Home / Pernikahan / Bukan Suami Sempurna / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bukan Suami Sempurna : Chapter 111 - Chapter 120

143 Chapters

111. Cinta yang Mengendap membuat Luka

***"Lelaki itu sudah kembali? Di mana Gibran melihatnya?" tanya Asep penuh dengan kekhawatiran."Tadi Gibran tak sengaja melihatnya dan berpapasan. Gibran masih ingat betul wajah lelaki yang membuat hidup teteh hampir hancur. Gibran pun bertanya pada teman-temannya dan bilang itu memang Daniel. Dia datang ke Bandung karena jadi investor di salah satu rumah sakit di swasta. Semoga saja kedatangannya memang karena murni itu ya, Pa. Bukan ada maksud lain dan juga mudah-mudahan teteh enggak pernah bertemu dengannya sedetik pun," sahut Santi khawatir."Semoga saja, Ma. Allah tidak tidur. DIA selalu menjaga hamba-Nya dan doa kita pun tak lepas hanya untuk Allah menjaga kesalamatan teteh. Papa yakin kalau teteh pasti Allah jaga," balas Asep yakin.Asep jadi mengingat kejadian belasan tahun yang lalu di mana ia dan keluarganya difitnah terlebih Kanaya di cap sebagai gadis matre dan rela menjual diri agar bisa hidup mewah.Belasan tahun yang lalu...Pak RT dan beberapa orang warga mendatangi
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

112. Pelukanmu adalah Teduh

***Sore ini Raka pulang lebih cepat, ia sengaja karena ingin memberi kejutan pada istri dan kedua anaknya. Raka melihat arloji di tangan kanannya, masih menunjukkan pukul lima sore, berarti pas untuk memasak. Kanaya sudah minta izin pulang setelah maghrib karena menjenguk temannya Maryam.Raka langsung turun ke dapur. Menu makan malam kali ini ia memasak masakan khas dari Korea Selatan, bulgogi. Bulgogi memang merupakan olahan daging sapi khas Korea yang kaya akan rempah. Tentu saja favorit istri dan kedua anaknya.Raka memang pintar memasak, sejujurnya kalau soal olahan, dibandingkan dengan Kanaya dirinya lebih cepat bisa dan rasanya pun tak pernah gagal, selalu pas di lidah.Setelah memasak kurang lebih empat puluh menit, akhirnya hidangan telah selesai. Raka menata hidangan makan malam dengan romantis dan cemilan yang ia beli seperti donat, kentang goreng pun tak lupa ia hidangkan."Sempurna! Tinggal mandi dan nunggu para kesayangan," gumam Raka.Setelah selesai mandi dan menuna
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

113. Pengemis Bahagia

*** Hari ini rumah Maharani tampak berbeda. Sore yang cerah semuanya berkumpul karena Rama akan segera berangkat ke Belanda untuk melanjutkan study-nya. Tampak suasana haru dan juga perasaan yang berkecamuk di hati Rama. Semenjak ia tinggal di Jakarta, banyak hal yang membuatnya tak kesepian lagi. Dikelilingi orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk Manda, perempuan yang akhir-akhir ini entah kenapa menganggu pikirannya. “Mas Rama enggak ikut gabung? Hari ini kan harimu, Mas,” ucap Manda.Rama tersenyum. “Takut susah nanti pergi jauh dari anak-anak. Meski, Mas itu enggak sering bareng mereka karena sibuk dengan kerjaan, tetap saja Mas merasa berat,” sahutnya tersenyum.“Pasti memang berat, Mas. Apalagi sudah sebulan terakhir ini Mas terus menemani mereka. Enggak kebayang Riki dan Riko pasti merasa kehilangan Mas,” timpal Manda.“Mungkin nanti yang lebih berat itu Raka. Apalagi Adam masih kecil, masih butuh sosok ayahnya dan juga Kanaya, mereka berdua pasti berat menjalaninya. Ra
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

