Home / Pernikahan / Bukan Suami Sempurna / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Suami Sempurna : Chapter 91 - Chapter 100

143 Chapters

91. Menemukan Bahagiaku, Rumahku

***Kanaya sedang sibuk browsing furniture-furniture lucu untuk rumah barunya, ia mencari referensi di internet, saking ia fokus di depan laptop dan tak menyadari ada seseorang yang tersenyum melihat wajahnya yang serius."Warna pink itu lucu, tapi pasti nanti Adam protes. Harus cari yang anak-anak kompak suka," gumamnya bicara sendiri. Kanaya langsung tersadar saat ada yang memanggil namanya. "Bara!" pekiknya terkejut.Bara tersenyum. "Kebiasaan kamu itu enggak pernah sadar ada orang yang datang kalau lagi asyik sama dunianya sendiri deh!"Kanaya nyengir. "Iya, nih. Aku keasyikan, jadi enggak ngeuh juga sama sekitar." Eh... kamu kenapa di sini? Mau beli kopi?""Salah satunya itu. Tapi, aku ke sini juga mau jemput keponakannya Cherry," jawab Bara."Wah, siapa namanya?" tanya Kanaya."Brenda. Mungkin Adam juga kenal.""Brenda– Oh, anak kecil yang punya mata sipit dan juga pipinya itu chubby lucu yang rambut sering dikuncir dua, kan?"Bara mengangguk. "Iya, itu!""Cherry ke mana? Kok ka
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

92. Memilih Teman Hidup

*** “Ajak Manda tinggal di rumah ini ? Maksudnya?” tanya Maharani bingung.“Iya, ajak tinggal sama Ibu di sini. Manda, dia juga tinggal sendirian, dari pada di sana dia kesepian mending tinggal sama Ibu. Kamar di rumah ini kan banyak,” kata Rama.“Tapi Manda-nya mau enggak yah?” tanya Maharani.“Kalau Ibu yang ajak pasti dia mau. Manda juga kelihatan sayang sama Ibu,” timpal Rama.“Iya, Ibu juga sayang sama Manda. Saat Raka dan Manda pacaran dulu, Ibu sudah jatuh hati padanya. Sayangnya… Manda enggak jadi sama Raka,” kata Maharani.“Jangan ngomong begitu, Bu. Kalau Ibu terus ngobrol seperti itu enggak baik. Mereka enggak berjodoh, takdir Allah itu yang terbaik. Mungkin kalau mereka berjodoh bisa menimbulkan apa nantinya. Ibu harus bersyukur karena menantu Ibu itu Kanaya. Kanaya itu baik, Bu. Mas malah bangga sama Raka karena dia bisa dapetin istri sehebat Kanaya. Raka jadi lebih bahagia dan tidak murung lagi,” ucap Rama.“Iya. Memang Kanaya itu perempuan yang baik, didikan dari ora
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

93. Memilih Lelaki yang Tepat

***"Berdua datang bersamamu? Lalu, nanti mas Raka gimana?" tanya Kanaya."Maksudnya, nanti biar aku dan Mark yang jemput kamu di rumah. Kita berempat datang ke sana, aku jamin mereka tidak akan pernah mau mengusikmu atau berurusan denganmu," kata Lea."Mereka emangnya takut denganmu?" tanya Kanaya."Mereka tahu siapa aku, jadi jika tahu kamu adalah sahabatku. Maka, aku jamin kamu tak akan lagi mereka usik," jawab Lea dengan bangganya."Lagian juga, mana mungkin mereka mengusikku lagi. Aku dan Bara sudah mempunyai kebahagiaan masing-masing. Aku pun sudah mempunyai dua anak dan Bara tidak akan lagi melawan kedua orang tuanya," ucap Kanaya."Dulu Bara pernah melawan kedua orang tuanya demi kamu?" tanya Lea penasaran."Iya dan dulu Bara harus sampai dikurung dalam rumah. Kadang lucu dan aneh saja, kenapa orang tua dia begitu. Namanya anak remaja saling cinta dan belum tentu juga kan sampai ke jenjang pernikahan. Mereka sangat takut kalau aku sampai membuat Bara kabur dari rumah. Beruntun
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

