***
Apa yang dikatakan oleh Adit kemarin sore membuat Raka sulit untuk memejam mata. Ia terus saja kepikiran tentang lelaki yang bernama, Bara itu. Raka melihat ke sisi kanannya dan melihat Kanaya sudah terlelap, ia tersenyum dan membelai rambut Kanaya pelan.
Raka langsung beranjak dari tempat tidur dan ia mulai menyalakan laptop. Setelah laptop menyala, ia langsung browsing nama 'Bara' dan langsung muncul pencarian dengan berita 'Pewaris utama Tjandra Group, Bara Tjandra.'
Raka membuka satu persatu berita yang memuat tentang lelaki itu. Kening ia mengerut setelah membaca semuanya. Ia menghela napas dan menyandarkan tubuhnya di kursi. 'Lelaki itu bukan lelaki biasa, aku harus bisa melindungi keluargaku dengan semua yang kumiliki. Aku tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan kebahagiaan ini,' janjinya dalam hati.
"Mas kenapa belum tidur?" tanya Kanaya.
Raka terkejut dan ia langsung menutup laptop-nya saat Kanaya menghampirinya. "Kamu terbangun k
***"Kanaya..."Bara tersenyum, ia mengamati wajah gadis yang bernama Kanaya itu. "Apa benar namamu itu, Kanaya?" tanyanya sekali lagi."Iya...""Coba sebutkan namamu siapa dengan jelas," pinta Bara dengan tersenyum."Kanaya," jawabnya dengan lebih jelas.Bara tersenyum, senyum yang dirasakan gadis itu menyeramkan.Senyum Bara langsung berubah menakutkan, ia langsung mencekik gadis itu dan membuat siapapun yang melihatnya terkejut. "Apa kamu pantas mempunyai nama seindah itu? Nama indah itu tak layak untuk perempuan kotor sepertimu! Jangan sesekali mengenalkan dirimu dengan nama 'Kanaya' nama itu haram bagimu!" hardiknya dengan suara yang meninggi.Gadis itu sulit bernapas, tangan Bara yang mengcengkram lehernya sangat kuat."Coba katakan siapa namamu?" tanya Bara dengan penuh amarah.Melihat amarah Bara yang tak terkendali membuat Axel langsung memohon pada tuan besarnya itu untuk melepaskan gadis asuhannya
*** Rumah Maharani saat ini sangat ramai karena anak sulungnya datang bersama kedua cucunya. Semua cucunya berkumpul dan membuat suasana jadi hangat. Rama berbincang santai dengan keluarganya sambil menikmati angina malam di teras rumah.“Kapan jadinya kamu mulai terbang ke Jerman?” tanya Maharani.“Insya Allah… bulan depan, Bu,” jawab Rama.“Anak-anakmu jadi tinggal di sini?”“Iya, Bu. Besok sekalian mau daftarin anak-anak ke sekolah yang sama dengan Maryam. Rama sudah janji sama teman yang kebetulan salah satu pengurus di sana,” balas Rama.“Bagus, rumah ini nanti jadi ramai. Ibu jadi enggak kesepian,” ucap Maharani senang.“Biar nanti mbak Surti tinggal di sini untuk ngurus keperluan Ricky sama Ricko. Nanti juga biar ada sopir yang antar anak-anak sekolah.”“Kamu mau sopir itu tinggal di rumah ini juga?” tanya Maharani.“Enggak, Bu. Kebetulan pak Nino rumahnya deket sini, nanti tiap pagi dia datang ke sini. Pokoknya kalau tiap dibutuhkan, pak Nino akan siap mengantar,” balas Rama
*** “Jangan pernah mengusiknya lagi!” Bara menatap Veronica tajam.Veronica tersenyum, ia mengejek anak laki-lakinya yang ternyata masih tidak bisa melupakan cinta pertamanya itu. “Kamu masih mencintainya? Sudah belasan tahun berlalu dan kamu tidak bisa melupakannya?”“Apa pedulimu! Kamu tak pernah sedikit pun peduli dengan apa yang kurasakan selama ini! Kamu hanya menganggapku sebagai mainanmu!” Bara berkata dengan ketus.