa
Baca selengkapnya

Lakukan Perintahku

Pesan yang dikirim Keenan ke ponselnya membuat Leo berhenti untuk mengerjakan beberapa proyek perusahaan yang sedang diperiksanya. Leo membuka kaca matanya, membaca pesan yang dikirim Keenan padanya dengan lamat-lamat.“Mereka yang hendak makan bersama, kenapa aku harus ke sana?” Dia mengernyit heran.Detik berikutnya, Keenan mengirim alamat padanya. Leo segera menutup laptop dan menyusun kertas-kertas yang berserak di mejanya menjadi satu tumpukan acak. Dia tahu, kalau Keenan sudah mengirim alamat seperti yang barusan dia lakukan, tak ada alasan baginya untuk menolak.Daripada harus mendengar ocehan Keenan sepanjang hari hingga beberapa minggu ke depan, lebih baik dia melakukannya.Leo memacu SUV-nya menuju restoran yang diperintahkan Keenan. Begitu masuk, Leo mendapati restoran itu sepi pengunjung. Salah satu pegawai restoran menghadangnya, dan berkata, “Maaf Tuan. Restoran sudah full booking.”Makan siang juga harus semegah ini? pikir Leo. Dia berdehem, menunjukkan identitasnya pad
Baca selengkapnya

Menjadi Asisten

Suara rendah Leo benar-benar membius Ivy. Ketika Leo mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit, dia merasakan getaran luar biasa yang membuat dia takut setengah mati. Aura Leo yang dingin dan misterius membuat Ivy seolah-olah sedang berhadapan dengan salah satu tokoh mafia yang sering dilihatnya di drama-drama.“Dengar,” bisik Leo di telinganya. “Jika kamu benar-benar ingin hidup, lakukan apa yang ku perintahkan. Berikan bubuk itu padaku.”Dengan tangan gemetar, Ivy mengeluarkan bubuk dari dalam sakunya lalu menyerahkannya pada Leo.“Bagus,” desis Leo, tepat di wajah Ivy. “Sekarang, ambilkan anggur yang sama persis dan antarkan ke ruangan Tuan Keenan sekarang juga.”“T-tapi...”“Tak ada tapi-tapi, Ivy Winter,” kata Leo seraya membaca papan nama yang melekat di dada Ivy. “Jika kamu melakukan apa yang ku perintahkan, aku akan menjamin kehidupanmu dengan nyawaku sendiri. Kalau tidak, maka besok kamu akan menjadi judul berita di seantero negeri ini.”Seringaian tajam itu membuat nyali
Baca selengkapnya

Dimana Letak Kesalahanku?

Hari sudah menjelang sore saat Lily bangun di tempat tidur. Dengan malas dia berguling, merasakan kepalanya terasa seperti dipukul gada. Gadis itu memegang kepalanya selagi dia berguling, lalu tangannya turun memegang perutnya begitu mendengar bunyi yang tak karuan.Dia lapar dan kepalanya sakit.Lily menendang selimut yang membalut tubuhnya. Setengah sadar, dia turun dari tempat tidur, menggosok matanya untuk pergi ke kamar mandi. Namun tiba-tiba dia terantuk cukup keras hingga membuatnya jatuh.Sambil memegang jidatnya yang memerah, Lily membuka matanya lebar-lebar, terkejut karena sisi kanan ruangan kamar tidurnya bukanlah kamar mandi. “Bagaimana bisa kamar mandiku pindah?” gumamnya bingung.Lily menggeleng, mengusir kekacauan yang tercipta di kepalanya. Saat itulah dia menyadari kalau pakaian yang dia gunakan pun bukan miliknya. Lily terkesiap, memeriksa dirinya dan juga ruangan tempatnya tidur.Tidak. Ini sungguh bukan kamarnya. Dia tidak mengenakan pakaiannya dan tidak tidur di
Baca selengkapnya

Keputusan Yang Terlintas

“Aku jarang berada di rumah.” Leo melempar jasnya ke atas sofa lalu duduk di sana sementara Ivy masih berdiri dengan kaku di ambang pintu. “Itu sebabnya aku memintamu menjadi asistenku di rumah.”Ivy melangkah pelan, mengamati apartemen Leo yang mewah. Ini adalah apartemen terbaik yang pernah dia lihat. Dengan balkon yang langsung berhadapan dengan pemandangan kota yang indah, Ivy bertaruh kalau pemandangan malam hari akan lebih indah dari semua ini.“Maksudmu pelayan, bukan?” Ivy berdiri di hadapan Leo.“Kamu mau menganggap dirimu pelayan?”Jika gaji yang dia dapat pantas, tidak masalah menyebut dirinya pelayan. Ivy tidak terlalu mempermasalahkan sebutan itu. Yang dia kejar untuk sekarang adalah uang yang banyak untuk biaya wisuda dan juga untuk membeli obat-obatan untuk ibunya yang jumlahnya tidak sedikit.“Berapa gaji yang kamu tawarkan?”“Kamu berani juga,” sindir Leo.“Manusia hidup membutuhkan uang. Aku hanya bicara blak-blakan,” sahut Ivy.“Sepuluh kali lipat dari yang kamu dap
Baca selengkapnya

Kami Peduli Padamu

“Kamu sendirian lagi?”Emmy menurunkan kaca mata hitamnya ketika dia menoleh, Josiah dan Leo tersenyum menyapanya. Gadis itu cukup enggan begitu bertemu keduanya karena masalah selalu saja muncul ketika mereka bertemu.Dia buru-buru mengemas ponsel dan buku yang bahkan tidak dibacanya tanpa bicara sedikit pun. Josiah menyambar ponsel Emmy dari tangan gadis itu, dengan santai duduk di sisinya dan Leo melakukan hal yang sama.Kini Emmy diapit oleh keduanya dengan perasaan bingung dan marah.“Berikan ponselku,” kata Emmy dingin.“Leo sudah menceritakan semuanya padaku. Itu alasan kenapa kamu berada di sini sekarang?” tanya Josiah tanpa menghiraukan permintaan Emmy.Emmy melirik Leo, mendapati pria itu hanya tersenyum. “Aku ada di sana saat makan siang itu terjadi.”Tarikan nafas Emmy adalah tanda jika dia sedang sangat lelah. “Kalian ada di mana-mana sepertinya,” gumam Emmy, memilih untuk kembali duduk dengan santai.Toh hubungannya dengan Keenan memang sedang bermasalah. Dia tidak mau c
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
21
DMCA.com Protection Status