114. Mencintaiku Hanya Membuatmu Lelah

***Setelah kepergian Narenda, Rieke duduk termenung di teras depan. Sikap tenang Narendra dan kesabaran lelaki itu membuatnya justru merasa terluka. Lelaki itu terlalu baik untuknya, mengorbankan segalanya demi dirinya. Meski sikap Maharani tak pernah ramah sekali pun, Narendra tak pernah mengeluh. Lelaki itu malah menyemangati dirinya untuk terus bergandengan tangan mendapatkan restu dari Maharani."Kamu belum makan, Ke," ucap Kanaya, ia duduk di sebelah Rieke."Aku belum lapar, Nay. Kamu mau nginep di sini?" tanya Rieke."Sebentar lagi pulang, anak-anak masih betah di sini," balas Kanaya. Sejenak ia menatap Rieke yang murung. "Aku yakin Narendra baik-baik saja. Hatinya tulus dan dia benar-benar mencintaimu.Baginya, tak masalah dengan apapun rintangan yang ada di hadapannya, asal dia bersamamu.""Dia memang lelaki yang baik, bahkan terlalu baik. Aku jadi kasihan dengannya, kenapa hidup itu rumit dan dia malah jatuh cinta padaku. Mencintaiku hanya membuat hidupnya lelah," ucap Riek
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

115. Kita Dipertemukan karena Pernah Sama-sama Terluka

***"Mas kenapa senyum-senyum?" tanya Kanaya."Mas cuma ingat sama mas Rama," jawab Raka masih dengan seutas senyuman."Mas Rama? Memangnya kenapa?" "Mas Rama kan orangnya cuek dan sulit mengungkapkan apa yang ada di hatinya. Tadi Mas sama ibu terkejut saat dia mengatakan apa yang ada di hatinya," balas Raka."Memangnya mas Rama kenapa? Apa dia bilang suka sama seseorang?" tanya Kanaya, ia semakin penasaran.Raka mengangguk. "Mas Rama malah secara tidak langsung tadi ngelamar, sepertinya kali ini mas Rama sudah yakin sama perempuan itu.""Siapa perempuan itu?"Raka tersenyum. "Manda," jawabnya."Mbak Manda?" pekik Kanaya terkejut."Pasti kamu juga tak sangka, kan?"Kanaya mengangguk. "Sebenarnya aku sudah ngerasa tatapan mas Rama itu beda sih sama mbak Manda, tiap kali aku tak sengaja melihatnya, tatapan mas Rama itu berseri, pokoknya beda banget. Aku enggak sangka saja kalau ternyata mas Rama langsung to the point mengungkapkan apa yang ada di hatinya.""Lelaki yang bertanggung jawa
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

116. Hak Milik yang Tercuri

*** “Kak Kanaya!”Manda dan Kanaya yang sedang asyik berbicara pun kompak melihat ke arah sumber suara. Kanaya terkejut dengan seseorang yang memanggil namanya sedang tersenyum padanya. Hal yang membuat ia ingin pergi detik ini juga adalah senyum tak biasa yang ia lihat dari lelaki itu, Daniel. Ya! Daniel saat ini sedang menatap intens padanya dan membuat ia tak nyaman. “Hai,” balas Kanaya tersenyum.Cherry langsung memeluk Kanaya, entah kenapa ia suka dengan perempuan itu. Baginya seperti ia menemukan sosok saudara perempuan di dalam diri Kanaya. “Kak aku sering chat, kenapa Kakak jarang membalasnya?” tanya Cherry protes.“Biasa lupa, gimana kalau sudah jadi ibu-ibu yah apa-apa kadang lupa,” balas Kanaya beralasan.“Halo, Nay. Kita bertemu lagi,” sapa Daniel dengan senyum yang penuh rahasia.Kanaya bergidik ngeri. Ia merasa sapaan Daniel itu bagai petir untuk telinga, mengejutkan dan membuat sakit. Kanaya tak menjawabnya, ia hanya mengulas senyum singkat. Tak perlu ia menjawab sap
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

117. Airmata

***Setelah di kedai kopi, Manda melihat Kanaya tak begitu muram lagi wajahnya. Manda langsung mengirim chat pada Raka, memberitahukan bahwa Kanaya akan pulang sedikit terlambat."Sudah baikan?" tanya Manda.Kanaya mengangguk. "Maafkan aku yah, aku malah meminta Mbak Manda untuk menemaniku. Padahal kan awalnya Mbak Manda yang minta aku untuk menemani.""Enggak masalah," jawab Manda. "Apa mereka yang menyebabkan kamu jadi muram?" tanyanya penasaran.Kanaya tersenyum dan mengembuskan napasnya. "Apa aku kelihatan tak nyaman tadi, Mbak?""Iya, wajahmu bahkan langsung muram," sahut Manda. "Aku malah mengizinkan mereka gabung dengan kita, aku pikir mereka teman baikmu. Kalau aku tahu kamu enggak nyaman dengan mereka, pasti tadi aku enggak akan mengizinkan mereka. Maafkan aku...""Enggak usah minta maaf segala, Mbak. Aku belum bisa mengontrol rasa tak nyaman di depannya. Aku masih belum terlatih untuk bersikap tenang jika ada dia," tukas Kanaya."Memangnya siapa orang yang membuatmu tak nyam
last updateLast Updated : 2024-07-26
Read more