“Kamu pasti akan bersikap kurang ajar karena perempuan itu! Kamu tidak menghargai Mami hanya karena membela perempuan itu! Lantas, apa Mami hanya diam saja melihatnya? Mami akan diam, kalau kamu jadi anak penurut dan manis,” tukas Veronica.Bara tertawa dan di dalam tawanya itu menyimpan sebuah luka. “Aku tanya padamu selama ini… apa aku selalu melawanmu? Kamu tahu selama ini bahkan aku membuang kebahagiaanku karena kamu! Kamu lah dan lelaki tua itu yang membuat aku tampak gila dan hatiku sangat sakit di sini,” ujarnya sambil menepuk dadanya. “Apa kalian bisa meny
***Mas Raka!" seru Kanaya senang. Raka mengecup puncak kepala istrinya, ditatap dengan lembut. Melihat keduanya yang begitu saling mencinta satu sama lainnya membuat Veronica terpaku. Ia tak menyangka, jika keduanya begitu menatap penuh kasih, ada rasa cemburu yang menjalar di dadanya. Kenapa ia tak juga mendapatkan tatapan seperti itu dari suaminya.Raka melihat ke arah Veronica, ia mengangguk sopan. "Selamat siang, Tante," sapanya."Siang. Kamu suaminya Kanaya?" tanya Veronica."Iya, Tante. Maaf, Tante temannya Kanaya?" Raka balik bertanya, ia bertanya senatural mungkin."Iya, Tante dulu kenal sama Kanaya saat di Bandung. Sudah belasan tahun tidak bertemu, jadi saat tahu Kanaya ada di Jakarta Tante ingin bertemu dengannya," sahut Veronica."Tapi, sepertinya saya seperti pernah melihat Tante. Tapi di mana yah," ucap Raka.Veronica tersenyum. "Wajah Tante pasaran mungkin, jadi kamu seperti pernah melihat Tante," tukasnya. "Oh, iya. Tante lupa mengenalkan diri. Nama Tante itu Veronic
***Veronica langsung lega melihat anaknya sudah sadar. "Kamu haus?" tanyanya.Bara menggelengkan kepalanya, ia langsung memegang kepalanya yang masih terasa pusing. "Mana dia?" tanyanya."Dia siapa?" Veronica malah balik bertanya."Lelaki yang kalian suruh untuk memata-mataiku," sahut Bara sinis."Mami tidak pernah menyuruh siapapun untuk memata-mataimu," timpal Veronica."Aku ingin sendiri, kamu bisa pergi," pinta Bara dingin.Veronica menghela napas. "Kamu harus banyak istirahat dan jangan banyak pikiran. Kamu tidak mau kan kalau dosis obatmu ditambah?""Kalian yang menyebabkan semuanya itu!""Itu dari diri kamu. Bukan dari Mami ataupun papi. Kamu yang tidak bisa berdamai dengan diri sendiri dan menerima semuanyaKamu harus mencoba melupakannya," ujar Veronica."Hidupku cukup aku yang mengatur. Kalian jangan ikut campur lagi, apalagi merusaknya.""Mami janji kalau kamu sudah menikah nanti, Mami tidak akan pernah mencampuri urusanmu lagi. Kalau pun kamu tidak mau berada di perusahaan
***Raka tak tahu harus memulai dari mana bicara dengan Kanaya. Setelah Gibran menjelaskan secara rinci permasalahan yang dialami oleh Asep, ia langsung berinisiatif ingin mengunjungi mertuanya di Bandung. Raka harus mengambil cuti beberapa hari. Ia ingin menemani istrinya untuk pulang ke orang tuanya.Raka melihat Kanaya sedang bersiap-siap untuk pergi tidur. Ia ingin bicara, tapi bingung memulainya.Melihat suaminya yang terus melihatnya dengan tatapan bingung, membuat Kanaya langsung menghampiri dan duduk di sebelah Raka. "Ada hal yang ingin Mas sampaikan sama aku?" tanyanya."Anak-anak sekolahnya gimana?" "Alhamdulillah... lancar, Mas.""Mereka lagi ada ujian?""Enggak, kan baru masuk juga," sahut Kanaya. "Memangnya ada apa, Mas? Tumben nanya hal begitu.""Kangen enggak sama papa–mama?""Kangen dong, Mas. Apalagi akhir-akhir ini, aku terus saja kepikiran sama mereka.""Mau enggak Minggu ini kita liburan ke Bandung?" tanya Raka."Minggu ini?" Kanaya menatap suaminya tak percaya."
