Semua Bab Bukan Suami Sempurna : Bab 71 - Bab 80

143 Bab

71. Karena Kamu Berharga

***Apa yang dikatakan oleh Adit kemarin sore membuat Raka sulit untuk memejam mata. Ia terus saja kepikiran tentang lelaki yang bernama, Bara itu. Raka melihat ke sisi kanannya dan melihat Kanaya sudah terlelap, ia tersenyum dan membelai rambut Kanaya pelan.Raka langsung beranjak dari tempat tidur dan ia mulai menyalakan laptop. Setelah laptop menyala, ia langsung browsing nama 'Bara' dan langsung muncul pencarian dengan berita 'Pewaris utama Tjandra Group, Bara Tjandra.'Raka membuka satu persatu berita yang memuat tentang lelaki itu. Kening ia mengerut setelah membaca semuanya. Ia menghela napas dan menyandarkan tubuhnya di kursi. 'Lelaki itu bukan lelaki biasa, aku harus bisa melindungi keluargaku dengan semua yang kumiliki. Aku tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan kebahagiaan ini,' janjinya dalam hati."Mas kenapa belum tidur?" tanya Kanaya.Raka terkejut dan ia langsung menutup laptop-nya saat Kanaya menghampirinya. "Kamu terbangun k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

72. Di dalam Pelukanmu

***"Kanaya..."Bara tersenyum, ia mengamati wajah gadis yang bernama Kanaya itu. "Apa benar namamu itu, Kanaya?" tanyanya sekali lagi."Iya...""Coba sebutkan namamu siapa dengan jelas," pinta Bara dengan tersenyum."Kanaya," jawabnya dengan lebih jelas.Bara tersenyum, senyum yang dirasakan gadis itu menyeramkan. Senyum Bara langsung berubah menakutkan, ia langsung mencekik gadis itu dan membuat siapapun yang melihatnya terkejut. "Apa kamu pantas mempunyai nama seindah itu? Nama indah itu tak layak untuk perempuan kotor sepertimu! Jangan sesekali mengenalkan dirimu dengan nama 'Kanaya' nama itu haram bagimu!" hardiknya dengan suara yang meninggi.Gadis itu sulit bernapas, tangan Bara yang mengcengkram lehernya sangat kuat."Coba katakan siapa namamu?" tanya Bara dengan penuh amarah.Melihat amarah Bara yang tak terkendali membuat Axel langsung memohon pada tuan besarnya itu untuk melepaskan gadis asuhannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

73. Topeng Pura-pura

*** Rumah Maharani saat ini sangat ramai karena anak sulungnya datang bersama kedua cucunya. Semua cucunya berkumpul dan membuat suasana jadi hangat. Rama berbincang santai dengan keluarganya sambil menikmati angina malam di teras rumah.“Kapan jadinya kamu mulai terbang ke Jerman?” tanya Maharani.“Insya Allah… bulan depan, Bu,” jawab Rama.“Anak-anakmu jadi tinggal di sini?”“Iya, Bu. Besok sekalian mau daftarin anak-anak ke sekolah yang sama dengan Maryam. Rama sudah janji sama teman yang kebetulan salah satu pengurus di sana,” balas Rama.“Bagus, rumah ini nanti jadi ramai. Ibu jadi enggak kesepian,” ucap Maharani senang.“Biar nanti mbak Surti tinggal di sini untuk ngurus keperluan Ricky sama Ricko. Nanti juga biar ada sopir yang antar anak-anak sekolah.”“Kamu mau sopir itu tinggal di rumah ini juga?” tanya Maharani.“Enggak, Bu. Kebetulan pak Nino rumahnya deket sini, nanti tiap pagi dia datang ke sini. Pokoknya kalau tiap dibutuhkan, pak Nino akan siap mengantar,” balas Rama
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