94. Menjadi Simpul yang Indah?

***Kanaya mengetuk pintu kamar Rieke dan membukanya. Ia melihat Rieke yang menangis sambil memegang ponselnya. Rieke menatap Kanaya dan tangisannya tambah pecah.Kanaya menghampirinya dan memeluknya, tangisan Rieke semakin sesak. "Kenapa Ibu dari dulu tak pernah mendengarkan apa yang anak-anaknya inginkan? Ibu selalu egois! Selalu ingin apa yang diinginkannya itu diikuti juga oleh kita. Apa Ibu enggak peka, kalau bahagia itu kita yang merasakannya? Harusnya Ibu belajar dari rumah tangganya mas Rama, karena kehendak Ibu dan campur tangannya, pernikahan mas Rama hancur. Apa Ibu enggak pernah intropeksi selama ini?" ungkap Rieke dengan suara yang terisak.Kanaya menepuk pundak Rieke pelan. "Tidak ada orang tua yang ingin anak-anaknya itu menderita, seburuk apapun orang tua itu. Mereka tetap ingin anaknya bahagia. Hanya saja, ibu menunjukan rasa sayangnya dengan cara yang tidak tepat. Ibu mungkin hanya takut kamu akan menderita setelah menikah, banyak hal yang ibu takutkan karena kamu ad
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

95. Napasku untuk Bahagia

***"Aku memang tak bisa membayangkan untuk bisa jauh darimu, Mas. Tapi, aku enggak mau egois. Aku harus mengerti dan mendukung mimpimu. Saat ini mimpi terbesarmu itu akan menjadi nyata, jadi kalau aku malah menghambatnya... sama saja, aku merusak bahagiamu, Mas. Aku bahagia karena melihatmu bisa mewujudkan semuanya," tutur Kanaya menatap bangga suaminya.Raka menghela napas, sangat sulit baginya untuk mengambil keputusan. "Tapi ini di Jepang, Nay. Mas tidak bisa gampang bolak-balik ke Jakarta, entah bisa pulang atau enggak selama study di sana. Mas pasti kangen sama kamu dan anak-anak... Sulit.""Pikirkan masa depan saja, Mas. Kalau Mas enggak bisa pulang ke Jakarta. Kapan-kapan biar aku dan anak-anak yang menyusulmu ke sana. Kan kita belum pernah liburan ke Jepang, yah... nabung dulu, pakai dana di luar tabungan. Bagaimana?""Besok kita pikirkan lagi. Mas besok mau bertanya langsung pada atasan Mas mengenai program Doctoral degree ini," balas Raka."Oke, Mas. Kita tidur dan Mas haru
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

96. Jodoh dari Langit

***Raka akhirnya menempati rumah baru, ia melihat senyum mengembang di kedua wajah anaknya. Adam bahkan terus saja berada di kamarnya yang bernuansa biru. Mainan anak bungsunya itu tertata rapi di lemari khusus. Maryam pun tak mau ikut kumpul di ruang keluarga karena asyik dengan kamarnya.Raka menggelengkan kepalanya, ia bergegas menuju ruang tengah di mana keluarganya kumpul di sana."Anak-anak enggak ikut turun, Mas?" tanya Kanaya."Mereka asyik dengan kamarnya masing-masing. Biarkan saja," balas Raka."Pasti mereka senang karena akhirnya dapat kamar impian. Dari semalam malah Adam ngoceh terus tentang kamar barunya dan berencana ngajak teman-temannya untuk nginep dan tidur di kamarnya," celetuk Rieke terkekeh."Kasihan, sudah lama Adam dan Maryam tidur satu kamar. Mas ngerasa bersalah, apalagi sama kamu, Nay." Raka menatap istrinya dengan rasa bersalah."Memangnya Mas seorang kriminal?" tanya Kanaya."Enggak juga. Mas kan suami kamu," sahut Raka."Aduh, Mas. Jangan merasa bersal
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

97. Hari-hariku Berbeda tanpa Hadirmu

***"Kamu mau ke mana?" tanya Veronica, ia langsung berlari menghampiri Bara yang sudah di ambang pintu."Mau ke luar, Mi." Bara menjawab singkat."No! Kamu mau menikah seminggu lagi! Mami ingin kamu di rumah saja. Pamali kalau calon pengantin ke luar mendekati hari H," cegah Veronica.Bara mendesah kesal. "Mami... Mami... kenapa sih primitif banget di zaman modern kayak gini. Bara kan cuma ke luar sama teman-teman. Enggak mungkin kabur! Pikiran Mami sungguh ketinggalan zaman," ketus Bara."Bukan masalah primitif, Nak! Hanya jaga-jaga biar kamu tidak capek saja. Minggu depan pasti butuh stamina yang besar, pesta pernikahanmu diadakan sampai tengah malam," ungkap Veronica menjelaskan alasannya."Mami tenang saja, anakmu itu enggak mudah capek atau bisa kehabisan energi hanya gara-gara nongkrong sama teman sebentar. Anak Mami ini enggak loyo," ujar Bara."Pokoknya sebelum kamu nikah, Mami enggak mau kamu kemana-mana! Kamu harus tetap di sini! Jika kamu mau ke luar, harus bawa bodyguard
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