***"Mami, aku mau bertanya pada Mami perihal masa lalu kak Bara," kata Cherry. Pertanyaan Cherry memecahkan kebisuan diantara mereka berdua.Veronica menghela napas pendek. "Kamu mau memutuskan untuk tidak menikah dengannya, kan? Karena Mami tidak jujur dari awal dan mengatakan padamu mengenai bipolar yang dialami oleh dia. Maafkan Mami... Mami pun baru mengetahui tentang bipolar yang diidap Bara kemarin. Mamih juga syok dan merasa gagal menjadi orang tua yang baik untuknya."Cherry terpaku mendengarnya, ia pun merasa terkejut dengan fakta yang baru saja ia ketahui. Lelaki yang terlihat nyaris sempurna itu ternyata menyimpan banyak luka dan rahasia. "Mami jangan berkata seperti itu, Mami adalah ibu yang hebat."Veronica tersenyum. "Jika kamu ingin membatalkannya, Mami tidak akan marah. Kamu berhak memilih yang lebih baik dari Bara. Asal Mami mohon sama kamu, jangan mengatakan pada siapapun kalau Bara mengidap bipolar, kamu mau janji sama Mami?"Cherry menggenggam tangan calon ibu mer
*** Kanaya tidak bisa tidur karena menunggu Raka pulang. Ia melihat jam dinding dan waktu sudah menunjukan jam satu dini hari. Ia sudah menelepon ponsel Raka, tapi tidak ada jawaban sama sekali. Kanaya gelisah, kenapa jam segini suaminya belum juga pulang. Padahal tadi jam sembilan malam, suaminya itu mengatakan akan pulang. Kanaya langsung ke luar dari kamarnya, ia akan menunggu Raka di ruang tamu saja.Di ruang tamu, Kanaya terus saja mengecek ponselnya. Berharap Raka membalas pesan atau menghubungi dirinya. “Semoga kamu baik-baik saja, Mas,” gumamnya berdoa.“Nay!” Rieke terkejut melihat iparnya sedang duduk di ruang tamu, ia duduk di depan Kanaya. “Kenapa jam segini malah duduk di sini?”“Aku nunggu mas Raka, jam segini belum juga pulang,” jawab Kanaya.“Memangnya mas Raka enggak bilang lagi lembur?”“Bilang, tapi tadi jam sembilan bilang lagi siap-siap mau pulang. Aku chat ataupun telepon tidak dibalas,” balas Kanaya khawatir.“Mungkin ada pekerjaan yang mendadak dan mas Raka la
***"Ini minum!" Kanaya menyerahkan segelas cappucino pada Bara.Bara mengangguk dan langsung meminumnya. Beberapa menit, mereka terdiam. "Aku itu memang manusia yang selalu membuat siapapun sial ya, Nay. Benar kata Daniel, kalau aku terlahir membawa kesialan bagi orang yang ada di sisiku.""Kamu bukan Tuhan dan Tuhan pun tak pernah menciptakan manusia untuk terlahir membawa sial," tukas Kanaya."Tapi aku berbeda, Nay. Aku membuat siapapun yang di dekatku menderita. Mulai dari kamu yang menderita karena aku. Mami yang bertahan menanggung luka demi aku dan sekarang Cherry. Dia menyelamatkanku dan mengorbankan dirinya, bahkan calon anak kami pun ikut jadi korban. Sepertinya aku hidup pun tak layak.""Kamu harus bersyukur, Bara. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayangimu. Apalagi Cherry, istrimu itu begitu mencintaimu, dia menganggap saat ini kamu membencinya karena dia keguguran. Tidak ada pun rasa dendam padamu, dia benar-benar mengkhawatirkanmu," ungkap Kanaya."Nay, ap
***"Kalian yang menjadi penyebab kenapa aku bisa begini!" ungkap Daniel."Kenapa kamu menyalahkan kami karena kemalanganmu, Ha! Kamu sendiri lah yang tahu bagaimana cara untuk membahagiakan diri sendiri. Jangan menyalahkan kemalanganmu pada siapapun!" balas Bara.Melihat keduanya semakin memanas membuat Veronica berusaha untuk menengahinya. "Sudah, kalian jangan bertengkar di depan orang yang sedang sakit," pintanya. "Daniel karena kamu sudah datang untuk menjenguk om, ayo kita makan malam. Tante sudah masak hari ini. Pasti kamu belum makan kan?""Jangan berpura-pura peduli denganku, Tante! Aku tahu selama ini perhatianmu itu palsu dan tak tulus. Kamu hanya ingin anakmu