74. Cara yang Salah

*** “Jangan pernah mengusiknya lagi!” Bara menatap Veronica tajam.Veronica tersenyum, ia mengejek anak laki-lakinya yang ternyata masih tidak bisa melupakan cinta pertamanya itu. “Kamu masih mencintainya? Sudah belasan tahun berlalu dan kamu tidak bisa melupakannya?”“Apa pedulimu! Kamu tak pernah sedikit pun peduli dengan apa yang kurasakan selama ini! Kamu hanya menganggapku sebagai mainanmu!” Bara berkata dengan ketus.“Kamu pasti akan bersikap kurang ajar karena perempuan itu! Kamu tidak menghargai Mami hanya karena membela perempuan itu! Lantas, apa Mami hanya diam saja melihatnya? Mami akan diam, kalau kamu jadi anak penurut dan manis,” tukas Veronica.Bara tertawa dan di dalam tawanya itu menyimpan sebuah luka. “Aku tanya padamu selama ini… apa aku selalu melawanmu? Kamu tahu selama ini bahkan aku membuang kebahagiaanku karena kamu! Kamu lah dan lelaki tua itu yang membuat aku tampak gila dan hatiku sangat sakit di sini,” ujarnya sambil menepuk dadanya. “Apa kalian bisa meny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

75. Ingatan Luka yang T'lah dikunci

***Mas Raka!" seru Kanaya senang. Raka mengecup puncak kepala istrinya, ditatap dengan lembut. Melihat keduanya yang begitu saling mencinta satu sama lainnya membuat Veronica terpaku. Ia tak menyangka, jika keduanya begitu menatap penuh kasih, ada rasa cemburu yang menjalar di dadanya. Kenapa ia tak juga mendapatkan tatapan seperti itu dari suaminya.Raka melihat ke arah Veronica, ia mengangguk sopan. "Selamat siang, Tante," sapanya."Siang. Kamu suaminya Kanaya?" tanya Veronica."Iya, Tante. Maaf, Tante temannya Kanaya?" Raka balik bertanya, ia bertanya senatural mungkin."Iya, Tante dulu kenal sama Kanaya saat di Bandung. Sudah belasan tahun tidak bertemu, jadi saat tahu Kanaya ada di Jakarta Tante ingin bertemu dengannya," sahut Veronica."Tapi, sepertinya saya seperti pernah melihat Tante. Tapi di mana yah," ucap Raka.Veronica tersenyum. "Wajah Tante pasaran mungkin, jadi kamu seperti pernah melihat Tante," tukasnya. "Oh, iya. Tante lupa mengenalkan diri. Nama Tante itu Veronic
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

76. Bersama untuk Saling Melengkapi

***Veronica langsung lega melihat anaknya sudah sadar. "Kamu haus?" tanyanya.Bara menggelengkan kepalanya, ia langsung memegang kepalanya yang masih terasa pusing. "Mana dia?" tanyanya."Dia siapa?" Veronica malah balik bertanya."Lelaki yang kalian suruh untuk memata-mataiku," sahut Bara sinis."Mami tidak pernah menyuruh siapapun untuk memata-mataimu," timpal Veronica."Aku ingin sendiri, kamu bisa pergi," pinta Bara dingin.Veronica menghela napas. "Kamu harus banyak istirahat dan jangan banyak pikiran. Kamu tidak mau kan kalau dosis obatmu ditambah?""Kalian yang menyebabkan semuanya itu!""Itu dari diri kamu. Bukan dari Mami ataupun papi. Kamu yang tidak bisa berdamai dengan diri sendiri dan menerima semuanyaKamu harus mencoba melupakannya," ujar Veronica."Hidupku cukup aku yang mengatur. Kalian jangan ikut campur lagi, apalagi merusaknya.""Mami janji kalau kamu sudah menikah nanti, Mami tidak akan pernah mencampuri urusanmu lagi. Kalau pun kamu tidak mau berada di perusahaan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

77. Jika Aku tanpamu

***Raka tak tahu harus memulai dari mana bicara dengan Kanaya. Setelah Gibran menjelaskan secara rinci permasalahan yang dialami oleh Asep, ia langsung berinisiatif ingin mengunjungi mertuanya di Bandung. Raka harus mengambil cuti beberapa hari. Ia ingin menemani istrinya untuk pulang ke orang tuanya.Raka melihat Kanaya sedang bersiap-siap untuk pergi tidur. Ia ingin bicara, tapi bingung memulainya.Melihat suaminya yang terus melihatnya dengan tatapan bingung, membuat Kanaya langsung menghampiri dan duduk di sebelah Raka. "Ada hal yang ingin Mas sampaikan sama aku?" tanyanya."Anak-anak sekolahnya gimana?" "Alhamdulillah... lancar, Mas.""Mereka lagi ada ujian?""Enggak, kan baru masuk juga," sahut Kanaya. "Memangnya ada apa, Mas? Tumben nanya hal begitu.""Kangen enggak sama papa–mama?""Kangen dong, Mas. Apalagi akhir-akhir ini, aku terus saja kepikiran sama mereka.""Mau enggak Minggu ini kita liburan ke Bandung?" tanya Raka."Minggu ini?" Kanaya menatap suaminya tak percaya."
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