118. Hari ini Kamu Cantik

***"Mas!!" pekik Kanaya, ia langsung mencubit pipi Raka dengan gemas. "Tukang gombal kamu! Pasti kamu ikutan ajian dari Mas Adit yah? Aliran bapak-bapak!" Ucapan Kanaya mengundang tawa Raka. "Sayang, kamu kok cantik banget pakai gaun tidur warna kuning," ucap Raka memuji."Matamu harus diperiksa sepertinya, masa warna pink dibilang warna kuning," celetuk Kanaya."Ah... berarti benar kata orang-orang, kalau cinta itu buta," ujar Raka dengan senyuman yang Kanaya lihat seperti penuh arti."Mas, kamu kenapa egois banget sih!" celetuk Kanaya."Ha? Egois kenapa?" tanya Raka bingung."Ibu dan mendiang ayahnya Mas kan manusia biasa, kok bisa sih kamunya itu malaikat, Mas. Malaikat penjagaku," jawab Kanaya menyimpulkan senyum.Raka menghela napas panjang, ia sepertinya tak bisa melawan istrinya kalau sudah bermain kata. "Kayaknya Mas kalah deh kalau harus adu gombalan sama kamu.""Kata siapa? Justru Mas suhunya, master gombal," celetuk Kanaya.Raka langsung menepuk jidatnya, kali ini pasti i
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

119. Kebahagiaan

*** Cherry langsung melingkarkan tangannya ke lengan kanan Kanaya. “Kak, kita nikmati makan siang bersama yuk! Sambil bincang-bincang santai. Biarkan suami kita bicara sesama lelaki,” ajaknya sambil tersenyum. “Pak Raka, aku pinjam kak Kanaya yah!” Cherry meminta izin dan Raka hanya mengangguk tanda ia setuju.Sedangkan di sisi lain, Kanaya masih canggung untuk bicara berdua dengan Cherry. Ia tak sanggup jika nanti Cherry terus mengorek-ngorek masa lalunya. Bukannya ia enggan menjawab apa yang ingin perempuan itu tanyakan, tapi ia tak mau jika nanti Cherry salah paham padanya.“Kak teman Kakak banyak yah! Aku iri,” cicit Cherry tiba-tiba.“Lho kok bisa-bisanya perempuan sempurna seperti kamu itu iri sama aku?” tanya Kanaya menatap perempuan itu bingung.Cherry terkekeh. “Aku memang terlihat mempunyai banyak teman, Kak. Tapi, mereka berteman denganku karena statusku. Aku tahu kok mereka dibelakangku itu diam-diam membicarakanku dan menjelek-jelekanku. Aku sudah tahu, tapi aku bisa apa
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

120. Perih yang Kekal

***Kanaya langsung bergegas menjemput Maryam di sekolahnya. Beruntung setibanya di sana, masih ada waktu setengah jam lagi Maryam keluar.Di saat Kanaya akan duduk di tempat biasa, di sebuah cafe sebelah sekolah Maryam, tubuhnya terasa kaku, netra miliknya menangkap sosok lelaki yang membuatnya muak.Baru saja Kanaya ingin membalikkan tubuhnya, tangan kuat milik Daniel langsung menahan langkahnya terhenti."Lepaskan!" pinta Kanaya, ia menatap benci lelaki itu. Daniel langsung melepaskannya."Apa aku ini racun? Kamu enggan menatapku sama sekali, aku tidak akan membunuhmu," ucap Daniel. "Kamu bahkan lebih dari sekedar racun," sindir Kanaya."Sudah belasan tahun berlalu, aku pikir kamu sudah melepaskan hal yang lalu. Bukankah saat ini kamu sudah bahagia? Menemukan rumahmu untuk tinggal? Jika sudah menemukannya, kenapa kamu masih membenciku?" tanya Daniel menuntut penjelasan."Kamu tidak akan pernah paham karena kamu tak punya hati! Kamu tidak akan pernah merasakan, bagaimana duri yang
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status