bahagia dan mengorbankan perasaanku, kan? Kamu hanya berpura-pura menyayangiku!" sahut Daniel dengan intonasi suara yang meninggi."Jangan membentak mamiku! Kamu tidak berhak untuk membentaknya!" geram Bara."Oh, kamu cemburu selama ini, kan? Cemburu pada perhatian kedua orang tuamu yang lebih padaku? Kamu ingin meng
***Akhirnya Gibran dan Mutia sah menjadi suami istri. Rasa bahagia campur haru terus saja menyelimuti kedua keluarga keduanya. Apalagi Asep, ia merasa bangga pada anak bungsunya yang begitu lantang saat mengucapkan ijab Kabul."Akhirnya ya, sekarang enggak jomlo dan galau lagi," goda Kanaya sambil terkekeh."Memangnya a Gibran pernah galau, Teh?" tanya Mutia penasaran."Pernah dan galaunya Gibran itu sampai enggak mau makan dan ngurung diri di kamar," jawab Kanaya, ia sengaja menaikkan volume suaranya agar Gibran mendengarnya dengan sangat jelas."Apaan sih, Teh. Teteh mah ngarang! Siapa juga yang galau sampai enggak mau makan," sahut Gibran protes. "Jangan percaya sama teteh ya, geulis (cantik)," tambahnya menatap mesra sang istri."Dih, ngarang dari mana coba! Kalau Teteh ngarang, lalu ucapan mama sama papa disebut apa? Halu?" tukas Kanaya."Teteh bisa diam tidak? Sudah, itu kan zaman Gibran masih labil," ucap Gibran. Ia tidak mau sampai Kanaya terus membahasnya karena takut rahasi
***Pembatalan pernikahan yang diumumkan oleh keluarga Kimberly membuat publik heboh lagi. Publik sudah menduganya karena memang video dan foto tak senonoh yang tersebar itu memang milik Daniel dan mantan kekasihnya. Hal itu sudah dipertegas juga oleh pihak kepolisian dan Daniel pun sudah dimintai keterangan dari pihak berwajib.Daniel diam seribu bahasa saat para awak media terus saja mencecarnya dengan banyak pertanyaan. Kali ini sikap Daniel tak bersahabat, ia berbeda seratus delapan puluh derajat yang biasanya selalu bersikap ramah.Daniel masuk ke mobilnya, hari ini ia sudah janjian bertemu dengan Kim. Daniel yakin pernyataan keluarga besar Kim itu bukan dari perempuan itu.Daniel sudah datang ke salah satu restoran privat, tampak di sana sudah ada Kim yang sudah menunggunya. Daniel senang karena akhirnya ia bisa bertemu dengan calon istrinya itu."Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf ya, aku harus sembunyi-sembunyi menemuimu karena para wartawan terus saja membututiku," ucap Danie
***Berita pagi ini membuat publik sangat heboh. Publik terkejut dengan tersebarnya video dan foto tidak senonoh dari Daniel dan Lucy. Tampak terlihat keduanya dengan jelas adalah pemeran dari video-video itu. Awalnya saat satu foto tersebar, publik menganggap itu hanya foto editan untuk merusak rencana pernikahan Daniel dan Kimberly, namun saat foto dan video lain tersebar membuat publik jadi yakin bahwa keduanya memang pelaku dari video tak senonoh tersebut.Daniel geram karena ponselnya pagi ini sering berdering dan ia terkejut karena berita pagi ini terus saja memojokannya.'Kenapa sampai tersebar berita sialan itu, Ha? Apa kamu belum juga mengurus si jalang itu dan keluarganya?' bentak Daniel, ia memaki asistennya di telepon.'Maaf, Tuan. Berita itu begitu tersebar tanpa bisa saya kendalikan. Saya juga sulit menemukan perempuan itu,' jawabnya.'Kamu tak bisa langsung membungkam media? Harusnya kamu langsung suap mereka dan meminta meraka untuk menghapus berita sialan itu! Kalau p
***Cherry merasa kepalanya pusing dan badannya terasa berbeda. Mood-nya pun kadang tak stabil. Tak jarang ia selalu ketus pada suaminya. Beruntung Bara hanya diam, marahnya lelaki itu hanya mengepalkan tangannya dan meninju ke sembarang tempat.Sebenarnya dua hari ia sempat beli tespack, tapi tak pernah ia pakai karena takut kecewa. Atas saran