78. Rahasia dan Luka

***"Mami, aku mau bertanya pada Mami perihal masa lalu kak Bara," kata Cherry. Pertanyaan Cherry memecahkan kebisuan diantara mereka berdua.Veronica menghela napas pendek. "Kamu mau memutuskan untuk tidak menikah dengannya, kan? Karena Mami tidak jujur dari awal dan mengatakan padamu mengenai bipolar yang dialami oleh dia. Maafkan Mami... Mami pun baru mengetahui tentang bipolar yang diidap Bara kemarin. Mamih juga syok dan merasa gagal menjadi orang tua yang baik untuknya."Cherry terpaku mendengarnya, ia pun merasa terkejut dengan fakta yang baru saja ia ketahui. Lelaki yang terlihat nyaris sempurna itu ternyata menyimpan banyak luka dan rahasia. "Mami jangan berkata seperti itu, Mami adalah ibu yang hebat."Veronica tersenyum. "Jika kamu ingin membatalkannya, Mami tidak akan marah. Kamu berhak memilih yang lebih baik dari Bara. Asal Mami mohon sama kamu, jangan mengatakan pada siapapun kalau Bara mengidap bipolar, kamu mau janji sama Mami?"Cherry menggenggam tangan calon ibu mer
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

79. Mengemis Harapan

*** Kanaya tidak bisa tidur karena menunggu Raka pulang. Ia melihat jam dinding dan waktu sudah menunjukan jam satu dini hari. Ia sudah menelepon ponsel Raka, tapi tidak ada jawaban sama sekali. Kanaya gelisah, kenapa jam segini suaminya belum juga pulang. Padahal tadi jam sembilan malam, suaminya itu mengatakan akan pulang. Kanaya langsung ke luar dari kamarnya, ia akan menunggu Raka di ruang tamu saja.Di ruang tamu, Kanaya terus saja mengecek ponselnya. Berharap Raka membalas pesan atau menghubungi dirinya. “Semoga kamu baik-baik saja, Mas,” gumamnya berdoa.“Nay!” Rieke terkejut melihat iparnya sedang duduk di ruang tamu, ia duduk di depan Kanaya. “Kenapa jam segini malah duduk di sini?”“Aku nunggu mas Raka, jam segini belum juga pulang,” jawab Kanaya.“Memangnya mas Raka enggak bilang lagi lembur?”“Bilang, tapi tadi jam sembilan bilang lagi siap-siap mau pulang. Aku chat ataupun telepon tidak dibalas,” balas Kanaya khawatir.“Mungkin ada pekerjaan yang mendadak dan mas Raka la
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

80. Tak Tergantikan

*** “Lalu, apa bedanya aku dan Kak Bara? Bukankah Kak Bara juga mengemis harapan pada seseorang?” tanya Cherry.Bara menatap gadis itu tak mengerti. “Aku mengemis harapan?”tanyanya. “Yang ada orang-orang yang mengemis padaku, termasuk kamu… kamu yang mengemis perhatian padaku. Kamu sampai harus membuang waktumu yang berharga hanya untuk membuatku luluh dan jatuh cinta padamu! Semua usahamu akan sia-sia, kamu hanya menyakiti dirimu sendiri.”“Aku menyakiti diriku sendiri?” Cherry tersenyum penuh arti. “Justru, Kakak lah yang tidak sadar sedang menyakiti diri Kakak. Kak Bara berharap pada orang yang sudah jelas-jelas memberi luka. Apa Kakak tidak sadar?” Apa Kakak terperangkap pada luka yang sulit Kakak hapus?”Bara semakin tak paham dengan arah pembicaraan Cherry. “Kamu bertanya pada orang yang salah! Aku tidak pernah sudi membuat diriku terluka sedikit pun dan aku tak pernah berharap pada siapapun! Jangan-jangan kamu membicarakan diri sendiri,” sindirnya.“Aku berharap pada seseorang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
15
DMCA.com Protection Status