98. Benciku Tumbuh Lagi (KANAYA POV)

***Aku terkejut saat melihat wajah lelaki itu. Dia adalah orang yang sangat kubenci, mungkin sampai mati pun aku tak sudi untuk memaafkannya. Saat dia menyapaku, ada pisau yang seolah mencabik-cabik seluruh tubuhku, hatiku dan pikiranku seperti ditikam, sangat perih.Lelaki itu tersenyum padaku, seolah yang kulihat dari matanya menunjukkan kepuasan karena telah menemukanku setelah sekian lama. Ya Allah, aku harus bagaimana? Tubuhku terasa lemas, kaku dan lidahku kelu. Aku ingin menghilang dari hadapannya saat ini dan percaya bahwa ini hanyalah mimpi. Bahkan dalam mimpiku pun, aku tak sudi melihat wajahnya, aku ingin benar-benar hilang ingatan tentangnya.Tubuhku ambruk dan dengan sigap dia menopang tubuhku, aku langsung menepis tangannya yang ingin menyentuhku. "Jangan sentuh aku!" bentakku padanya, aku menatapnya dengan perasaan jijik.Dia menatapku dengan sedikit khawatir, dia ingin membantuku untuk berdiri, sekali lagi kuhempaskan tangannya, aku benar-benar merasa alergi, ketika
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

99. Yang Berharga pasti Dijaga

***"Sayang, kenapa?" tanya Raka, ia melihat wajah Kanaya yang pucat dan ketakutan."Mas Raka," cicit Kanaya dan ia peluk memeluk suaminya, menangis di bahu Raka. Tangis Kanaya pecah, kejadian yang paling menyakitkan itu terbawa sampai mimpi.Raka tak banyak bertanya, ia tahu kalau Kanaya hanya butuh ditenangkan, ia tak mau mendesak istrinya untuk mengatakan semuanya. Raka tak ingin memaksanya, ia tidak ingin membuat Kanaya semakin terguncang."Bunda..." suara Maryam mengaggetkan keduanya.Kanaya menatap Maryam dan Adam yang sedang menangis melihatnya. Kanaya merasa bersalah karena menangis dan ketakutan di hadapan kedua anaknya. "Bunda hanya lagi sakit, sayang. Lagi manja sama ayah, Kakak sama Adam sudah makan?""Belum, Bun. Tapi, kata ayah kita mau makan di luar malam ini. Kalau Bunda sakit mending makan di rumah saja. Delivery order saja," jawab Maryam.Kanaya menggelengkan kepalanya. "Kita makan di luar saja, enggak apa-apa kok. Bunda juga sudah sehat, tadi tidur lumayan lama. Kak
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

100. Seperti Merpati yang Tak Pernah Ingkar Janji

***"Bara, hentikan!" teriak Veronica, ia langsung menghampiri keduanya dan melerai perkelahian diantara keduanya. "Kalian kenapa harus begini? Kalian bukan anak remaja lagi! Kalian itu saudara, kenapa bertingkah seperti anak kecil?" kesal Veronica.Bara acuh, ia tak peduli dengan omelan Veronica, ia langsung mengambil saputangan dan mengelap tangannya yang ia rasa kotor karena menyentuh Daniel. Bara langsung pergi, ia tak ingin berlama-lama melihat wajah Daniel yang membuatnya muak dan membangkitkan amarahnya."Bara! Jangan ke luar! Kamu harus di rumah, lusa kamu akan menikah!" perintah Veronica, ia berteriak memanggil Bara agar anaknya itu mendengarnya. Namun, sia-sia Bara tak menggubrisnya sama sekali. Anak lelakinya itu benar-benar tak mendengar apa yang ia katakan semenjak berpisah dari Kanaya."Anak itu!" geram Veronica, ia langsung melihat Daniel yang wajahnya lebam karena ulah Bara. "Maafkan Bara, Daniel. Tante juga tidak mengerti kenapa dia makin gampang tersulut emosi," uja
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status