dari Kanaya karena melihat gejala yang dialaminya seperti sedang hamil.Cherry menghela napas panjang, pagi ini ia harus berani dan jika pun nanti hasilnya tak seperti yang ia harapkan, Cherry tak akan kecewa. Ditatapnya Bara yang sedang tertidur pulas di sampingnya. "Semoga ada kabar bahagia untuk kita, Kak," gumamnya tersenyum dan ia hati-hati turun dari atas kasur.Dua puluh menit Cherry masih di dalam kamar mandi. Bara yang sudah terbangun pun mencari keberadaan istrinya itu. Tampak Cherry ke luar dari kamar mandi dengan wajah yang Bara duga sedang ada masalah."Kamu kenapa? Sakit?" tanya Bara.Chery tersenyum tipis. "Kak pagi ini bisa anta
***Raka saat ini sedang menunggu seseorang di sebuah cafe. Semalam ia tidak bisa tidur saat Kanaya menceritakan dengan detail tentang pertemuannya dengan Daniel. Raka merasa beruntung karena saat ini Kanaya tak menyembunyikan rahasia apapun darinya.Raka sudah menunggu kurang lebih lima belas menit, lelaki itu tak kunjung datang. Tak lama datanglah orang yang ia tunggu kedatangannya."Maaf agak telat," ucapnya beralasan."Tak masalah, hanya lima belas menit menunggumu," balas Raka. "Mau pesan apa?" tanyanya."Capuccino panas saja," jawabnya. Raka langsung memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya, setelah pelayan pergi, barulah Raka mulai bicara serius. "Maaf menganggu waktumu, pasti kamu bingung kenapa tiba-tiba aku menghubungimu dan meminta untuk bertemu," ucapnya."Iya, ada hal yang ingin kamu bicarakan denganku?" tanya Bara."Banyak, apalagi ini menyangkut istriku," jawab Raka."Ada apa dengan Kanaya?" tanya Bara, ia merasa cemas jika terjadi sesuatu pada Kanaya."Dia tak kenap
***"Ternyata capek ya ngurus lamaran juga. Apalagi nanti kalau nikah," keluh Rieke."Kalau memang ingin di handle sendiri ya pasti capek, tapi nanti ada kepuasan sendiri setelah semua yang kamu susun itu berhasil dengan sempurna," ujar Kanaya."Iya, Nay. Aku ingin pernikahanku ini benar-benar berkesan. Biar aku ingat terus," timpal Rieke. "Dulu saat kamu dan mas Raka nikah, apa secapek ini?" tanyanya penasaran.Kanaya mengangguk. "Pasti capek, stres karena ngurus sendiri. Ada yang salah dikit, cemasnya luar biasa. Takut saja ada yang kurang," jawabnya tersenyum."Iya, sih. Kita kan enggak pakai jasa WO. Aku sih ditawarin sama teman, tapi aku menolak karena memang ingin mengurusnya sendirian," sahut Rieke."Tapi nanti jangan kecapean ya! Kamu kan calon pengantinnya, harus sehat biar enggak sakit. Jangan kayak aku, pas acara berakhir kan masuk rumah sakit karena kelelahan," ucap Kanaya mengingatkan."Iya, Nay. Nanti kalau seminggu mau mendekati hari H-nya, aku mau istirahat full di rum
***Publik heboh dengan berita rencana pernikahan Daniel dengan Kimberly. Publik tak menyangka bahwa perjalanan si lelaki playboy itu akhirnya berhenti di hati Kimberly. Padahal yang publik ketahui bahwa selama ini Daniel selalu mengatakan bahwa lelaki itu akan melajang dan tak ingin menikah sama sekali.Berita yang menjadi hot topik itu tentu saja membuat siapapun ingin tahu dan membayangkan bahwa pesta pernikahan keduanya pasti akan digelar sangat mewah, tak kalah dari pesta pernikahan Bara dan juga Cherry."Daniel..." Kim memanggil calon suaminya itu dengan lembut."Ada apa, Honey?" tanya Daniel menatap Kim mesra."Apa kamu serius menikah denganku?" tanya Kim menatap ragu.Daniel tersenyum. "Bukankah aku sudah datang menemui kedua orang tuamu di Jerman? Aku menemui mereka tanpa diketahui kamu. Aku serius denganmu, apa kamu masih meragukan ketulusanku?"Kim menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tak yakin saja dengan rencana ini yang tiba-tiba. Apa kamu benar-benar melabuhkan hatimu pa